Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Franklin D Roosevelt, Presiden AS

Kompas.com - 12/04/2018, 17:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

9. Terpilih untuk Periode Kedua di 1936
Program New Deal yang dijalankan Roosevelt menunjukkan perkembangan positif ketika AS memasuki masa Pilpres 1936.

Angka pengangguran turun menjadi delapan juta orang, dan ekonomi mulai berangsur pulih. Situasi itu membuat Roosevelt menjadi figur populer.

Usaha untuk mendongkel Roosevelt, seperti yang dilakukan Huey Long dengan kelompok sayap kiri Demokrat, tidak menemui hasil.

Pada masa pemilihan melawan kandidat Partai Republikan Alf Landon, Roosevelt menang dengan meraup 60,8 persen suara, dan unggul di hampir semua negara bagian, kecuali Maine dan Vermont.

Baca juga : Ditemukan 225 Kg Bom Sisa Perang Dunia II, Sebuah Penjara Dikosongkan

10. Periode Ketiga dan Perang Dunia II
Ketika berhasil meraup periode ketiga, Roosevelt menghadapi situasi politik internasional yang sangat pelik; Perang Dunia II.

Ketika Jerman menginvasi Polandia di 1939, Roosevelt dan para pejabat top militernya langsung memberi perhatian kepada Eropa.

Namun, di saat bersamaan, AS juga menangani hubungan mereka yang renggang dengan Jepang sejak invasi Negeri "Matahari Terbit" le Manchuria di 1931.

Relasi itu makin memburuk setelah Roosevelt mengumumkan dukungan terhadap China, saat Perang Sino-Jepang Kedua.

AS bahkan memberi pinjaman 100 juta kepada China sebagai buntut pendudukan Jepang di kawasan utara Indochina Perancis.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Perang Dunia II di Eropa Resmi Berakhir

Jepang langsung membentuk persekutuan dengan Jerman dan Italia melalui Pakta 3 Pihak, dan mereka kemudian dikenal dengan nama Kekuatan Poros (Axis).

Juli 1941, ketika Jepang menduduki sebagian besar Indochina Perancis, Roosevelt langsung memerintahkan penghentian penjualan minyak ke Jepang.

Tidak hanya itu, dia juga meminta agar militer Filipina bisa berada di bawah komando AS, dan menempatkan Jenderal Douglas MacArthur di sana.

Kebijakan itu membuat Jepang berang. Sebab, penghentian penjualan minyak berarti Jepang kehilangan 95 persen pasokan minyaknya.

Tokyo mengancam bakal menyerang AS jika embargo tersebut tidak dihentikan. Namun, Roosevelt tetap kukuh dalam pendiriannya.

Setelah rangkaian diplomasi, Parlemen Jepang menyetujui serangan ke markas AS di Asia (Filipina), dan Pasifik (Pearl Harbor, Hawai).

7 Desember 1941, militer Jepang melakukan serangan mendadak ke markas angkatan laut AS di Pearl Harbor, dan menewaskan 2.403 orang militer dan sipil.

Sehari berselang, dalam pertemuan di Kongres, Roosevelt berbicara dalam pidatonya yang terkenal, dan membuat Kongres mendeklarasikan perang kepada Jepang.

11 Desember 1941, Pemimpin Jepang Adolf Hitler, dan Perdana Menteri Italia Benito Mussolini juga menyatakan perang kepada AS.

Baca juga : Mengenal V-Mail, E-Mail yang Populer di Era Perang Dunia II

11. Strategi "Europe First"
Pada Desember 1941, Roosevelt dan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill bertemu di Konferensi Arcadia di Washington.

Kedua belah pihak sepakat membentuk strategi gabungan untuk menangkal Nazi Jerman, atau yang dikenal dengan Europe First.

Inggris dan AS kemudian membentuk Kepala Staf Gabungan untuk mengatur kebijakan militer, dan Dewan Munisi Gabungan untuk mengatur logistik.

Di 1942, Roosevelt mendirikan badan baru bernama Gabungan Kepala Staf untuk merumuskan strategi militer AS di Perang Dunia II.

Roosevelt tidak turut campur dalam kebijakan perang, dan membiarkan para jenderalnya yang bekerja. Dia lebih condong kepada pengurusan sumber daya manusia dan alat.

Baca juga : Presiden AS Ini Nyaris Dipenggal Jepang di Perang Dunia II

12. Pengembangan Nuklir
Ketika Perang Dunia II berkecamuk, dua ilmuwan terkenal, Leo Szilard dan Albert Einstein, mengirim surat kepada Roosevelt pada 2 Agustus 1939.

Dalam surat itu, mereka memperingatkan akan adanya kemungkinan Jerman bakal mengembangkan senjata nuklir.

Szilard percaya, penelitian soal pembelahan nuklir dapat digunakan untuk menciptakan reaksi berantai nuklir, yang bisa menjadi senjata pemusnah massal.

Roosevelt takut jika Jerman benar-benar menggunakan teknologi itu, dan menyetujui penelitian awal tentang senjata nuklir.

Setelah serangan Pearl Harbor, Roosevelt berhasil mendapatkan dana yang cukup untuk melanjutkan penelitian.

Dia menugaskan Jenderal Leslie Groves untuk mengawasi Proyek Manhattan, di mana mereka mengembangkan bom atom pertama.

Baca juga : Bom Perang Dunia II Ditemukan di Berlin, Warga Diungsikan

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com