Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/04/2018, 15:48 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

BEIJING, KOMPAS.com - Militer China dikabarkan tengah mengembangkan sebuah teknologi "jubah tembus pandang" untuk dipasang pada pesawat tempur non-siluman.

Teknologi tersebut menggunakan "metamaterial". Yakni sejenis lapisan yang mengandung struktur miskroskopik seperti rangkaian komponen listrik terintegrasi.

Metamaterial mampu mengubah gelombang radio yang dipancarkan radar sehingga memunculkan citra "siluman", atau meminimalkan gema yang dipantulkan pesawat itu ke radar.

Teorinya, pesawat tempur yang dilapisi metamaterial itu bisa menyerupai pesawat komersial selama di tengah penerbangan untuk mengecoh radar.

Baca juga : Jet Tempur Inggris Beraksi, Serang Fasilitas Militer Suriah

Teknologi "jubah tembus pandang" itu awalnya dikembangkan oleh Laboratorium Gelombang Militer Pusat di Universitas Tenggara di Nanjing.

Diberitakan South China Morning Post Selasa (24/4/2018), metamaterial tersebut telah diuji coba di pabrik pembuatan pesawat militer di Shenyang.

Peneliti di laboratorium Universitas Tenggara itu berkata, Perusahaan Pesawat Shenyang memproduksi jet tempur non-siluman, seperti Shenyang J-11 dan J-15.

"Jika berhasil, teknologi ini bakal meningkatkan kemampuan pesawat tempur China," kata peneliti yang tidak ingin identitasnya disebutkan tersebut.

Diberitakan oleh SCMP, Negeri "Panda" mempunyai sekitar 1.500 pesawat tempur. Termasuk di dalamnya 20 unit pesawat siluman J-20.

Namun, teori peneliti tersebut dibantah oleh Direktur Fisika Terapan di Universitas Xidian, Han Yiping.

Han berkata, teknologi metamaterial saja tidak mampu untuk menyembunyikan sebuah pesawat tempur dari deteksi radar.

Dia mencontohkan, pesawat siluman membutuhkan berbagai komponen untuk membuatnya tidak dideteksi oleh radar negara asing.

Di antaranya desain aerodinamis yang harus mempertimbangkan seberapa rendah refleksinya, dan lapisan yang dibuat dari partikel terionisasi.

Kemudian, memproduksi metamaterial dalam jumlah besar sangat sulit dilakukan. Bahan tersebut juga harus tahan panas maupun goncangan saat pertempuran berlangsung.

"Kemudian di masa kini, teknologi itu hanya ampuh untuk beberapa bandwidth radio. Sejumlah kemampuan pesawat itu harus dihilangkan untuk mengimbangi teknologinya," ucap Han.

Baca juga : Pesawat Tempur Yunani Jatuh saat Misi Pencegatan di Laut Aegea

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com