DEN HAAG, KOMPAS.com - Tim pencari fakta senjata kimia yang dikirim Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) ke Suriah, telah kembali dengan membawa sampel dan hasil wawancara dari kota Douma.
Tim tersebut dikirim untuk menemukan bukti ada tidaknya penggunaan amunisi yang dilarang dalam serangan ke kota Douma pada 7 April lalu yang menewaskan puluhan warga Suriah.
Kantor berita Rusia, mengutip juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Igor Konashenkov, pada Jumat (4/5/2018), mengatakan, tim inspeksi telah menyelesaikan misinya di Douma.
Tim pencari fakta tersebut telah tiba kembali di Belanda, seperti diumumkan OPCW dalam pernyataannya.
"Pemberangkatan awal misi pencarian fakta di Douma sudah selesai," tulis pernyataan OPCW di Den Haag.
Baca juga : Rusia dan Suriah Dituduh Halangi Tim Pencari Fakta Masuki Douma
Melansir dari Arab News, di Suriah, tim tersebut mengunjungi dua lokasi yang diduga menjadi lokasi serangan senjata kimia dan mengambil sampel.
"Sampel yang diambil di Douma telah dibawa ke laboratorium OPCW untuk kemudian dibagi dan dikirim kembali ke sejumlah laboratorium yang ditunjuk," tambah pernyataan tersebut.
Meski telah merampungkan misi pengumpulan sampel di kota Douma, OPCW mengingatkan bahwa proses uji laboratorium hingga didapatkan hasil analisis dapat memakan waktu tiga hingga empat minggu.
"Untuk saat ini kami belum dapat memberikan kerangka waktu kapan laporan dari misi ke Douma akan diumumkan kepada negara-negara anggota Konvensi Senjata Kimia," kata OPCW.
Selain itu, OPCW hanya akan mengungkapkan fakta ada tidaknya penggunaan senjata kimia terlarang di Douma dan tidak berwenang untuk menentukan asal senjata kimia tersebut.
Pemberangkatan tim pencari fakta senjata kimia OPCW ke Suriah setelah adanya dugaan penggunaan amunisi yang dilarang dalam sebuah serangan di kota Douma Suriah pada 7 April.
Sebanyak lebih dari 40 orang dilaporkan meninggal dunia dengan menunjukkan gejala seperti terpapar zat kimia berbahaya.
Amerika Serikat dan sekutunya menuduh serangan tersebut dilakukan tentara rezim Bashar al Assad dan menjadikannya alasan untuk melancarkan serangan udara ke tiga lokasi di Suriah pada 13 April.
Baca juga : Rusia: Penyelidikan Serangan Senjata Kimia di Suriah Tidak Diperlukan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.