Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Zimbabwe Dapat Kucuran Investasi Rp 14 Triliun dari Perusahaan China

Kompas.com - 15/05/2018, 15:08 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

HARARE, KOMPAS.com - Perusahaan Sinosteel dari China telah menyepakati investasi senilai 1 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 14 triliun di Zimbabwe.

Perusahan tersebut berencana membangun pembangkit listrik dan meningkatkan produski ferrochrome, sejenis bahan paduan dalam pembuatan baja.

Demikian pernyataan dari Presiden Zimbabwa Emmerson Mnangagwa pada Senin (14/5/2018), seperti diwartakan Business Day mengutip Reuters.

"Kami akan terus meninjau proses kucuran dana investasi dengan kemudahan aturan berbisnis," katanya, setelah menandatangani kesepakatan investasi.

Baca juga: Jika Terpilih, Pemimpin Oposisi Zimbabwe Ini Bakal Usir Pengusaha China

Presiden Sinosteel Andong Liu mengatakan, perusahaannya akan meningkatkan produksi ferrochrome sebesar 120.000 ton selama lima tahun ke depan menjadi 300.000 ton per tahun.

Selain itu, pembangkit listrik tenaga metana sebesar 400 Megawatt di Zimbabwe sebelah barat.

Zimbabwe biasa mengimpor sebagian besar energinya dari negara-negara tetangga. Kebutuhan energi negara benua Afrika ini dipenuhi melalui kombinasi biomassa, pembangkit listrik tenaga batu bara domestik dan pembangkit listrik tenaga air.

Lebih dari 35% listrik yang dibutuhkan diimpor dari Afrika Selatan, Mozambik dan Republik Demokratik Kongo.

Sebelumnya, China juga telah muncul sebagai salah satu investor utama di Zimbabwe, memperbarui pembangkit tenaga hidro di Bendungan Kariba, serta perusahaan Besi dan Baja Zimbabwe.

Lembaga nonprofit Chatham House mencatatkan, China menjadi mitra dagang terbesar keempat di Zimbabwe, mulai dari pertanian hingga konstruksi.

Kehadiran investasi China di Zimbabwe merupakan isu sensitif selama kampanye pemilihan umum yang bakal digelar tahun ini.

Baca juga: Pemerintah Zimbabwe Legalkan Produksi Ganja untuk Pengobatan dan Sains

Gerakan oposisi untuk Perubahan Demokratis berjanji untuk menyingkirkan China, jika partainya menang dalam pemilihan umum yang akan datang.

Opisisi menuduh China mendukung pemerintahan Zanu-PF dan praktik perburuhan yang tidak adil.

Warga Zimbabwe akan memberikan suaranya dalam pemilu yang digelar sebelum 21 Agustus 2018.

Sebelumnya, Mnangagwa melakukan kunjungan kenegaraan ke China pada Selasa (3/4/2018).

Suksesor Robert Mugabe itu bertemu dengan Xi Jinping yang memanggilnya sebagai "teman lama" China.

"Saya sangat senang dapat menyambut Presiden Mnangagwa dalam kunjungannya ke Beijing," kata Presiden Xi saat keduanya duduk bersama untuk saling berbicara.

Baca juga: Kasus Korupsi Berlian Rp 208 Triliun, Parlemen Zimbabwe Panggil Mugabe

Hubungan China dengan Zimbabwe pada masa perjuangan pembebasan tahun 1960-an, ketika Beijing menyediakan senjata dan melatih beberapa pemimpin gerilya, termasuk Mnangagwa.

Zimbabwe juga menjadi pengekspor tembakau asing terbesar di China. Kedua negara juga sempat bekerja sama dalam membuka pertambangan berlian, namun telah dinasionalisasi oleh Mugabe pada 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com