Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jelang Eutanasia, Ini Kegiatan Profesor Australia Usia 104 Tahun di Swiss

Kompas.com - 10/05/2018, 09:28 WIB
Veronika Yasinta

Editor

BASEL, KOMPAS.com - Menjelang detik-detik terakhir hidupnya, profesor asal Australia berusia 104 tahun, David Goodall, masih memberikan konferensi pers di Basel, Swiss.

Dia bahkan sempat menyenandungkan Symphony ke-9 karya Beethoven. Dia berharap kisahnya ini mendorong warga Australia untuk lebih liberal dalam memandang kematian sukarela atau voluntary eutanasia.

Pekan ini, Goodall meninggalkan Kota Perth menuju Swiss untuk mengakhiri hidupnya secara sukarela. Di Australia, tindakan seperti itu ilegal dan orang-orang yang membantu melakukannya dianggap melanggar hukum.

Di Swiss, tindakan eutanasia sukarela dilegalkan dan sebuah klinik di Kota Basel telah menyetujui permohonan Goodall.

Baca juga : Profesor Australia Usia 104 Tahun Ingin ke Swiss untuk Akhiri Hidup

Dalam konferensi pers pada Rabu (9/8/2018), dia mengaku kaget dengan banyaknya jurnalis media internasional yang datang.

"Saya kaget dengan besarnya perhatian pada kasus saya. Saya sangat menghargai keramahan negara Federasi Swiss untuk bisa mengakhiri hidup saya secara baik," katanya.

"Saya senang mendapatkan kesempatan ini, namun sebenarnya saya lebih suka jika dilakukan di Australia," imbuhnya.

Kematiannya telah dijadwalkan, yaitu pada Kamis (10/5/2018) siang hari waktu setempat. Dia mengaku tidak sedikit pun keraguan untuk mengakhiri hidupnya.

"Saya merasa tidak ada keterlibatan orang lain (untuk memilih tindakan ini). Pilihan saya sendiri untuk mengakhiri hidup besok. Saya menantikannya," kata Goodall.

"Di usia seperti saya, atau kurang, orang ingin bisa bebas memilih kematian bila waktunya tepat," tambahnya.

Rindukan suasana pedesaan

Profesor David Goodall ingin menghabiskan usianya dengan berkampanye legalisasi eutanasia atau suntik mati. (ABC News/ Charlotte Hamlyn) Profesor David Goodall ingin menghabiskan usianya dengan berkampanye legalisasi eutanasia atau suntik mati. (ABC News/ Charlotte Hamlyn)
Goodall mengatakan tidak ada lagu tertentu yang dia pilih di saat menjalani proses eutanasia. Namun jika bisa memilih, dia menyebut Symphony ke-9 dari Beethoven akan cocok untuknya.

Baca juga : Rayakan Ulang Tahun ke-104, Profesor Ini Harapkan Hadiah Kematian

Dia lantas menyenandungkan melodi tersebut yang disambut tepuk tangan meriah dalam konferensi pers itu.

Ditanya mengenai hal yang paling dirindukannya, Goodall mengaku merindukan suasana perjalanan ke wilayah pedesaan Australia.

"Saya ingin kembali ke wilayah favoritku, Kimberley," ujarnya mengenai kota pedalaman di Australia Barat.

Dalam beberapa tahun terakhir, kondisi fisik Goodall terus memburuk seiring dengan menurunnya kualitas hidupnya.

Setelah mencoba mengakhiri hidupnya dalam 12 bulan terakhir, pria yang berulang tahun ke-104 pada April lalu ini akhirnya memutuskan pergi ke Swiss.

"Kemampuan saya terus menurun selama satu hingga dua tahun terakhir. Begitu juga penglihatanku selama enam tahun terakhir. Saya tidak ingin lagi melanjutkan kehidupanku," ujarnya.

Baca juga : Nabi Tajima, Manusia Tertua di Dunia Wafat pada Usia 117 Tahun

Goodall mengatakan dia tidak lagi bisa berkontribusi pada kehidupan dan masyarakat. Dia menyatakan, tingginya perhatian masyarakat terhadap kasusnya ini telah menjadi kontribusi terakhirnya.

"Saya tentu berharap kisah saya ini akan mendorong orang untuk berpandangan yang lebih liberal tentang subjek eutanasia sukarela. Saya kira mungkin akan ada langkah ke arah sana," katanya.

"Semua orang di atas usia paruh baya seharusnya berhak untuk mengakhiri hidup mereka sebagaimana yang mereka kehendaki," tambahnya.

Goodall mengatakan, jelang akhir hidupnya, dia ingin ditemani oleh satu atau dua sanak keluarganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com