Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Niccolo Machiavelli, Bapak Teori Politik Modern

Kompas.com - 03/05/2018, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Niccolo Machiavelli merupakan seorang diplomat di Republik Firenze selama 14 tahun ketika wangsa Medici diasingkan.

Dia menjadi terkenal karena menulis buku berjudul Il Principe (Sang Penguasa) yang dipublikasikan pada 1532.

Buku itu memberikan pemahaman tentang perlunya kekejaman, dan sifat licik oleh penguasa. Orang yang mempraktikan isi buku itu dikenal sebagai "Machiavellian".

Karena buku tersebut, Machiavelli mendapatkan reputasi sebagai seorang yang ateis serta sinis tak bermoral.

Berikut merupakan biografi dari politisi yang kemudian dikenal sebagai "bapak teori politik modern" tersebut.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Niccolo Machiavelli Lahir

1. Kehidupan
Niccolo Machiavelli lahir di Firenze pada 3 Mei 1469, dan merupakan anak pasangan jaksa Bernardo di Niccolo Machiavelli dan Bartolomea di Stefano Nelli.

Berasal dari salah satu keluarga terpandang di Firenze, Machiavelli mendapat pendidikan tata bahasa, retorika, dan bahasa Latin.

Dalam suratnya kepada teman di 1498, Machiavelli menuliskan khotbah Girolamo Savonarola, seorang biarawan Dominikan yang pindah ke Florence pada 1482.

Pada 1490-an, Savonarola membuat pergerakan yang bermaksud melakukan perbuatan makar terhadap negara, pastor, hingga Sri Paus.

Machiavelli begitu tertarik akan metode retorika dan khotbah yang dibawakan oleh Savonarola.

Namun, Savonarola kemudian dihukum mati dengan cara digantung pada 24 Mei karena dianggap menyebarkan bidaah. Jenazahnya lalu dibakar di alun-alun.

Baca juga : Hukum dan Politik Sebabkan Peringkat Kebebasan Pers Indonesia Stagnan

Setahun kemudian, Firenze beralih menjadi republik. Keluarga Medici yang menjadi penguasa selama 60 tahun diasingkan.

Machiavelli lalu didapuk sebagai pejabat di kantor arsip kedua, dengan tugas untuk membuat keterangan resmi Pemerintah Firenze.

Selama bekerja di sana, Machiavelli meyakinkan Piero Soderini, Ketua Kantor Arsip Umum, untuk mengganti tentara bayaran di Firenze dengan milisi.

Dalam laporan tertulis, Machiavelli menjelaskan kalau dia tidak percaya dengan tentara bayaran karena mereka tidak patriotik.

Selain itu, biaya sewa mereka yang mahal membuat mereka tidak bisa diandalkan ketika negara-kota membutuhkannya di saat mendesak.

Berbekal milisi yang dibentuk, Machiavelli mendapat berbagai misi militer. Di antaranya membendung Cesare Borgia, putra dari Paus Alexander VI.

Selain itu, dia juga menyerang Kaisar Roma Suci Maximilian I, hingga mengalahkan Pisa di 1509.

Namun, Machiavelli menelan kekalahan ketika Wangsa Medici, yang dibantu Paus Yulius II, menyerang Florence pada Agustus 1512.

Menggunakan tentara Spanyol, Machiavelli kalah dalam pertempuran di Prato. Sejarawan meyakini kalau kekalahan itu disebabkan Soderini tidak ingin melawan Medici.

Baca juga : Indeks Persepsi Korupsi Stagnan, ICW Nilai Perlu Reformasi Hukum dan Politik

2. Pengasingan dan Lahirnya Il Principe
Setelah Medici menang, mereka kembali ke Firenze, dan menghapus republik. Soderini kemudian mengundurkan diri sebagai kepala negara dan diasingkan.

Machiavelli kemudian dipecat dari jabatannya. Setahun berselang, dia menjalani persidangan atas tuduhan melawan Keluarga Medici.

Dia dipenjara, dan sempat mengalami strappado, yakni bentuk penyiksaan di mana seseorang digantung dengan cara tangan diikat, sehingga menyebabkan dislokasi bahu.

Machiavelli menyangkal segala tuduhan tersebut. Dia kemudian dibebaskan, namun diasingkan di tanah milik ayahnya di San Casciano, di selatan Florence.

Di sana, Machiavelli dua mahakarya-nya, Il Principe dan Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio atau Diskursus Livy.

Baca juga : Tanggapan Bawaslu Soal Kontrak Politik Prabowo dengan KSPI

Dia mempersembahkan buku Il Principe kepada Lorenzo di Piero de Medici, Penguasa Firenze di 1513 dan cucu Lorenzo de Medici.

Secara umum, Il Principe berisi pedoman bagi penguasa untuk mengukuhkan kekuasaannya, atau seseorang yang ingin mendapat kekuasaan.

Machiavelli menganjurkan, Sang Penguasa tidak boleh dibenci. Namun dia harus melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan kekuasaannya.

Machiavelli dalam bukunya, berkata, seorang penguasa harus membangun kekuasaannya berdasarkan apa yang dia kuasai, bukan berdasarkan orang lain.

Dia memberikan penjelasan tentang apakah perlu jika Seorang Penguasa dicintai ataukah ditakuti.

"Yang terbaik ialah mendapatkan keduanya, dicintai dan ditakuti. Namun, jika tidak bisa, lebih baik ditakuti daripada dicintai," kata Machiavelli dalam bukunya.

Terdapat 26 bab dalam buku. Beberapa merupakan kisah kerajaan masa lalu yang digunakan Machiavelli agar Lorenzo di Piero tidak mengulangi kesalahan kerajaan itu.

Di bagian terakhir, Machiavelli menuliskan bagaimana dia ingin seorang penguasa bisa mempersatukan Italia dari tangan bangsa barbar.

Dia merujuk kepada Perancis dan Spanyol. Pada tahap ini, Machiavelli diinterpretasikan sebagai patriot alih-alih ilmuwan yang tidak memihak.

Baca juga : Kapolri: Asian Games Harus Jadi Pendingin di Tengah Situasi Politik Memanas

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com