Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Chechnya Berikan Gelar Warga Kehormatan ke Mo Salah

Kompas.com - 23/06/2018, 16:41 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

GROZNY, KOMPAS.com - Bintang sekaligus penyerang tim nasional Mesir, Mohamed Salah, mempunyai pelipur lara setelah tersisih dari Piala Dunia Rusia.

Diwartakan kantor berita AFP Sabtu (23/6/2018), Salah diberikan warga kehormatan di Chechnya oleh Kepala Negara Ramzan Kadyrov.

Kadyrov mengatakannya di media sosial Telegram setelah dia menggelar acara makan malam dengan seluruh tim Pharaoh, julukan Mesir.

Baca juga: Masuk Sanksi AS, Facebook Tutup Akun Pemimpin Chechnya

Kebetulan, skuad besutan Hector Cuper tersebut bermarkas di Grozny yang notabene merupakan ibu kota Republik Chechnya.

"Mo Salah merupakan warga kehormatan Chechnya. Benar sekali!" ujar Kadyrov dalam unggahannya di Telegram Jumat (22/6/2018) waktu setempat.

"Malam ini (Jumat) saya menandatangani dekrit yang mengesahkan gelar kehormatan bagi pemain Mesir sekaligus Liverpool itu," tambahnya.

Selain menganugerahkan gelar warga kehormatan, dalam makan malam itu Kadyrov juga memberi medali kepada penyerang 26 tahun tersebut.

Ini merupakan ketiga kalinya dalam dua pekan terakhir Kadyrov menunjukkan kekagumannya kepada eks pemain Chelsea dan AS Roma tersebut.

Dalam penuturan ofisial timnas Mesir, Kadyrov pertama kali mengunjungi latihan perdana Mesir di Grozny pada 10 Juni lalu.

Setelah melihat latihan selama 30 menit, dia kemudian bertolak menuju hotel di mana Salah tengah beristirahat untuk memulihkan cedera bahu.

Kepala Negara Chechen berusia 41 tahun itu kemudian meminta Salah menemaninya ke stadion, di mana mereka menyambut 5.000 fans yang menonton latihan Mesir.

Kemudian pada 15 Juni, Kadyrov mengirimkan kue berukuran besar ke hotel tim Mesir sebagai ucapan selamat atas ulang tahun k3-26 Salah.

Kadyrov, pengagum Presiden Rusia Vladimir Putin yang berkuasa sejak 2009, mendapat kecaman karena dituduh melakukan pelanggaran kemanusiaan.

Antara lain Kadyrov dituduh menyiksa 100 gay di sebuah kamp konsentrasi. Salah satu korban, Maxim Lapunov Oktober lalu mengisahkan penyiksaan yang diterimanya dari kepolisian Cehcnya.

Di antaranya dibenamkan dalam kolam penuh darah, dipukul menggunakan tongkat, hingga ancaman bahwa dia bakal dibunuh.

"Tidak seorang pun tahu siapa yang bakal menjadi korban berikutnya," ucap Lapunov pada saat itu.

Baca juga: Media Spanyol Mengklaim Mo Salah Ingin Pindah dari Liverpool

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com