Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Pertemuan Trump-Kim, "Hacker" Diduga Serang China dan Korsel

Kompas.com - 08/06/2018, 14:18 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Kelompok hacker diyakini tengah menargetkan untuk menyerang Korea Selatan dan China dengan serangan spionase siber.

Serangan tersebut dilakukan berkenaan dengan agenda pertemuan tingkat tinggi antara Amerika Serikat dengan Korea Utara yang akan dilangsungkan di Singapura pada pekan depan.

Pernyataan itu disampaikan oleh FireEye, sebuah perusahaan keamanan siber yang berbasis di AS.

Menurut mereka, insitusi keuangan dan kementerian luar negeri menjadi target potensial serangan.

Para analis perusahaan telah mencatat waktu serangan dan memperkirakan intensitas serangan meningkat saat semakin dekat dengan jadwal pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.

Baca juga: Bank Meksiko Dibobol Peretas, Dana Rp 214 Miliar Raib

"Korea Selatan telah sering menjadi target serangan spionase siber. Meskipun ancaman terbesar adalah Korea Utara, diyakini (peretas) China dan Rusia juga menargetkan Korea Selatan," kata Ben Read, analis spionase siber dari FireEye kepada The Independent.

"Dengan meningkatnya perhatian terhadap hubungan antar-Korea menjelang pertemuan Trump dengan Kim, kami memperkirakan serangan masih akan berlanjut dengan kecepatan yang meningkat," tambahnya.

Pertemuan antara Trump dengan Kim dijadwalkan digelar pada 12 Juni mendatang di Singapura dengan pembahasan utama adalah denuklirisasi Korea Utara.

Para pakar menyatakan dalam pertemuan tersebut dimungkinkan dideklarasikan perdamaian antara Korea Utara dengan Korea Selatan dan mengakhiri gencatan senjata Perang Korea.

Perang yang berlangsung pada 1950-1953 tersebut telah berada dalam kesepakatan gencatan senjata selama lebih dari 60 tahun dan belum tercapai perdamaian untuk secara formal mengakhiri perang.

Para peneliti dari FireEye telah mengidentifikasi setidaknya dua kelompok peretas yang melancarkan serangan ke China dan Korea Selatan.

Keduanya yakni kelompok TempTick dan Turla yang diduga kuat memiliki dukungan dari sebuah negara.

Baca juga: Peretas Banjiri Kanal Komunikasi ISIS dengan Gambar Porno

TempTick sebelumnya tercatat terlibat dalam serangan terhadap organisasi pembangkang China, serta institusi sektor publik dan privat Jepang. Kelompok tersebut diketahui telah aktif sejak 2009.

Sedangkan untuk Turla, serangan siber yang diketahui terkait kelompok ini tercatat sudah terjadi pada 2006.

"Mereka secara konsisten menargetkan pemerintahan di seluruh dunia dalam mencari informasi yang dapat membantu pengambilan keputusan oleh Rusia," kata peneliti FireEye.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com