Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serangan Udara Tewaskan Anak-anak, Presiden Afghanistan Minta Maaf

Kompas.com - 16/05/2018, 21:29 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

Sumber AFP

KABUL, KOMPAS.com - Presiden Afghanistan Ashraf Ghani meminta maaf kepada warganya, terutama keluarga korban serangan udara yang dilancarkan angkatan udara negara itu pada 2 April lalu.

Serangan yang dilancarkan ke distrik Dasht-e Archi, di provinsi Kunduz, utara Afghanistan tersebut menargetkan markas pertahanan Taliban.

Namun penyelidikan yang dilakukan PBB menunjukkan, para korban yang dilaporkan sebanyak 36 orang tewas, ternyata merupakan warga sipil. Bahkan 30 di antaranya adalah anak-anak.

Selain itu, 71 orang lainnya dikabarkan luka-luka, dengan 51 di antaranya anak-anak. Meski tersebar isu yang menyebut korban sebenarnya lebih banyak.

Baca juga: Serangan Udara Afghanistan Hantam Madrasah di Wilayah Taliban

Semula, pemerintah maupun militer menyebut target serangan adalah pangkalan Taliban di mana anggota senior kelompok tersebut sedang mengadakan pertemuan.

Kementerian pertahanan pun membantah serangan udara yang dilancarkan telah menimbulkan korban dari warga sipil.

Pada Rabu (16/5/2018), Presiden Ghani pun memutuskan bertemu dengan keluarga korban serangan untuk menyampaikan permintaan maaf.

"Perbedaan antara pelaku kejahatan dengan pemerintah yang sah adalah pemerintah yang sah akan meminta maaf jika telah melakukan kesalahan," tulis pernyataan Istana Kepresidenan.

Presiden juga bersumpah bahwa pemerintah akan memberikan kompensasi kepada keluarga korban.

Pemerintah juga menjanjikan dibangun monumen peringatan untuk mengenang para korban, serta sebuah masjid di kawasan yang terdampak serangan.

Baca juga: PBB Bakal Selidiki Serangan Udara Afghanistan ke Madrasah

Sebelumnya, tim penyidik PBB mengaku tak dapat mengonfirmasi apakah benar di antara para korban serangan terdapat pemimpin Taliban. Penyelidikan lebih lanjut tengah dilakukan.

Pemerintah juga mengirimkan tim untuk menggelar penyelidikan atas insiden yang terjadi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com