Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Joseph Goebbels, Ahli Propaganda Nazi Jerman

Kompas.com - 01/05/2018, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Joseph Goebbels merupakan seorang politisi yang menjabat sebagai Menteri Penerangan Publik dan Propaganda Nazi Jerman.

Dikenal sebagai salah satu orator ulung dan ahli propaganda terbaik Nazi, dia bertanggung jawab untuk menonjolkan citra Nazi kepada rakyat Jerman.

Sehari setelah kematian Pemimpin Nazi Adolf Hitler di 30 April 1945, Goebbels sempat menjadi Kanselir Jerman selama sehari.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut merupakan biografi dari Joseph Goebbels.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Adolf Hitler, Pria Austria Pemimpin Nazi Jerman

1. Masa Muda
Paul Joseph Goebbels lahir pada 29 Oktober 1897 di Rheydt, sebuah kota industri di selatan Moenchengladbach, dekat Dusseldorf.

Goebbels lahir dari keluarga yang sederhana, dan merupakan penganut Katolik Roma. Dia merupakan anak keempat dari enam bersaudara.

Sejak kecil, kondisi Goebbels lemah. Antara lain dia menderita peradangan di paru-parunya.

Goebbels dididik di Gimnasium Katolik, dan termasuk murid dengan kemampuan cemerlang. Dia menyelesaikan Abitur (ujian masuk universitas) di 1917.

Orangtua Goebbels menginginkannya agar menjadi pastor, dan dia juga sempat mempertimbangkannya secara serius.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Pemberontakan Yahudi Polandia terhadap Nazi

Namun, ketika dia belajar sejarah dan literatur di Universitas Bonn, Wuerzburg, Freiburg, dan Muenchen, Goebbels mulai menjauhkan diri dari gereja.

Di Freiburg, dia bertemu dan jatuh cinta dengan seorang perempuan bernama Anka Stalherm yang merupakan kakak tingkatnya.

Hubungan mereka berakhir pada 1920. Ketika itu, Goebbels sempat berpikir untuk mengakhiri hidup.

Setahun berselang, Goebbels menulis novel semi-otobiografi berjudul Michael: ein Deutsches Schicksal in Tagebuchblattern yang terdiri dari tiga bagian.

Buku tersebut merupakan gabungan dari pemikiran Goebbels serta kisah hidup sahabatnya, Richard Flisges, dan menjadi buku populer selama masa Partai Nazi berkuasa.

Pada 1922, Goebbels lulus dari Universitas Heidelberg dengan gelar Doktor Filosofi Jerman.

Dia lalu pulang dan menjajal beberapa pekerjaan. Dia pernah menjadi pengajar privat, dan wartawan di sebuah koran lokal.

Selama bekerja sebagai jurnalis, sejarawan menjelaskan kalau tulisan Goebbels mulai menunjukkan ketidaksukaannya akan kultur modern, dan sikap anti-Semit.

Di musim panas 1922, dia bertemu dengan Else Janke, seorang guru sekolah. Ketika Janke mengaku kalau dia setengah Yahudi, Gobbels begitu kecewa.

"Pesonanya langsung memudar," tulis Goebbels saat itu. Meski begitu, Goebbels diketahui bertemu dengannya beberapa kali hingga 1927.

Baca juga : Kapal Perang Terbesar Nazi Masih Tinggalkan Luka di Alam Norwegia

2. Bergabung dengan Nazi Jerman
Ketertarikan Goebbels dengan Partai Buruh Nasional Sosialis Jerman (Nazi) dan Adolf Hitler mulai terjadi pada 1924.

Ketika itu, Hitler diadili atas tuduhan pengkhianatan setelah dia gagal melakukan kudeta dalam peristiwa Beer Hall Putsch pada 8-9 November 1923.

Persidangan itu diliput oleh banyak media massa, dan memberikan keuntungan bagi Hitler untuk menyebarkan propaganda.

Hitler kemudian divonis lima tahun penjara. Namun, dia kemudian dibebaskan pada 20 Desember 1924.

Goebbels lalu memutuskan bergabung dengan Nazi karena terpesona oleh kharisma Hitler, dan berkomitmen atas apa yang diyakininya.

Di musim gugur 1924, Goebbels dilantik sebagai pejabat distrik Nazi. Dua tahun kemudian, Hitler mengangkatnya sebagai Pemimpin Distrik Berlin.

Di 1927, Goebbels mendirikan Der Angriff, atau Serangan. Sebuah tabloid mingguan nasional sosialis.

Prestasi itu membuat Hitler melantiknya sebagai Direktur Nasional untuk Urusan Propaganda Partai Nazi.

Baca juga : Ajari Anjingnya Lakukan Hormat ala Nazi, Pria Skotlandia Ditahan

Setelah mengisi jabatan tersebut, Goebbels mulai menciptakan kisah-kisah yang mengangkat pamor Hitler sehingga mendorong rakyat untuk mendukung Nazi.

Setiap hari, aktivitas yang dilakukan Goebbels adalah mendesain poster, mempublikasikan propaganda, menghasut perkelahian jalanan, hingga meningkatkan agitasi politik.

Goebbels mengontrol propaganda itu di seluruh bentuk media massa; surat kabar, radio, film, tater, literatur, musik, hingga karya seni.

Kepiawaiannya membuat Goebbels ditakuti, terutama oleh kalangan Yahudi. Di 1932, atas perintah Hitler, dia mengatur boikot kepada para pengusaha Yahudi.

Tahun berikutnya, dia memimpin pemusnahan buku yang dianggap "tidak menunjukkan sisi Jerman". "Era intelektualisme ekstrem Yahudi telah usai," kata Goebbels.

Baca juga : Foto Korban Kamp Konsentrasi Nazi Jerman di Auschwitz Dipublikasikan

3. Perang Total
Selama Perang Dunia II, kemampuan Goebbels akan propaganda memberikan dampak yang signifikan. Pidatonya membangkitkan semangat, dan memberikan kemenangan untuk Jerman.

Namun, situasi mulai berbalik ketika Sekutu menginvasi Sisilia, Italia, di Juli 1943, dan kemenangan Uni Soviet di Pertempuran Kursk (Juli-Agustus 1943).

Goebbels mulai menyadari bahwa perang tidak akan lagi dimenangkan oleh Jerman. Apalagi, sekutu Hitler, Benito Mussolini, mengalami kejatuhan pada September 1943.

Goebbels kemudian memberikan penawaran kepada Hitler untuk melakukan perdamaian dengan dua negara secara terpisah.

Satu kepada Soviet, dan lainnya kepada Inggris. Hitler dengan tegas menolak sodoran dua proposal Goebbels tersebut.

Baca juga : Belum Sempat Masuk Bui, Eks Bendahara Nazi Meninggal di Usia 96 Tahun

Ketika Sekutu semakin mendekati Jerman, Goebbels mengusulkan teori "Perang Total". Yakni mengerahkan seluruh sumber daya yang ada untuk perang.

Strategi ini hanya memberikan dua pilihan yang jelas kepada Hitler; kemenangan atau kehancuran total.

Gagasan Goebbels kemudian mulai diterima pada pertengahan 1944. Beberapa faktor mendasari Nazi untuk beralih kepada usulnya.

Pertama, Pendaratan Normandia atau D-Day yang dilakukan pada 6 Juni 1944 membuat Sekutu berhasil menancapkan taring di Perancis.

Kedua adalah percobaan pembunuhan yang ditujukan kepada Hitler pada 20 Juli 1944 di Wolf's Lair, markas Front Timur di Rastenburg, Prussia Timur.

Bernama Operasi Valkyrie, plot yang dilakukan oleh Claus von Stauffenberg itu nyaris membunuh Sang Fuehrer.

Baca juga : Mantan Penjaga Kamp Nazi Berusia 96 Tahun Jalani Masa Tahanan

Tiga hari setelah plot itu, Goebbels dilantik menjadi Jenderal Berkuasa Penuh untuk Perang Total.

Jabatannya memberikan wewenang kepada Goebbels untuk mengerahkan sumber daya manusia guna diterjunkan sebagai Wehrmacht.

Usahanya mampu menambah personil militer hingga 1,5 juta orang. Namun, Goebbels bersitegang dengan Menteri Industri Senjata Albert Speer.

Penyebabnya, kebanyakan orang yang diambil Goebbels berasal dari industri pertahananan. Sedangkan para pengganti pekerja itu tidak mempunyai kecakapan.

Atas perintah Hitler, Goebbels membentuk Volkssturm atau Badai Rakyat, unit milisi Nazi Jerman, pada 18 Oktober 1944.

Dalam diarinya, Goebbels mencatat kalau organisasi itu berhasil merekrut 100.000 orang. Namun, dia menyadari Volkssturm tidak efektif.

Sebab, dengan kebanyakan anggota berusia 45 sampai 60 tahun, mereka jelas tidak akan bisa menghadapi tank dan artileri Pasukan Merah, julukan Soviet.

Baca juga : Mima Saina, Wanita Indonesia Pelindung Bayi Yahudi dari Kejaran Nazi

4. Kematian
Pada bulan-bulan terakhir Perang Dunia II, segala pidato yang dicanangkan oleh Goebbels tidak efektif membangkitkan moral pasukan.

Sebab, pada awal 1945, tentara Soviet sudah berada di Sungai Oder. Sedangkan negara Barat bersiap menyeberangi Sungai Rhine.

Sadar akan kekalahan sudah tidak bisa dihindari, Goebbels kembali mengajukan proposal perdamaian kepada Hitler, yang langsung ditolak mentah-mentah.

Ketika para pemimpin Nazi yang lain menyarankan Hitler keluar dari Berlin dan pindah ke benteng di Bavaria, Goebbels menolaknya.

Dia berargumen, Hitler harus tetap berada di Berlin untuk menunjukkan aksi heroik yang terakhir kalinya.

Baca juga : Setelah 70 Tahun, Kakek 102 Tahun dari Era Nazi Bertemu Keponakannya

Dia dan istrinya, Magda, kemudian mendiskusikan rencana bunuh diri serta masa depan anak-anak mereka pada 27 Januari 1945.

Pada 29 April 1945, Hitler memutuskan untuk menikahi kekasihnya, Eva Braun, di dalam Führerbunker.

Setelah menikah, Hitler kemudian mengajak sekretaris pribadinya, Traudi Junge, agar menuliskan wasiat terakhirnya.

Dalam wasiat tersebut, Hitler tidak menyebutkan Fuehrer atau Pemimpin Nazi yang baru. Melainkan menunjuk Goebbels sebagai Kanselir Negara Jerman.

Laksamana Karl Doenitz dilantik sebagai Presiden, dan Martin Bormann sebagai Menteri Urusan Partai.

Goebbels kemudian menulis bahwa dia menolak untuk meninggalkan Hitler dan melarikan diri dari Berlin.

Baca juga : Kisah Perang: Stanley Hollis, Prajurit yang Tak Bisa Dibunuh Nazi

"Saya menolak perintah karena loyalitas pribadi dan kemanusiaan," ucap Goebbels dalam suratnya tersebut. Dia dan keluarganya bakal mati di sisi Sang Fuehrer.

Pada 30 April 1945, Hitler tewas setelah bunuh diri dengan cara menembak kepalanya. Fakta itu membuat Goebbels sangat frustrasi.

1 Mei, Goebbels menunaikan tugasnya sebagai seorang kanselir. Dia menuliskan surat kepada Jenderal Vasily Chuikov, komandan Soviet di Berlin.

Dalam suratnya, Goebbels menginformasikan kematian Hitler, dan permintaan untuk melakukan gencatan senjata.

Wakil Laksamana Hans-Erich Voss mengenang, saat itu, dia melihat Goebbels untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan Berlin.

Dalam pengakuannya, Voss berujar kalau dia sempat meminta Goebbels untuk ikut mereka melarikan diri dari Berlin.

Baca juga : Helmy, Orang Arab yang Selamatkan Perempuan Yahudi dari Holocaust Nazi

"Kapten tidak boleh meninggalkan kapalnya yang karam. Selain itu, kondisi dan anak yang masih kecil membuat saya tidak leluasa melarikan diri," kata Goebbels ditirukan Voss.

1 Mei 1945 malam harinya, dia meminta dokter Nazi, Helmut Kunz, untuk emnyuntik keenam anaknya dengan morfin.

Jadi, ketika mereka berada dalam kondisi tidak sadar, sebuah kapsul berisi racun sianida bisa dimasukkan ke mulut mereka.

Pukul 20.30 waktu setempat, Goebbels dan istrinya keluar dari bunker persembunyian dan berjalan di taman Reich Chancellery.

Di sana, mereka memutuskan untuk bunuh diri. Banyak versi mengatakan tentang bagaimana cara mereka untuk mengakhiri hidup.

Versi pertama, Goebbels menembak Magda sebelum kemudian mengarahkan pistol ke dirinya sendiri.

Adapun versi kedua menceritakan keduanya sama-sama menenggak kapsul berisi sianida, dan kemudian sama-sama menembak agar tidak terlalu menderita.

Ajudan Goebbels, Guenther Schwaegermann mengaku di 1948, Goebbels dan istrinya berjalan di taman, sementara dia menunggu di tangga.

Setelah itu dia mendengar tembakan, dan menemukan keduanya sudah tergeletak di tanah. Atas perintah Goebbels, beberapa prajurit SS menembak untuk memastikan dia sudah tewas.

Jenazahnya kemudian dibakar, dan ditemukan Soviet beberapa hari kemudian. Goebbels dan keluarganya dimakamkan di fasilitas rahasia Soviet, SMERSH, di Magdeburg pada 21 Februari 1946.

Baca juga : Surat Tahanan Auschwitz Ungkap Horor Pembunuhan Yahudi oleh Nazi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com