Kemudian di 2013, Diaz-Canel dilantik sebagai Wakil Presiden Dewan Negara sekaligus menjadi wakil Castro.
Sosoknya disorot oleh pengamat Kuba dari Universitas Texas-Rio Grande, Arturo Lopez-Levy. Dia menjelaskan, selama ini terdapat tradisi bahwa Kepala Negara Kuba merupakan sosok pria yang kuat.
"Namun, sosok presiden baru Kuba sepertinya lemah. Dia tidak punya kuasa lebih dari apa yang sudah diberikan kepadanya," kata Lopez-Levy.
Meski dianggap sebagai pribadi sederhana dan moderat, AFP melaporkan sempat muncul sisi "gelap" Diaz-Canel dalam pertemuan tertutup Partai Komunis.
Dalam video yang beredar pada 2017 tersebut, terlihat Diaz-Canel merupakan politisi garis keras yang mengecam para pembangkang Kuba serta Amerika Serikat (AS).
Warga Kuba meyakini, terpilihnya Diaz-Canel tidak akan membuat perubahan besar di Kuba dalam jangka pendek.
"Saat ini, kami tidak tahu seperti apa yang bakal terjadi di masa depan," ujar Adriana Valdivia, seorang guru di Havana.
Pesimistis juga diungkapkan seorang warga lainnya, Diadenis Sanabria yang bekerja di restoran milik pemerintah.
"Politik bukan poin utama saya. Tapi, saya tidak berpikir perubahan pada pemimpin akan mengubah hidup saya," katanya.
Baca juga : Raul Castro Mundur Pekan Depan, Kuba Masuki Era Baru
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.