Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kim Jong Un dan Donald Trump, Dua Rival yang Punya Kesamaan

Kompas.com - 11/06/2018, 22:20 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Loyalitas adalah harga mati

Kesamaan lain adalah baik Trump dan Kim Jong Un sama-sama menuntut loyalitas tanpa batas dari orang-orang di sekitarnya.

Selama menjadi presiden, Trump sudah memecat beberapa orang di lingkaran terdekatnya, karena satu dan lain hal.

Beberapa "korban" Trump adalah direktur komunikasi Gedung Putih Hope Hicks, penasihat ekonomi Gary Cohn, penasihat keamanan HR McMaster, Menlu Rex Tillerson, dan Menteri Urusan Veteran David Shulkin.

Baca juga: Kim Jong Un Bawa Pengawal Anti-peluru Pribadi ke Singapura

Sementara Kim Jong Un belum lama ini menunjuk pejabat baru di Biro Politik Umum, sebuah unit militer yang amat berkuasa.

Direktur baru lembaga itu digambarkan sebagai sosok yang "amat dipercaya" sang pemimpin.

Kim juga  menunjukkan otoritasnya baik di Partai Pekerja dan militer dengan cara menyingkirkan mereka yang dianggap rival potensial.

Salah satu korban paling senior adalah sang paman sekaligus mentor Jang Song Thaek, yang dieksekusi pada 2013, karena dianggap berkhianat.

Sosok lain yang tersingkir adalah suadara tiri Kim Jong Nam yang tewas di bandara internasional Kuala Lumpur akibat serangan zat racun.

Meski belum terbukti, banyak pengamat yakin pembunuhan Kim Jong Nam merupakan perintah Pyongyang.

Penggemar retorika

Kedua pemimpin ini sama-sama gemar melontarkan retorika dan ancaman.

Tahun lalu Kim menyebut Trump sebagai "orang pikun gila". Pernyataan itu langsung dibalas Trump yang menyebut Kim sebagai "little rocket man".

Namun, dalam peran diplomatik barunya yang membuatnya untuk pertama kali pergi ke luar negeri setelah enam tahun, Kim berubah drastis.

Baca juga: Bagaimana Cara Trump Menyapa Kim Jong Un saat Keduanya Bertemu?

Dia menjadi sosok yang amat sopan, terhormat, bahkan menyenangkan saat bertemu dengan pemimpin China dan Korea Selatan.

"Dengan melihat hal ini, saya kira mereka akan siap untuk saling mendengarkan. Saya kira mereka bisa berdialog dengan baik," kata John Delury, guru besar Universitas Yonsei.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com