VIENNA, KOMPAS.com - Pemerintah Austria bakal mengambil tindakan mencegah segala kemungkinan digelarnya segala aktivitas yang berkaitan dengan kampanye oleh partai politik Turki jelang agenda pemilihan umum dini.
Pelarangan tersebut disampaikan Kanselir Austria Sebastian Kurz yang mengatakan kegiatan kampanye oleh partai politik Turki di wilayah negara itu tidak bisa diterima dan tidak akan mendapat izin.
"Kepemimpinan Turki di bawah Erdogan selama bertahun-tahun telah mencoba membentuk komunitas-komunitas yang berasal dari Turki di Eropa," kata Kurz dalam sebuah wawancara radio, Jumat (20/4/2018).
Beberapa hari lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Ergodan telah mengumumkan akan digelarnya pemilu dini pada 24 Juni, lebih cepat satu setengah tahun dari masa berakhirnya jabatan presiden saat ini.
Baca juga: Kejutkan Turki, Erdogan Umumkan Pemilu Dini pada 24 Juni
Pemilu dini dimaksudkan untuk mempercepat transisi sistem pemerintahan menjadi presidensial, yang akan mulai berlaku seusai pemilihan.
Menurut Kurz, pelarangan terhadap segala acara kampanye dapat diberlakukan menggunakan undang-undang pertemuan publik yang perubahannya telah disahkan tahun lalu.
"Perubahan dalam aturan perundang-undangan itu memberi kewenangan kepada otoritas untuk melarang sebuah pertemuan yang dimaksudkan untuk aktivitas politik partai negara ketiga maupun yang dianggap merugikan kepentingan Austria," kata Kurz.
Setiap agenda yang dihimpun oposisi juga akan turut dilarang. Menurut Kruz, hal itu untuk mencegah situasi memanas yang masuk ke Austria yang akan membahayakan perdamaian negara.
Hubungan antara Turki dengan sejumlah negara Uni Eropa, termasuk Austria dan Jerman tengah memburuk sejak tahun lalu.
Ketegangan bermula dari larangan berunjuk rasa jelang referendum kostitusi yang telah dimenangi Erdogan dan kembali memimpin.
Baca juga: Austria Menolak Usir Diplomat Rusia
Sebelumnya pada bulan Juli 2017, pemerintah Austria telah melarang Menteri Ekonomi Turki Nihat Zeybecki untuk memasuki wilayah negaranya itu.
Sekitar 360.000 orang yang tinggal di Austria berasal dari Turki, termasuk 117.000 warga negara Turki. Banyak di antara mereka diyakini sebagai pendukung Erdogan dan hak suaranya turut membantu kemenangannya di dalam referendum.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.