Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah di Balik D-Day (Bagian I): Bencana Jelang Pendaratan Normandia

Kompas.com - 06/06/2018, 15:00 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Salah satu peristiwa paling menentukan dalam Perang Dunia II adalah digelarnya Operasi Overlord atau pendaratan di Pantai Normandia, Perancis pada 6 Juni 1944.

Sejarah mencatat, operasi militer tersebut adalah sebuah pendaratan amfibi terbesar dalam sejarah militer dunia, mungkin hingga saat ini.

Sejarah juga mencatat, pendaratan Normandia itu menjadi salah satu pukulan keras terhadap Jerman yang di saat bersamaan juga kewalahan menghadapi serbuan Uni Soviet dari front timur.

Namun, banyak kisah yang tak tercatat sejarah seputar operasi militer terbesar Sekutu ini. Mengutip dari majalah National Geographic edisi Juni 2002, Kompas.com mencoba membawa sisi lain peristiwa bersejarah ini.

Baca juga: Surat yang Menipu Hitler soal Pendaratan Normandia Dilelang

Bagi puluhan ribu tentara Amerika Serikat yang ditempatkan di Inggris pada musim semi 1944, Perancis merupakan tempat yang amat jauh.

Perancis adalah tempat di mana mereka akhirnya akan bertemu para tentara Nazi dalam pertempuran hidup atau mati.

Untuk mempersiapkan pertempuran hidup dan mati itu, puluhan ribu pemuda Amerika itu berlatih di sepanjang pesisir Inggris yang sudah dikosongkan dari warga sipil.

Salah satu tempat latihan militer itu adalah Slapton Sands, sebuah kawasan pantai yang terpencil dan tenang yang dipilih karena kondisinya yang mirip dengan Normandia.

Latihan yang paling realistis adalah Exercise Tiger, yang menggunakan peluru tajam yang akan digunakan dalam pendaratan sesungguhnya.

Latihan itu melibatkan 300 kapal dan 30.000 personel digelar pada April 1944, enam pekan sebelum invasi dilakukan.

Jenderal Dwight D Eisonhower, komandan tertinggi Operasi Overlord, memantau langsung latihan tersebut pada 27 April 1944.

Saat itulah, kesalahan fatal terjadi dalam latihan. Perlindungan udara yang gagal, pendaratan pasukan yang terlambat, serta kebingunan di antara prajurit yang tiba di pantai.

Baca juga: Jenderal Eisenhower: Jika Pendaratan Normandia Gagal, Salahkan Saya!

Tank-tank amfibi yang "berenang" menuju pantai salah mengenali sasaran dan justru melukai pasukan di pesisir.

Setidaknya satu tank tenggelam di laut sementara krunya yang panik berhasil menyelamatkan diri dengan melompat ke laut.

Kekacauan itu membuat Eisonhower murka dan kekhawatiran pun muncul di benaknya karena hari pendaratan sudah ditentukan sementara kekacauan masih terus terjadi.

Namun, itu bukanlah hal yang terburuk. Pada sekitar pukul 02.00 pada 28 April 1944, sembilan kapal torpedo Jerman, menyerang delapan kapal pendarat tank (LST) milik AS.

Sungguh celaka, kedelapan LST itu sedang menuju ke Slapton Sands membawa kendaraan dan personel yang akan didaratkan dalam fase lanjutan Execise Tiger.

Torpedo Jerman menghantam langsung tiga LST di ujung barisan itu. LST-531 tenggelam dalam hitungan menit bersama ratusan personel di dalamnya.

Baca juga: Andai Hitler Tak Tidur Saat Sekutu Mendarat di Normandia...

Satu torpedo lainnya menghantam buritan LST-289 tetapi kapal itu masih berhasil mencapai pelabuhan meski rusak parah.

Namun, LST-507 yang juga membawa bahan bakar,  meledak setelah terhantam sebuah torpedo.

Eugene Eckstam, seorang perwira medis di LST-507, berlari menuju dek tempat tank berada dan dipenuhi para prajurit dan kendaraan.

"Saya hanya melihat kobaran api, amat besar dan suara ledakan," kata Eckstam di kemudian hari.

"Truk terbakar, bahan bakar terbakar, dan amunisi senjata ringan terus menerus meledak. Hal yang terburuk adalah jeritan minta tolong para prajurit yang terjebak," kata dia lagi.

"Namun, saya tahu, tak ada cara bagi saya atau orang lainnya untuk menolong mereka. Saya tahu, asap yang mereka isap akan mengakhiri penderitaan, jadi saya menutup lubang palka ke dek tank dan menguncinya," tambah Eckstam.

Para perwira senior di daratan, langsung menghitung kerugian yang terjadi. Mereka memerintakanlima LST yang tersisa untuk terus berlayar ke Darthmouth yang menjadi tujuan utama.

Kapten John Doyle, komandan LST-515, yang menjadi kapal pemimpin konvoi itu, mengabaikan perintah dan berputar kembali untuk menolong korban selamat.

"Kami mulai mencari mereka yang masih hidup. Kami menyelamatkan 132 orang," kata Brent Wahlberg, seorang perwira di LST-515.

Banyak korban tewas ditemukan dengan kepala berada di bawah permukaan air sementara kaki menyembul ke atas dengan rompi pelampung mengapung di sekitar mereka.

Tak ada yang memberi tahu mereka, pelampung itu harus diikatkan di bawah ketiak dan bukan dipakai di pinggang.

Pelajaran yang diperoleh dari bencana ini kemudian disampaikan ke para prajurit lain yang terbukti bisa menyelamatkan banyak jiwa.

Sementara itu, Eisenhower menerima laporan intelijen yang tak mengenakkan. Untuk merahasiakan bencana itu, dia memerintahkan langkah tak lazim sehingga insiden itu tertutup rapat hingga beberapa tahun kemudian.

Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Dwight D Eisenhower, Presiden AS ke-34

Dia tak ingin pasukan Sekutu apalagi Jerman mengetahui korban jiwa yang besar dalam bencana tersebut yaitu sebanyak 749 prajurit dan pelaut tewas.

Kekhawatiran lain adalah, kapal-kapal Jerman itu menangkap beberapa korban selamat yang membawa rahasia terbesar Operasi Overlord, yaitu lokasi pendaratan di Normandia. (bersambung)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com