GAZA CITY, KOMPAS.com - Sebuah kelompok pembela HAM anak menunjukkan dalam surveinya, anak-anak di Jalur Gaza terancam mengalami gangguan jiwa.
Marcia Brophy, konsultan kesehatan senior di Save the Children berujar, organisasinya melakukan wawancara dengan 150 anak berusia rata-rata 14 tahun, dan 150 pengasuh.
Diwartakan Al Jazeera Senin (4/6/2018), dilaporkan 95 persen dari anak-anak itu menunjukkan gejala seperti depresi, hiperaktif, kecenderungan menyendiri, dan agresif.
Baca juga: Israel Gempur Gaza Setelah Paramedis Palestina Tewas Ditembak
Dia berkata, mereka sudah menyaksikan konflik antara Israel dan Palestina yang terjadi pada 2008-2009, 2012, dan 2014.
11 tahun blokade yang dilakukan Mesir dan Israel membuat pengangguran meningkat ke 60 persen, dan tingkat kemiskinan dari dari 30 ke 50 persen.
"Kondisi anak-anak itu di ujung tanduk. Satu kejutan lagi bisa berdampak kepada konsekuensi negatif jangka panjang yang mereka terima," kata Brophy.
Dalam survei itu, 68 persen mengaku susah tidur, dan 78 persen selalu takut jika mendengar bunyi pesawat tempur lewat.
Salah satunya adalah remaja perempuan berusia 15 tahun bernama Samar. Dia selalu takut bakal menjadi korban serangan rudal selanjutnya.
"Kadang di suatu hari, saya selalu memikirkan ketakutan yang selalu terjadi kepada saya dan anak-anak yang lain," tutur Samar.
Dia membeberkan, konflik, serangan udara, maupun blokade yang dilakukan telah memupus sebuah ambisi, mimpi, dan kepribadiannya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.