DOHA, KOMPAS.com - Pemerintah Qatar menegaskan negaranya tidak akan terlibat konflik apalagi mengobarkan perang dengan Iran, meskipun kedua negara memiliki banyak perbedaan.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Pertahanan Khalid bin Mohammad al-Attiyah dalam sebuah konferensi keamanan internasional yang digelar di Singapura, akhir pekan kemarin.
"Walaupun di antara kedua negara terdapat banyak perbedaan, Doha tidak akan pernah mengobarkan peperangan di wilayah tersebut," kata Attiyah, Minggu (3/6/2018).
"Apakah bijaksana untuk memanggil AS dan Israel untuk memerangi Iran?"
"Iran adalah negara tetangga. Apabila ada pihak ketiga yang mencoba mendorong negara di kawasan itu untuk berperang dengan Iran, ini akan menjadi sangat berbahaya," tambah Attiyah.
Baca juga: Saudi Ancam Kerahkan Militer jika Qatar Beli Sistem Rudal S-400
Melansir dari Al Jazeera, komentar tersebut diduga merujuk kepada Arab Saudi, yang telah memimpin negara-negara Timur Tengah melakukan blokade terhadap Qatar.
Blokade tersebut terkait tuduhan bahwa Qatar telah membiayai kelompok-kelompok teroris dan memiliki hubungan dekat dengan Iran.
Tuduhan tersebut telah secara tegas dibantah Qatar dan balik menyebut negara-negara tersebut ingin membuat pergantian rezim di Doha.
Meski terdapat pangkalan udara militer terbesar di Qatar, Attiyah menegaskan, negaranya bukan penggemar peperangan dan lebih menyerukan untuk dicapainya perjanjian dan dialog.
"Kita seharusnya mengundang Iran, ungkapkan semua peluang kesepakatan dan berdiskusi untuk menghasilkan perdamaian daripada perang," kata Attiyah.
Qatar menjadi tuan rumah untuk pangkalan militer AS, Al Udeid, yang disebut sebagai yang terbesar di Timur Tengah. Pangkalan itu menjadi rumah bagi ribuan personel AS sekaligus pusat komando garis depan.
Baca juga: Qatar Beri Dana Hibah Rp 192 Miliar untuk Gaza
Qatar juga menyerukan pemulihan kembali perjanjian nuklir Iran pada 2015 yang ditandatangani enam kekuatan negara besar di dunia dan mencabut sanksi untuk Teheran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Presiden AS Donald Trump pada bulan lalu telah menarik diri dari kesepakatan tersebut dan memerintahkan kembali sanksi untuk Iran, yang sempat tertunda karena adanya perjanjian.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.