Kondisi itu ditambah keputusan Abbas untuk memotong gaji pegawai pemerintah di Gaza sebagai bentuk isolasi terhadap Hamas, dan menghadapi kesulitan finansial.
2017 lalu, gaji puluhan ribu pegawai Pemerintah Palestina itu dipotong 30 persen. Maret, PA tak lagi membayar gaji pegawainya tanpa pemberitahuan.
Pada 5 Juni, PA baru mengirimkan setengah dari gaji satu bulan saat festival jelang Idul Fitri. Mereka beralasan keterlambatan terjadi karena masalah teknis.
Kondisi tersebut dikeluhkan oleh al-Laham. Sebab, dengan uang yang makin menipis, mereka terpaksa pindah dari rumah kontrakkan mereka di Khan Younes.
Saat ini, mereka tinggal di rumah kecil buatan sendiri dekat Gaza City. Namun, tempat tinggal itu terancam tak bertahan lama.
Pemerintah lokal menganggap bangunan al-Laham dan keluarganya tak berizin sehingga rumah tersebut bersiap untuk dihancurkan.
"Ini adalah bencana. Gaza saat ini sedang kolaps," kata pria 55 tahun itu yang menambahkan, dia sangat berharap Ramallah membayar sisa gajinya.
Baca juga: Temui Netanyahu, PM Inggris Prihatin atas Korban Warga Palestina di Gaza
Sebab, uangnya bakal dipakai untuk menyewa apartemen. "Saya sudah muak dengan hidup ini," tutur al-Laham kembali.
Selain al-Laham, keluhan juga datang dari Yasser yang merupakan pegawai di Kementerian Kesehatan Gaza. Dia mengaku mempunyai utang yang cukup besar.
Jika pemerintah memberikan seluruh gajinya, dia bakal membayarkan untuk pinjaman bank, supermarket, hingga biaya sekolah anak-anaknya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.