Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Modernisasi Militer, China Tambah Senjata Nuklirnya

Kompas.com - 18/06/2018, 21:12 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Sebuah lembaga think-tank merilis laporan yang menyatakan China telah menambah persenjataan nuklirnya.

Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) melaporkan, per Januari lalu, Negeri "Panda" mempunyai 280 hulu ledak nuklir.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebanyak sepuluh hulu ledak dibanding tahun lalu (270). Selain itu, belanja militer China juga dikabarkan naik.

Baca juga: China Pamerkan Rudal Terbaru yang Bisa Hantam Guam

Tahun kemarin, China mengalokasikan 228 miliar dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp 3.183 triliun. Naik 5,6 persen dibanding 2016.

Jumlah tersebut membuat China menjadi negara dengan bujet militer terbesar kedua dunia, di bawah AS dengan 610 miliar dolar AS, atau Rp 8.537 triliun.

SIPRI dalam laporannya mengatakan, peningkatan dana belanja sekaligus penambahan kepala nuklir tersebut merupakan bentuk modernisasi militer.

Namun, khusus nuklir, SIPRI menuturkan tidak satu pun yang ditempatkan pada rudal balistik, atau disiagakan bersama pasukan.

"Nuklir tersebut digolongkan sebagai 'hulu ledak nuklir lain' yang berarti mereka dicadangkan atau ada kemungkinan pensiun," tutur SIPRI dilansir SCMP Senin (18/6/2018).

Lebih lanjut, SIPRI juga mengulas India dan Pakistan yang juga menambah senjata nuklirnya di samping percepatan pengembangan rudal balistik.

Masing-masing negara menambah 10 senjata nuklirnya per Januari lalu. India bertambah 140 dari 130, sedangkan Pakistan 150 dari 140.

Adapun dua negara adidaya, AS dan Rusia, dikabarkan mengurangi stok nuklirnya. AS berkurang 6.480 dari 6.800, sedangkan Rusia 6.850 dari 7.000 dibanding 2017.

Adapun Korea Utara (Korut), negara yang menjadi fokus utama sepanjang 2018 ini, menambah nuklirnya dari 10 menjadi 20.

Total, sembilan negara, AS, Rusia, Inggris, Perancis, China, India, Pakistan, Israel, dan Korut memiliki 14.465 nuklir tahun ini.

Peneliti senior SIPRI, Shannon Kile berkata, dunia sebenarnya sudah berkomitmen melakukan denuklirisasi melalui Perjanjian Senjata Nuklir di 2017.

"Namun, modernisasi militer melalui nuklir membuat denuklirisasi total masih jauh dari kata berhasil," ucap Kile.

Ketua Dewan SIPRI Jan Eliasson menyatakan, pentingnya nuklir untuk menjaga keamanan suatu negara menjadi tren yang mengkhawatirkan.

"Dunia membutuhkan komitmen kuat untuk dari negara nuklir untuk melakukan proses denuklirisasi yang efektif dan legal," kata Eliasson.

Baca juga: Misil Balistik India Kini Diyakini Mampu Jangkau Seluruh Daratan China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com