Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata, Rusia Menduduki Negeri Eropa Ini Sejak 1992

Kompas.com - 25/06/2018, 16:48 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Newsweek

NEW YORK, KOMPAS.com - Pada Jumat (22/6/2018), Sidang Umum PBB meloloskan sebuah rancangan resolusi yang mendesak Rusia untuk menarik mundur pasukannya dari Transnistria.

Tranistria adalah sebuah wilayah seluas sekitar 4.100 kilometer persegi yang memerdekakan diri dari Moldova, bekas negara bagian Uni Soviet yang merdeka dan diakui PBB pada 1992.

Namun, di Transnistria, sebuah wilayah kecil yang dihuni sekitar 500.000 orang yang berbicara dalam bahasa Rusia, menginginkan sebuah negeri tersendiri.

Baca juga: Moldova Gelar Pemilu, Calon Presiden Pro-Rusia Unggul Sementara

Mereka kemudian memulai perjuangan bersenjata untuk melepaskan diri dari Moldova hingga gencatan senjata disepakati pada 1992.

Saat itu, tentara Rusia datang untuk membantu "perjuangan" rakyat Transnistria dan sejak saat itu pasukan Negeri Beruang Merah tetap berada di sana.

Moskwa mengklaim, pasukannya berada di Transnistria untuk menjaga perdamaian dan memastikan baku tembak tak pecah kembali.

Moskwa juga mengklaim, sebagian besar rakyat Transnistria menginginkan perlindungan Rusia karena identitas mereka akan hilang jika sepenuhnya menjadi bagian dari Moldova.

Di sisi lain, Moldova dan sekutu regionalnya berargumen, pasukan Rusia di Transnistria merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negeri yang berada di antara Ukraina dan Romania itu.

Konflik ini memang tak terlalu bergaung di dunia internasional dan perlahan-lahan mulai menghilang karena warga dunia disibukkan isu-isu lain yang "lebih besar".

Namun, resolusi PBB ini menunjukan beberapa tetangga Rusia, terutama negara-negara bekas Uni Soviet, amat khawatir negerinya Vladimir Putin itu akan melanggar kedaulatan mereka.

Alhasil, mereka berusaha sekuat tenaga mendorong dunia agar mendesak Rusia untuk menarik mundur pasukannya.

Resolusi ini diusulkan Moldova yang didukung Kanada, Georgia, Lithuania, Latvia, Estonia, Romania, dan Ukraina.

Rancangan resolusi ini diloloskan dengan didukung 64 negara sementara 83 negara lainnya memilih untuk abstain.

Sementara hanya delapan negara yang menentang resolusi menuntut Rusia menarik mundur seluruh pasukannya dari wilayah tersebut.

Para pejabat Rusia langsung mengecam resolusi tersebut dan menyebutnya bakal merusak kredibilitas Sidang Umum PBB.

Rusia mengklaim, PBB melakukan intervensi di saat Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) sedang memimpin negosiasi terkait solusi politik di Transnistria.

"Inisiatif dari delegasi Moldova, jika diimplementasikan, merusak upaya yang didukung OSCE menuju penyelesaian masalah Transnistria," kata deputi perwakilan permanan Rusia di PBB, Dmitry Polyansky.

Sementara itu, Ukraina yang adalah tetangga Moldova dan juga memiliki masalah separatisme yang didukung Rusia, menjadi salah satu pendukung kuat penarikan mundur pasukan Rusia dari Transnistria.

"Kami saat ini sedang bekerja untuk menyingkirkan pasukan Rusia dari Transnistria. Semua pihak memahami bahwa Rusia telah menciptakan zona semacam percampuran Uni Soviet," ujar Menlu Ukraina, Pavlo Klimkin.

Baca juga: Putin Perintahkan Penarikan Sebagian Pasukan Rusia dari Suriah

Memang, di kawasan yang miskin itu masih banyak tersisa lambang-lambang masa kejayaan komunis seperti foto Vlamidir Lenin dan Joseph Stalin di berbagai bangunan pemerintah.

Tak seperti kawasan bermasalah lain di Eropa, Rusia tak mengakui kemerdekaan Tranistria. Namun, wilayah itu kini memiliki pemerintahan, militer, dan mata uang yang terpisah dari Moldova. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Newsweek
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com