"Jika permintaan pembukaan kantor di AS dikabulkan, hubungan AS dengan Turki dikhawatirkan bisa memburuk," ulas Gingeras.
Namun, pendapat Gingeras dibantah oleh Chris Meserole, pakar Timur Tengah dari Institut Brookings.
Baca juga : Pemberontak Suriah Bantah Serahkan Douma ke Pasukan Pemerintah
Meserole menjelaskan, SDC juga beranggotakan kelompok Arab Suriah. Fakta itu seharusnya menjadi alasan pemerintahan Donald Trump meloloskan permintaan tersebut.
"Mereka (Washington) bisa berdalih menerima sekutu yang pro-demokrasi. Bukan sebuah kelompok milisi Kurdi," ucap Meserole.
Analis Timur Tengah di Rand Corporation, Amanda Kadlec meyakini hubungan Turki-AS tidak akan retak karena milisi Kurdi membuka kantor di sana.
Memang, Turki merasa keberatan atas dukungan yang diberikan Washington kepada Kurdi dalam beberapa tahun terakhir.
"Selain itu, terdapat beberapa kebijakan yang meningkatkan tensi. Namun, saya rasa tidak akan sampai menimbulkan keretakan," kata Kadlec.
Selain itu, ada sejumlah kantor yang berasal dari organisasi yang dianggap kontroversial. Kadlec mencontohkan Mujahedin-e Khalq.
"Mereka masuk ke dalam daftar kelompok yang dianggap teroris oleh AS. Namun, mereka membuka kantor di Washington pada 2013," lanjut Kadlec kembali.
Baca juga : Kelompok Pemberontak Suriah Setuju Tinggalkan Wilayah Ghouta Timur
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.