Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/04/2018, 16:33 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Operasi militer yang digelar ke Suriah menunjukkan kemunafikan negara Barat. Kecaman itu dilontarkan jurnalis sekaligus penyiar, Neil Clark.

Seperti dikutip dari Russian Today Senin (16/4/2018), Clark mengatakan kalau Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah melakukan standar ganda.

Dia menitikberatkan kepada pernyataan serangan ke Suriah menyusul dugaan bahwa rezim Bashar al-Assad menggunakan senjata kimia.

Namun, di sisi lain, Washington seakan diam melihat sekutunya di Timur Tengah, Arab Saudi, membombardir Yaman sejak 2015.

"Mereka menggelar karpet merah kepada Saudi dan mendukung, baik langsung atau tidak langsung, serangan Saudi ke Yaman yang menimbulkan bencana kemanusiaan," kritik Clark.

Baca juga : Saudi Lumpuhkan Rudal Pemberontak Yaman yang Ditembakkan ke Riyadh

"Sementara di sisi lain, mereka mengklaim banyak anak tewas di Suriah akibat senjata kimia, yang sampai sekarang buktinya saja masih belum diketahui," lanjutnya.

Merujuk Kantor Komisioner HAM PBB, sebanyak 6.000 warga sipil tewas sejak Saudi dan koalisinya melancarkan serbuan ke Yaman pada Maret 2015.

Serbuan tersebut dilaksanakan setelah pemerintahan yang diakui komunitas internasional, Abd Rabbo Mansour Hadi, digulingkan oleh kelompok pemberontak Houthi.

Adapun dalam dokumentasi Amnesti Internasional, Saudi dan koalisinya diketahui melakukan 36 kali serangan udara yang dianggap sebagai kejahatan perang.

Dalam serangan udara tersebut, tercatat 513 warga sipil tewas dalam serangan udara tersebut, dan 157 di antaranya merupakan anak-anak.

"Jadi, ada dokumentasi yang merupakan bukti bahwa terdapat anak-anak tewas akibat serangan maupun kolera. Standar ganda yang terjadi benar-benar luar biasa," kecam Clark.

Clark melanjutkan, jika Negeri "Paman Sam" masih terus menjual senjata kepada Riyadh, maka secara tidak langsung mereka menjadi pendukung konflik tersebut.

Sebelumnya, AS, Perancis, dan Inggris melakukan serangan ke Suriah dengan menyasar tiga target pada Jumat malam (13/4/2018) waktu setempat.

serangan itu merupakan respon AS terhadap dugaan penggunaan senjata kimia yang disebut Presiden Donald Trump sebagai sebuah "kejahatan seorang monster".

Senjata kimia jenis gas beracun klorin itu digunakan rezim Bashar al-Assad kepada kelompok pemberontak di Douma, Ghouta Timur.

Akibat serangan klorin tersebut, pada pekan lalu petugas penyelamat di Ghouta menyebut lebih dari 40 warga sipil tewas, dan 11 lainnya mengeluh mengalami gangguan pernapasan.

Baca juga : Presiden Perancis Diminta Bujuk Putra Mahkota Saudi Soal Krisis Yaman

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
28th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com