Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden Baru Kuba Berjanji Teruskan Semangat Revolusi

Kompas.com - 19/04/2018, 22:06 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber AFP

HAVANA, KOMPAS.com - Miguel Diaz-Canel, yang pada Kamis (19/4/2018), resmi menggantikan Raul Castro menjadi presiden Kuba menghadapi tugas berat di hadapannya.

Diaz-Canel harus mengendalikan negeri komunis itu melalui sebuah periode ketidakpastian setelah enam dekade diperintah keluarga Castro.

Dalam pidato perdananya, politisi berambut perak ini bersumpah akan melanjutkan revolusi Kuba melanjutkan langkah pendahulunya.

Usai berpidato, pria 57 tahun ini mendapatkan tepuk tangan meriah dari semua politisi yang hadir di ruang sidang Dewan Nasional Kuba.

Baca juga : Akhir Kekuasaan Dinasti Castro di Kuba

Diaz-Canel, yang sebelumnya menjabat wakil presiden, sudah tiga dekade berkarier di Partai Komunis hingga mencapai posisi puncak.

Kini dia bertugas melanjutkan reformasi ekonomi yang telah diprakarsai pendahulu dan mentornya, Raul Castro.

Diaz-Canel adalah pemimpin pertama Kuba yang lahir usai revolusi 1959. Fakta ini kemungkinan menjadi hal penting bagi sejumlah jenderal yang akan berada di bawah komandonya.

"Ada tradisi di Kuba bahwa sosok orang kuat yang pantas menjadi kepala negara, tetapi profil Miguel Diaz-Canel nampaknya tak terlalu kuat," kata pengamat masalah Kuba dari Universitas Texas Rio Grande, Arturo Lopez-Levy.

"Dia tak memiliki wewenang lebih daripada yang dimilikinya saat ini," tambah Lopez-Levy.

Namun, di mata pendukungnya Diaz-Canel dianggap pemimpin yang mau mendengar dan sosok yang amat sederhana.

Dia pula sosok yang mendorong keterbukaan lebih luas khususnya dalam hal jaringan internet dan pengawasan pers yang tak terlalu ketat.

Meski digambarkan sebagai sosok moderat dan pendiam, sebuah video yang menampilkan pertemuan pribadi dengan anggota Partai Komunis menunjukkan sisi lain Diaz-Canel.

Dalam video itu Diaz-Canel terlihat sebagai sosok kejam dengan pandangan keras terhadap para pelarian Kuba di Amerika Serikat.

Secara umum, Diaz-Canel menghindari wawancara dan kontroversi serta hanya berbicara dalam ajang-ajang publik.

Sebagai presiden, Diaz-Canel secara otomatis menjadi panglima tertinggi angkatan bersenjata dan harus berurusan dengan para jenderal yang sudah menjadi bagian dari militer Kuba sejak masa revolusi.

Baca juga : Raul Castro Mundur Pekan Depan, Kuba Masuki Era Baru

Sebagian besar dari para jenderal itu kini menduduki jabatan penting dalam Partai Komunis dan pemerintahan.

Hal ini bisa menjadi tantangan berat bagi pria yang hanya memiliki tiga tahun pengalaman militer di unit anti-serangan misil pada 1982-1983.

Meski demikian, diyakini Diaz-Canel tak akan bekerja sendirian, sebab masih ada Raul Castro di pucuk pimpinan Partai Komunis Kuba.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber AFP
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com