Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Piala Dunia 2018 Sudah Memakan Korban di Bangladesh

Kompas.com - 13/06/2018, 14:16 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

DHAKA, KOMPAS.com - Piala Dunia 2018 baru akan memulai pertandingan pertamanya pada Kamis (14/6/2018), tetapi korban sudah berjatuhan di Bangladesh ketika penggemar Brasil dan Argentina di negeri itu terlibat bentrokan.

Pekan lalu, para pendukung dua negara Amerika Selatan di kota Bandar terlibat tawuran dengan menggunakan golok. Alhasil seorang pria dan putranya kini dalam kondisi kritis.

Bendera Brasil dan Argentina memang terlihat mendominasi di negeri berpenduduk 160 juta orang itu menjelang perhelatan Piala Dunia di Rusia.

Para pendukung kedua tim mengibarkan bendera untuk menunjukkan loyalitas mereka.

Baca juga: Tips bagi Anda yang Berencana Saksikan Langsung Piala Dunia di Rusia

Di kota Madarganji, wilayah utara Bangladesh, warga menggelar konvoi sepeda motor sambil mengibarkan bendera negara peserta Piala Dunia.

"Mereka menggelar pertemuan untuk merencanakan kegilaan baru. Anda bisa merasakan kegembiraan sekaligus ketegangan di seluruh kota," kata kepala kepolisian setempat Mohammad Rafique.

Namun, sejumlah orang warga Bangladesh yang ingin menghentikan kegilaan terkait Piala Dunia ini.

Seorang pengacara mencoba meminta pengadilan agar melarang warga mengibarkan negara peserta Piala Dunia.

Sementara itu, Universitas Barisal di wilayah selatan Bangladesh melarang 7.000 mahasiswanya mengibarkan bendera asing di dalam kampus.

"Pemerintah seharusnya melarang warga mengibarkan bendera asing di seluruh wilayah Bangladesh," kata Rektor Universitas Barisal, SM Imamul Haq.

Pengibaran bendera peserta Piala Dunia merupakan tanda warga  Bangladesh untuk sekali dalam empat tahun
lebih memilih sepak bola ketimbang kriket.

Meski Bangladesh belum pernah lolos ke piala dunia, warga negeri itu menjadi "gila" saat turnamen empat tahunan itu digelar.

Fenomena ini membuat para pakar sosiologi tak habis pikir dan kesulitan menjelaskan kondisi euforia tersebut,.

"Banyak dari orang ini tak tahu letak Brasil atau Argentina. Tak ada kaitan darah atau bahasa, tetapi mereka amat mencintai kedua negara itu," kata guru besar ilmu sosiologi dari Universitas Dhaka, Nehal Karim.

"Saya sama sekali tak memahaminya," tambah Karim.

Sementara itu, wakil rektor Universitas Terbuka Bangladesh Mokkadem Hossain menegaskan, situasi ini adalah sebuah contoh globalisasi yng tengah bekerja.

"Ini adalah bagian dari branding di seluruh dunia. Mengibarkan bendaera dan keriaan di sekitarnya adalah hasil dari kesenangan itu," tambah Hossain.

Baca juga: Rusia Terapkan Peraturan Ketat Untuk Penonton Piala Dunia 2018

Seorang penulis, Ashif Entaz Rabi membela kegilaan empat tahunan itu. Dia mengatakan, Piala Dunia adalah sumber kesenangan bagi jutaan orang,' kata Rabi.

"Jika seorang penggemar Argentina menemukan kebahagiaan degnan mngibarkan bendera negara itu di atap rumahnya, siapa Anda sehingga merasa berhak melarangnya?" lanjut Rabi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com