WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan, negaranya tidak akan menjadi kamp bagi migran ilegal dan pengungsi.
Pemerintahan Trump menghadapi kritik keras akibat kebijakan imigrasinya yang memisahkan anak-anak migran gelap dari orangtua mereka.
Sementara, Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS menyatakan, tidak memiliki kebijakan yang memisahkan anggota keluarga. Kasus krisis migran menjadi sorotan publik, setelah penangkapan terhadap mereka ketika melintasi perbatasan terus terjadi.
Migran orangtua dijebloskan ke dalam penjara sehingga terpisah dari anak-anak mereka.
Baca juga: Trump: AS Tidak akan Pernah Jadi Kamp Para Migran
Lalu, bagaimana kebijakan imigrasi pemerintahan Trump membuat anak-anak migran terpisah dari orangtua?
Semua ini berawal dari meningkatnya jumlah migran ilegal yang masuk ke AS. Dari Maret hingga Mei tahun ini, lebih dari 50.000 orang per bulan ditangkap karena masuk ke perbatasan AS dari Meksiko.
Sekitar 15 persen migran yang menyeberang ke AS merupakan keluarga, dan 8 persen adalah anak-anak tanpa pengawasan orang dewasa.
Warga Meksiko bisa dikirim pulang ke negaranya, tapi jumlah migran yang melonjak dari Guatemala, Honduras, dan El Salvador, sulit untuk dideportasi.
Banyak atau bahkan hampir semua keluarga dan anak-anak yang tiba meminta suaka. Mereka khawatir dengan kekerasan di negaranya jika kembali pulang.
Baca juga: Melania Trump Ingin Krisis Migran di Perbatasan Meksiko Lekas Diakhiri
Sebelumnya, pencari suaka mendaftarkan kasus mereka dan kemudian dibebaskan kendati kasusnya masih dalam peninjauan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.