Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Muammar Gaddafi, Diktator Libya yang Digulingkan

Kompas.com - 08/06/2018, 19:19 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

KOMPAS.com - Selama lebih dari 40 tahun, sejak 1969 hingga 2011, Libya berada di bawah pemerintahan seorang diktator.

Muammar Gaddafi yang memperoleh kekuasaannya melalui jalan kudeta pada akhirnya digulingkan oleh kelompok pemberontak hingga dibunuh setelah sempat hidup dalam persembunyian selama berbulan-bulan.

Awal Kehidupan

Memiliki nama lengkap Muammar Mohammed Abu Minyar Gaddafi, namun lebih dikenal dengan nama Muammar Gaddafi. Lahir pada tanggal 7 Juni 1942 di Sirte, Libya.

Masa kecil Gaddafi hidup dalam tenda Badui di padang gurun Libya. Dia berasal dari keluarga suku al-Qadhafah. Saat kelahirannya, Libya masih menjadi koloni Italia.

Baca juga: Diduga Terima Dana dari Muammar Gaddafi, Mantan Presiden Perancis Ditangkap

Pada 1951, Libya memperoleh kemerdekaannya di bawah kepemimpinan Raja Idris yang bersekutu dengan negara Barat.

Pada 1961, Gaddafi masuk ke perguruan tinggi militer di kota Benghazi.

Gaddafi muda yang mengagumi sosok pemimpin Mesir, Gamal Abdel Nasser ini juga pernah menjalani masa pelatihan militer selama empat bulan di Inggris.

Setelah lulus, Gaddafi bergabung dengan militer dan karirnya cukup menanjak.

Namun di saat yang sama, ketidakpuasan terhadap pemerintahan Raja Idris berkembang dalam dirinya. Gaddafi pun bergabung dalam pergerakan para perwira muda yang ingin menggulingkan raja.

Dengan bakat dan karisma yang dimilikinya, Gaddafi terpilih menjadi pemimpin dalam kelompok pergerakan penggulingan pemerintah dan pada 1 Septermber 1969, Raja Idris dilengserkan ketika dia berada di Turki untuk mendapat perawatan medis.

Gaddafi kemudian diangkat menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata sekaligus ketua Dewan Komando Revolusi yang memegang kekuasaan Libya yang baru. Pada usia 27 tahun, Gaddafi pun menjadi penguasa Libya.

Awal Kediktatoran

Setelah berkuasa, langkah pertama yang dilakukan Gaddafi adalah dengan menutup pangkalan militer milik Amerika dan Inggris di Libya.

Dia juga menuntut agar perusahaan asing yang beroperasi di Libya memberikan bagian pendapatan yang lebih besar kepada negaranya.

Pernah menjadi saksi kudeta yang gagal pada Desember 1969, Gaddafi pun mengesahkan undang-undang yang mengkriminalisasi perbedaan pendapat politik.

Pada 1970, Gaddafi mengusir orang-orang Italia dari Libya. Dia juga menentang zionisme Israel dan mengusir komunitas Yahudi dari Libya.

Muammar Gaddafi (kanan) bersama dengan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.AFP / MAHMUD TURKIA Muammar Gaddafi (kanan) bersama dengan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi.
Praktik kediktatoran yang dijalankan Gaddafi semakin terlihat saat dia memerintahkan agen intelijennya di seluruh dunia mengintimidasi dan membunuh warga Libya di pengasingan.

Gaddafi juga menunjuk keluarga dan teman-teman terdekatnya untuk menempati posisi-posisi penting di pemerintahan.

Korupsi dan penindasan yang dipraktikkan di setiap organisasi sipil menjadikan penduduk hidup dalam kemiskinan.

Sementara Gaddafi dan orang-orang dekatnya mengumpulkan kekayaan dan menyingkirkan para pembangkang.

Selain memimpin sebagai diktator, Gaddafi juga dikenal memiliki gaya yang eksentrik dengan pakaian yang unik dan kebiasaannya mendirikan tenda di setiap kunjungannya ke luar negeri.

Pemerintah Libya di bawah Gaddafi juga diketahui terlibat dengan banyak kelompok anti-Barat di seluruh dunia, menjadikan Libya musuh bagi banyak negara.

Kerajaan Inggris bahkan memilih memutuskan hubungan diplomatik dengan negara itu selama lebih dari satu dekade.

Libya juga dianggap berperan di balik sejumlah aksi terorisme. Di antaranya pada 1986 dalam kasus pemboman klub di Berlin Barat yang menewaskan tiga orang.

Juga kasus pemboman pesawat yang membawa 259 orang di Lockerbie, Skotlandia pada 1988 dan peledakan pesawat penumpang Perancis pada 1989 yang menewaskan 170 penumpang.

Hubungan Gaddafi dengan negara Barat mulai mencair pada era 1990-an, saat muncul ancaman yang semakin besar dari kelompok Islam yang menentang kekuasaannya. Dia mulai berbagi informasi dengan dinas intelijen Inggris dan Amerika.

Gaddafi juga mulai diterima negara-negara barat, bahkan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi menganggapnya sebagai salah satu teman dekatnya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Moammar Khadaffi Tewas Dieksekusi Pemberontak

Banyak pihak yang mengkritik hubungan Gaddafi dengan negara-negara Barat, diyakini dilandasi kepentingan bisnis dan akses minyak bumi.

Kejatuhan Rezim dan Kematian

Setelah empat dekade berkuasa, rezim yang dibangun Gaddafi mulai menemui tanda-tanda kehancuran. Kejatuhan rezim Gaddafi terjadi hampir bersamaan dengan revolusi di sejumlah negara Arab lainnya, yang disebut era Musim Semi Arab.

Pada Januari 2011, terjadi revolusi Tunisia yang memaksa turun Zine al Abidine Ben Ali dari kursi kepemimpinan. Bulan berikutnya, giliran penguasa Mesir Hosni Mubarak yang dipaksa lengser.

Kejatuhan dua penguasa negara Arab itu memicu aksi protes di sejumlah ibu kota negara Arab lainnya, tidak terkecuali Libya.

Aksi demo pecah di kota Benghazi dan menyebar ke seluruh Libya. Gaddafi bereaksi dengan menggunaan kekuatan yang agresif dan justru semakin meningkatkan gelombang protes.

Akhir Februari 2011, kelompok oposisi Libya telah menguasai sebagian besar negara dan membentuk badan pemerintahan Dewan Transisi Nasional (NTC).

Pada Juni 2011, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Gaddafi dan putranya, Seif al Islam serta saudara iparnya untuk kejahatan kemanusiaan.

Baca juga: Moammar Khadafy Pernah Simpan Kepala Musuhnya dalam Kulkas

Sebulan kemudian, dukungan untuk NTC sebagai pemerintahan Libya yang sah datang dari lebih dari 30 negara. Gaddafi kehilangan kendali atas Libya dan bersembunyi dalam pelarian.

Pada Agustus 2011, kota Tripoli jatuh ke tangan pemberontak, menjadi penanda kemenangan oposisi dan berakhirnya pemerintahan Gaddafi.

Kabar kematian Gaddafi muncul pada 20 Oktober 2011, disertai rekaman video yang menunjukkan tubuh sang diktator yang bersimbah darah.

Masih terdapat spekulasi terkait kematian Gaddafi, dengan sebagian orang menyatakan dia tewas dalam baku tembak, namun klaim yang lain menyebut Gaddafi menjadi target serangan udara NATO.

Pascaberakhirnya rezim Gaddafi, Libya terus terlibat kekerasan. Otoritas negara kini dipegang Kongres Nasional Umum, namun berbagai kelompok milisi masih bersaing untuk merebut kekuasaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com