Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Che Guevara, Simbol Revolusi Dunia

Kompas.com - 14/06/2018, 23:59 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Namun, kedatangan mereka telah tercium oleh pasukan Batista. Dari 82 orang yang menyusup, hanya 22 orang yang berhasil selamat termasuk Guevara.

Saat diserang, Guevara memilih menanggalkan perlengkapan medisnya, dan mengambil kotak amunisi yang kelak mengubah hidupnya.

Dalam keadaan terluka, rombongan yang selamat itu berhasil meraih Sierra Maestra di mana mereka memutuskan menjadi gerilyawan pertama.

Pelan-pelan, operasi gerilya yang dilancarkan Castro bersaudara mulai mendapatkan simpati dari rakyat. Mereka berhasil merekrut anggota baru, mendapat bahan makanan, hingga amunisi.

Pada awalnya, Guevara merupakan dokter pasukan. Namun, dia juga mulai mengasah kemahiran menggunakan senjata, dan kemudian menjadi salah satu sekutu utama Castro.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Fidel Castro Dilantik Menjadi PM Kuba

Dia mendapat tugas tidak hanya menyembuhkan. Namun juga eksekutor, atau memberi perintah eksekusi, orang-orang yang dianggap berkhianat.

Ketika akhirnya Castro meraih kemenangan dan memasuki Havana 8 Januari 1959, Guevara didapuk menjadi komandan Penjara La Cabana.

Selama lima bulan, dia mendapat tugas untuk mengawasi pelaksanaan "keadilan revolusioner" terhadap sisa-sisa pasukan Batista, maupun para pengkhianat.

Dilaporkan, ketika menjadi komandan di La Cabana, Guevara mengeksekusi mati antara 55 hingga 105 simpatisan Batista.

Setelah itu, Guevara menjadi presiden bank nasional dan menteri industri yang membantu Kuba menjadi negara komunis.

Di awal 1960-an, Guevara bertindak sebagai Duta Besar Kuba. Berkeliling dunia untuk mencoba berhubungan dengan negara lain, termasuk Uni Soviet.

Dia menjadi sosok kunci ketika terjadi Insiden Teluk Babi antara 17-19 April 1961, dan Krisis Rudal Kuba antara 16-28 Oktober 1962.

Pada 1964, dia mendapat kesempatan berpidato di forum PBB di mana dia mengecam kebijakan luar negeri AS dan politik apartheid Afrika Selatan.

Baca juga: Penghormatan Terakhir bagi Fidel Castro

4. Kongo dan Awal Kejatuhan
Pada 1965, Guevara mengundurkan diri dari jabatannya, dan pergi ke Afrika untuk menawarkan pengetahuan dan pengalamannya sebagai gerilyawan di Kongo yang tengah menghadapi Pemberontakan Simba.

Presiden Aljazair Ahmed Ben Bella saat itu berkata, Guevara berpikir Afrika adalah mata rantai terlemah imperialisme, dan punya potensi revolusi yang bagus.

Oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser yang berkawan baik dengan Guevara, dia dinasihati agar tidak ikut campur dalam politik di Kongo.

Meski mendapat peringatan, Guevara tetap pergi. Menggunakan nama Ramon Benitez, dia memimpin operasi berbekal dukungan dari Simba.

Bersama 12 orang Kuba lainya, Guevara sampai pada 24 April 1965, dan awalnya bergabung dengan pasukan Laurent-Desire Kabila.

Namun, dia mengalami kesulitan karena pasukan di bawah pimpinan Kabila kurang disiplin, sehingga memutuskan untuk meninggalkannya.

Saat itu, oposisi mulai melancarkan balasan melalui tentara bayaran yang dipimpin Mike Hoare, dan didukung CIA serta orang Kuba anti-Castro.

Mereka berhasil melacak Guevara yang sedang bermarkas di desa Fizi dekat Danau Tanganyika, di kawasan tenggara Kongo.

Pasukan yang disokong CIA itu berhasil menyadap komunikasi Guevara, dan memutus jalur perbekalan bagi pergerakannya.

Guevara pun mengalami kekalahan pada 20 November 1965. Enam bulan berikutnya, di bersembunyi di Dar es Salaam dan Prague, Republik Ceko.

Saat itu Prague, dia bertemu mantan Presiden Argentina Juan Peron yang berkata kalau apa yang dilakukan  Guevara di Kongo adalah bunuh diri.

Peron lalu mengenang bahwa Guevara adalah sosok yang masih belum dewasa. "Namun, saya senang dia berhasil membuat Yankee, julukan untuk AS, itu sakit kepala," katanya.

Baca juga: Akhir Kekuasaan Dinasti Castro di Kuba

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com