SINGAPURA, KOMPAS.com — Denuklirisasi diperkirakan menjadi agenda utama pada pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un pada Selasa (12/6/201).
Sebelum melangsungkan pertemuan bilateral, AS menekankan agar Korut menyerahkan senjata nuklirnya secara penuh, terverifikasi, dan tidak dapat dikembalikan.
Lalu, kapan masalah nuklir di Semenanjung Korea muncul yang kemudian menjadi perhatian dunia?
Isu nuklir di Semenanjung Korea muncul pada awal 1990-an ketika AS menduga Korut memiliki fasilitas pengembangan senjata nuklir. Tudingan itu berdasarkan pantauan satelit informasi.
Baca juga: Trump Yakin Pertemuan dengan Kim Akan Berhasil Luar Biasa
Namun, Korut menyangkal tuduhan tersebut dengan menyatakan tidak memiliki perhatian atau kemampuan untuk mengembangkan senjata nuklir.
Pemerintah Korut juga mengkritik AS yang menempatkan senjata nuklir di Korea Selatan sehingga mengancam keamanan negaranya.
Kemudian, pada Mei 1992 hingga Februari 1992, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melakukan inspeksi ke Korut.
Pada Oktober 1994, Korut sepakat untuk membekukan program nuklirnya di bawah naungan Framework Agreement di Geneva.
Sebagai gantinya, Korut memperoleh pembangunan reaktor air dan bahan bakar minyak yang disediakan oleh Organisasi Pengembangan Energi Semenanjung Korea pimpinan AS.
Pembangunan tersebut sekaligus untuk menutupi kekurangan listrik di negara tertutup itu karena penangguhan rencana nuklirnya.
Baca juga: Pengawas Nuklir PBB Siap Lakukan Inspeksi ke Korea Utara
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.