HARARE, KOMPAS.com - Perusahaan Sinosteel dari China telah menyepakati investasi senilai 1 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 14 triliun di Zimbabwe.
Perusahan tersebut berencana membangun pembangkit listrik dan meningkatkan produski ferrochrome, sejenis bahan paduan dalam pembuatan baja.
Demikian pernyataan dari Presiden Zimbabwa Emmerson Mnangagwa pada Senin (14/5/2018), seperti diwartakan Business Day mengutip Reuters.
"Kami akan terus meninjau proses kucuran dana investasi dengan kemudahan aturan berbisnis," katanya, setelah menandatangani kesepakatan investasi.
Baca juga: Jika Terpilih, Pemimpin Oposisi Zimbabwe Ini Bakal Usir Pengusaha China
Presiden Sinosteel Andong Liu mengatakan, perusahaannya akan meningkatkan produksi ferrochrome sebesar 120.000 ton selama lima tahun ke depan menjadi 300.000 ton per tahun.
Selain itu, pembangkit listrik tenaga metana sebesar 400 Megawatt di Zimbabwe sebelah barat.
Zimbabwe biasa mengimpor sebagian besar energinya dari negara-negara tetangga. Kebutuhan energi negara benua Afrika ini dipenuhi melalui kombinasi biomassa, pembangkit listrik tenaga batu bara domestik dan pembangkit listrik tenaga air.
Lebih dari 35% listrik yang dibutuhkan diimpor dari Afrika Selatan, Mozambik dan Republik Demokratik Kongo.
Sebelumnya, China juga telah muncul sebagai salah satu investor utama di Zimbabwe, memperbarui pembangkit tenaga hidro di Bendungan Kariba, serta perusahaan Besi dan Baja Zimbabwe.
Lembaga nonprofit Chatham House mencatatkan, China menjadi mitra dagang terbesar keempat di Zimbabwe, mulai dari pertanian hingga konstruksi.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan