Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Franklin D Roosevelt, Presiden AS

Kompas.com - 12/04/2018, 17:02 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

6. Menjadi Gubernur New York
Awalnya, Roosevelt tidak mengiyakan desakan Smith. Selain tidak ingin meninggalkan Warm Springs, dia juga mengkhawatirkan pengaruh Republikan di 1928.

Namun, para petinggi Demokrat meyakinkan Roosevelt hanya dia yang bisa mengalahkan kandidat Republikan, Jaksa Agung New York Albert Ottinger.

Segera saja dia membentuk persekutuan dengan beberapa politisi seperti Samuel Rosenman, Frances Perkins, dan James Farley.

Ketika Smith kalah di Pilpres, Roosevelt justru menang di pemilihan gubernur dengan perbedaan suara di antara Roosevelt dan Ottinger hanya satu persen.

Kemenangan di negara bagian paling terkenal di AS membuat nama Roosevelt mulai digadang-gadang menjadi calon presiden di masa mendatang.

Baca juga : Memoar Kaisar Hirohito tentang Perang Dunia II Terjual Rp 3,7 Miliar

Resmi menjabat orang nomor satu di New York pada 1929, Roosevelt menyadari bahwa dia perlu membuat pemerintahan yang berbeda dari pendahulunya.

Dia menolak tawaran Smith untuk memasukkan Robert Moses, yang langsung membuat Smith sakit hati, dan hubungan mereka merenggang.

Selain itu, dia mengajukan usulan pembangunan pembangkit listrik, dan berusaha menangani krisis pertanian yang terjadi di dekade 1920-an.

Pada periode pertamanya, Roosevelt berkonsentrasi terhadap keringanan pajak petani, dan memberikan harga murah bagi pengguna transportasi publik.

Langkah itu membuatnya terpilih kembali dengan meraup 725.000 suara pada pemilihan 1930. Ketika itu, AS dilanda krisis ekonomi terbesar bernama Great Depression.

Menghadapi krisis membuat Roosevelt menjadi sosok pemimpin berhaluan kiri. Dia mengatur pemerintah untuk memberikan bantuan bagi pemulihan ekonomi.

Roosevelt juga melakukan manuver dengan mendekati Republikan pada musim gugur 1931. Dia mengajak rival untuk membentuk Bantuan Darurat Pemerintah.

Program itu memberikan bantuan kepada 10 persen keluarga di New York yang tidak mendapat pekerjaan.

Baca juga : Kawasan Eks Bandara Perang Dunia II Bakal Disulap Jadi Kota Pintar

7. Pemilu Presiden 1932
Kecemerlangannya dalam menatap New York membuat Roosevelt mulai mengalihkan perhatian kepada politik nasional.

Dengan isu Depresi Besar yang terjadi di era pemerintahan Herbert Hoover, Demokrat memanfaatkannya untuk kembali menempatkan kadernya sebagai presiden sejak Woodrow Wilson.

Namun, bukan hal mudah bagi Roosevelt untuk menggenggam tiket sebagai calon presiden yang diusung Demokrat. Dia membutuhkan dua per tiga suara dalam konvensi.

Lawan yang dihadapi Roosevelt merupakan kelompok konservatif Eastern Democrats yang dikenal loyal terhadap Smith.

Kalangan oposisi semakin kuat setelah John Nance Garner, Ketua House of Representatives atau DPR AS, menang di konvensi California.

Baca juga : Tentara Perang Dunia II Baru Dikenali Setelah 74 Tahun Meninggal

Pemilihan kandidat presiden sempat melalui tiga balot, setelah tiba-tiba Garner menyerahkan mandatnya kepada Roosevelt, yang membuatnya meraup dua per tiga suara.

Resmi menjadi kandidat presiden, Roosevelt yang dibantu tim kampanyenya langsung merumuskan program bernama New Deal.

Tanpa menjabarkan programnya secara spesifik, Roosevelt menjanjikan New Deal bakal memanfaatkan seluruh kekuatan pemerintah pusat untuk memulihkan ekonomi.

Dalam perkembangan selanjutnya, dibantu oleh tim kampanye berjuluk Brain Trust, secara hati-hati Roosevelt mulai memaparkan apa itu New Deal.

Nantinya, Roosevelt bakal memberi bantuan kepada petani, membangun listrik publik, menyeimbangkan anggaran negara, dan menghukum perusahaan swasta.

Selain mempunyai kampanye berbeda, baik Roosevelt dan Hoover menunjukkan pribadi yang sangat bertolak belakang.

Jika Roosevelt memancarkan kepercayaan diri dan selalu yakin, Hoover terus menunjukkan dirinya sebagai sosok pemuram, namun hati-hati.

Pada Pilpres 1932, Roosevelt meraup 23 juta suara pada popular vote, dan 472 di electoral vote berbanding 59 yang diterima Hoover.

Empat bulan sebelum pelantikan, Hoover sempat berusaha mendekati Roosevelt, dan ingin dia membantu Hoover menyelesaikan krisis.

Namun, Roosevelt menolak ajakan tersebut. Ketika dilantik pada 4 Maret 1933, ekonomi AS begitu terpuruk.

Banyak bank tutup, pengangguran mencapai 13 juta, dan produksi dari sektor produksi turun hingga 56 persen.

Baca juga : 6 Pesawat Tempur Paling Penting Bagi AS di Masa Perang Dunia II

8. Program 100 Hari
Dalam pidato pelantikannya, Roosevelt menjanjikan tindakan yang tegas, dan dengan percaya diri menjanjikan kemakmuran kepada jutaan rakyat Amerika.

"Satu-satunya yang perlu kita takutkan adalah ketakutan itu sendiri," kata Roosevelt dalam pidatonya tersebut.

Pada 9 Maret 1933, Roosevelt meminta digelar audiensi dengan Kongres AS, dan mereka menyepakati Undang-undang Darurat Perbankan.

Dia memperkenalkan "Program 100 Hari" sebagai tahap pertama dari program New Deal yang dijanjikannya.

Baca juga : 5 Teknologi Militer yang Diciptakan di Masa Perang Dunia I

Dua kebijakan penting dalam Program 100 Hari Roosevelt adalah UU Pengaturan Agrikultur (AAA), dan UU Pemulihan Industri Nasional (NIRA).

AAA dibentuk dengan tugas untuk meningkatkan harga komoditas agrikultur, dan memperluas kans petani menerima keuntungan besar.

Caranya, pemerintah memberi subsidi untuk tujuh komoditas utama; gandum, jagung, babi, kapas, tembakau, beras, dan susu.

Adapun NIRA mempunyai dua sub-program. Satu berfokus kepada penganggaran 3,3 miliar dolar AS untuk pekerjaan publik.

Sedangkan satu lagi merupakan Dinas Pemulihan Nasional (NRA) yang tugasnya mencegah perdagangan tidak adil, menetapkan upah minimum, hingga mengontrol harga dan produksi.

Roosevelt juga melakukan memenuhi janji kampanyenya dengan melakukan penghematan anggaran negara.

Antara lain memotong anggaran militer dari 752 juta dolar AS menjadi 531 juta dolar AS di 1934, dan memotong 40 persen pengeluaran veteran.

Kebijakan tersebut memicu aksi protes dari kelompok veteran seperti American Legion dan Veteran Perang Luar Negeri.

Baca juga : Mencemaskan, Trump Berpotensi Picu Perang Dunia III

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com