WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyebut, serangan ke Suriah merupakan pernyataan tegas kepada rezim Presiden Bashar al-Assad.
Jim Mattis dalam konferensi pers Jumat (13/4/2018) mengatakan, serangan AS dan sekutunya dimaksudkan untuk mengurangi kemampuan Assad memproduksi senjata kimia.
"Kami tidak berniat untuk meluaskan cakupan serangan kami," kata Mattis sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita AFP Sabtu (14/4/2018).
Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menyerang Suriah, dilansir AFP, terjadi setahun setelah dia memerintahkan hal yang sama melawan Assad.
Pada April 2017, sebanyak 60 rudal penjelajah Tomahawk ditembakkan dengan target Pangkalan Udara Shayrat di dekat Homs.
Baca juga : Akhirnya, AS Gelar Serangan Udara terhadap Suriah
Serangan tersebut terjadi setelah Suriah dituduh menggunakan senjata kimia ketika menyerang pemberontak di Khan Sheikhoun.
Dari keterangan kelompok oposisi kota yang berpusat di Provinsi Idlib tersebut, serangan udara Suriah dan Rusia menewaskan 86 orang, termasuk 33 bocah dan 18 wanita.
Mattis membeberkan, jelas sekali bahwa Assad tidak menangkap pesan yang Sekutu berikan ketika menyerang pangkalan di Shayrat.
"Karena itu, kali ini kami bertindak lebih keras dengan mengirim pesan yang tegas kepada Assad," beber politisi 67 tahun tersebut.
Pesan tersebut termasuk ketegasan bahwa Washington tidak segan-segan menambah jumlah misil yang diluncurkan. Dalam serangan terbaru, mereka menembakkan 112 rudal Tomahawk.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.