Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selandia Baru Musnahkan 126.000 Ekor Hewan Ternak

Kompas.com - 28/05/2018, 16:50 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

WELLINGTON, KOMPAS.com - PemerintahSelandia Baru memerintahkan pemusnakan 126.000 ekor hewan ternak untuk membasmi penyakit mycoplasma bovis yang mengakibatkan infeksi, pneumonia, dan arthritis pada ternak.

PM Jacinda Ardern mengatakan, keputusan itu diambil untuk melindungi basis perekonomian negeri itu yaitu sektor pertanian.

"Ini keputusan yang amat sulit, tak seorang pun yang ingin menyaksikan pemusnahan massal. Namun risikonya adalah penyebaranpenyakit ke hewan-hewan ternak kita," ujar Ardern.

Penyakit ini sebenarnya tidak memengaruhi susu atau daging yang dikonsumsi manusia. Namun, pemerintah banyak negara berusaha untuk mencegah terjadinya wabah.

Baca juga: Rombongan Sapi Masuk ke Lapangan, Laga Sepak Bola Dibatalkan

Meski demikian, lanjut Ardern, Selandia Baru yang amat tergantung pada ekspor ternak dan produk peternakan, ingin memusnahkan penyakit tersebut.

"Kami yakin langkah ini diambil dengan dasar penyakit itu bisa dimusnahkan dan 99 persen peternakan negeri ini tidak terjangkit sehingga kami ingin melindungi mereka," tambah Ardern.

Proses pemusnahan massal ini akan berlangsung selama dua tahun dan menghabiskan biaya 886 juta dolar Selandia Baru atau sekitar Rp 8,6 triliun.

Meski yang dimusnahkan mencapai 126.000 ekor ternak, tetapi jumlah itu tidak berarti dibanding dengan 4,2 juta ekor ternak yang dipotong di Selandia Baru setiap tahun.

Mycoplasma bovis, sejauh ini, ditemukan di 40 peternakan tetapi pemerintah mengatakan, sebanyak 192 peternakan terlibat dalam pemusnahan ini.

Selama 10 bulan pertama sejak penyakit ini ditemukan di Selandia Baru, sudah 26.000 ekor ternak yang dibunuh di negeri itu.

Baca juga: Diduga Bunuh Seekor Sapi, Pria di India Dikeroyok hingga Tewas

Menteri Pertanian Damien O'Connor mengatakan, pemerintah yakin wabah itu berasal dari satu sumber. Sayangnya, dalam pemusnahan ini sapi-sapi yang sehat juga ikut dibunuh.

"Mayoritas hewan yang kami musnahkan sebenarnya sehat. Hal ini terpaksa dilakukan karena belum adanya cara untuk memeriksa setiap individu hewan," ujar O'Connor.
 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com