Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Margaret Thatcher, Si "Iron Lady"

Kompas.com - 11/04/2018, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Ketika Margaret Thatcher terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris pada 1979, sederet kata "pertama" langsung mengiringinya.

Dia tidak sekadar menjadi perdana menteri perempuan pertama di Inggris, namun juga pemimpin perempuan pertama di Benua Eropa.

Selain itu, dia juga menjadi perdana menteri pertama yang mampu menang tiga pemilihan berturut-turut di abad ke-20.

Kemudian, ketika dia pensiun pada 1990, dia menjadi perdana menteri dengan jabatan terlama di Inggris sejak 1827.

Di tangannya, Thatcher merevolusi perekonomian Inggris menjadi liberal, dan menjadi pemimpin terkenal sejak Winston Churchill.

Berikut merupakan biografi pemimpin yang mendapat julukan Iron Lady (Perempuan Besi) dari Uni Soviet tersebut.

Baca juga : Beasiswa untuk Mengenang Margaret Thatcher, Siapa Mau?

1. Masa Muda
Lahir pada Margaret Hilda Roberts pada 13 Oktober 1925 di Gantham, Lincolnshire, Thatcher merupakan anak dari pasangan Alfred Roberts dan Beatrice Ethel.

Ayahnya mempunyai dua toko kelontong, dan dikenal sebagai Alderman, atau anggota dewan kota setempat, dan pernah menjadi Wali Kota Grantham pada 1945-1946.

Margaret Roberts masuk ke sekolah SD Huntingtower Road, dan berhasil mendapatkan beasiswa ke Sekolah Putri Kesteven and Grantham karena nilai rapornya bagus.

Kecemerlangannya di dunia akademik membuatnya mencoba mengajukan beasiswa ke Universitas Somerville, Oxford, untuk Jurusan Kimia.

Sayangnya, dia ditolak. Roberts baru diterima masuk ke universitas perempuan itu setelah ada kandidat yang mengundurkan diri.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Hugh Hefner, Pendiri Majalah Playboy

Roberts diterima kuliah di Oxford pada 1943, dan lulus empat tahun kemudian dengan Penghargaan Tingkat Kedua di jurusan Kimia spesialisasi X-ray crystallography.

Meski berkuliah di jurusan Kimia, Roberts nyatanya lebih menyukai dunia politik. Selama di Oxford, dia pernah menjabat sebagai Presiden Asosiasi Konservatif.

Kecintaannya terhadap dunia hukum dan politik tidak berubah meski Roberts bekerja sebagai peneliti selama empat tahun.

Pada 1951, Roberts menikah dengan Denis Thatcher, seorang pengusaha sukses dan juga duda, dan namanya berganti menjadi Margaret Thatcher.

2. Awal Karir Politik
Margaret Thatcher (yang kala itu masih bernama keluarga Roberts) bergabung dengan Asosiasi Konservatif lokal, dan ikut konferensi mereka di Llandudno, Wales, di 1948 sebagai perwakilan Asosiasi Konservatif Oxford.

Dia kemudian masuk ke Vermin Club, organisasi akar rumput Konservatif yang dibentuk sebagai respon komentar melecehkan dari politisi Partai Buruh, Aneurin Bevan.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Joseph Pulitzer, Taipan Media AS

Ketika Thatcher aktif di Vermin, seorang temannya di Oxford memberitahukan soal lowongan kandidat Konservatif di Parlemen Dartford.

Saat itu, Konservatif bermaksud mengincar kursi kosong yang ditinggalkan Partai Buruh dalam pemilihan 1950 dan 1951 di Dartford.

Partai memilih Thatcher karena terkesan dengannya. Meski bukan pembicara dinamis, Thatcher merupakan politisi yang siap, dan tidak takut melontarkan jawabannya.

Seorang kandidat lain, Bill Deedes pernah mengisahkan. "Ketika dia membuka mulutnya, seketika kami terlihat seperti medioker".

Thatcher langsung menarik perhatian karena selain dia menjadi kandidat termuda (saat itu dia berusia 25 tahun), dia juga kandidat perempuan pertama.

Sayang, dalam pemilihan 1950 dan 1951, dia harus mengaku kalah dari rival beratnya, Norman Dodds.

Kalah dua tahun berturut-turut, Thatcher mengesampingkan dahulu ambisi politiknya. Suaminya membiayai Thatcher untuk belajar hukum.

Di 1953, dia menjadi pengacara yang mempunyai spesialisasi di hukum pajak. Pada tahun yang sama, Thatcher dikaruniai dua anak kembar, Carol dan Mark.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Jackie Chan, Sukses Legenda Aktor Laga Hong Kong

3. Anggota Parlemen
Thatcher rupanya tidak betah untuk berlama-lama menjauh dari politik. 1954, dia mencoba mengajukan diri menjadi kandidat Partai Konservatif untuk Parlemen Orpington.

Namun, dia gagal, dan menahan diri tidak terjun ke politik selama empat tahun. "Saat itu, saya merasa terjun terlalu dini. Padahal ada si kembar," kenang Thatcher.

April 1958, Thatcher mencoba kembali. Kali ini, dia mencoba "kursi aman" Konservatif di Finchley.

Kali ini, dia berhasil duduk sebagai anggota Majelis Rendah (House of Commons) Parlemen Inggris dalam Pemilu 1959.

Dari parlemen, karir politik Thatcher sedikit demi sedikit mulai merangkak naik. Pidato pertamanya sebagai anggota baru didengarkan.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Chiang Kai Shek, Presiden Pertama Taiwan

Talenta politik Thatcher membuatnya digadang-gadang bakal menjadi kandidat perdana menteri di masa depan.

Sebuah pujian yang justru membuatnya pesimistis. "Populasi pria terlalu menghakimi. Tidak akan ada perdana menteri perempuan di masa saya," tutur Thatcher saat itu.

9 Oktober 1961, dia dipromosikan menjadi Wakil Sekretaris Parlemen untuk Kementerian Urusan Pensiun dan Asuransi Nasional.

Setelah Partai Konservasi kalah pada Pemilu 1964, Thatcher menjadi juru bicara di Kementerian Perumahan dan Tanah. Setelah itu, dia pindah sebagai anggota tim bayangan Kementerian Keuangan di 1966.

Pada 1966, petinggi Partai Konservatif melihat Thatcher sebagai kandidat anggota Kabinet Bayangan.

Namun, ketua partai Edward Heath dan wakilnya William Whitelaw malah menominasikan Mervyn Pike sebagai anggota kabinet.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Martin Luther King Jr, Tokoh Persamaan Hak Sipil

4. Karir di Pemerintahan
Ketika Partai Konservatif memenangkan Pemilu 1970, Thatcher didapuk di kabinet menjadi Menteri Pendidikan dan Sains.

Pada saat itu, dia mendapat julukan "Thatcher, milk snatcher" karena berusaha menghapuskan program susu gratis di sekolah bagi anak usia 7-11 tahun.

Jabatannya membuat Thatcher frustrasi. Tidak saja karena tekanan yang diterima, namun juga Perdana Menteri Edward Heath tidak bersedia mendengarkan posisinya.

Dokumen kabinet menemukan fakta bahwa sebenarnya Thatcher tidak setuju dengan keputusan tersebut. Namun, dia dipaksa oleh Kementerian Keuangan karena penghematan anggaran.

Ditekan oleh media dan oposisi Partai Buruh, Thatcher sempat berpikiran untuk keluar dari politik.

"Saya mempelajari sesuatu yang sangat berharga dari pengalaman ini. Saya menahan kebencian demi mendapat keuntungan politik," kata Thatcher dalam otobiografinya.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Jesse James Si Bandit Gerilyawan

5. Pemimpin Oposisi
Thatcher sempat berkata bahwa tidak akan ada politisi perempuan yang bisa menjadi perdana menteri di era 1970-an.

Namun, prediksinya salah. Pemerintahan Heath mulai disorot karena embargo minyak, dan aksi unjuk rasa serikat buruh yang meminta kenaikan upah di 1973.

Puncaknya, pada Februari 1974, Harold Wilson membawa Partai Buruh memenangkan pemilu mengalahkan Heath yang gagal membentuk koalisi pemerintahan.

Partai Buruh semakin dominan setelah mereka menang di pemilu yang digelar pada Oktober 1974. Kalah beruntun, kursi Heath sebagai ketua partai mulai digoyang.

Thatcher kemudian digadang-gadang untuk menjadi mengandaskan Heath. Pengalamannya sebagai menteri memberikan nilai plus.

Pada Februari 1975, dia mengalahkan Heath dalam pemilihan pertama ketua partai, dan memupus ambisi William Whitelaw.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Hans Christian Andersen Sang Pendongeng

Thatcher pun menjadi Ketua Partai Konservatif, dan Pemimpin Oposisi, serta menjadikan Whitelaw sebagai wakilnya pada 11 Februari 1975.

Ketika Thatcher menjabat sebagai pemimpin oposisi, kala itu perekonomian Inggris memburuk, dan negara hampir bangkrut.

Menteri Luar Negeri kala itu, James Callaghan, memperingatkan kala terjadi "kejatuhan demokrasi". Namun, pertengahan 1978, ekonomi Inggris kembali membaik.

Saat itu, Partai Buruh digadang-gadang bakal menang pada Pemilu 1978. Namun, di 7 September 1978, Callaghan yang naik menjadi Perdana Menteri membuat keputusan mengejutkan.

Dia mengumumkan kalau pemilu bakal digeser di 1979. Thatcher menanggapi dengan mengatakan pemerintahan Partai Buruh pengecut.

Kecaman Thatcher juga mendapat dukungan dari Ketua Partai Liberal David Steel, yang menyatakan kalau partai penguasa sedang takut.

Kecaman dari dua partai besar itu membuat publik mulai menekan Callaghan. Situasi tersebut dimanfaatkan Thatcher untuk menyerang Partai Buruh.

Dia memaparkan data pengangguran di bawah pemerintahan mereka dengan menggunakan slogan "Buruh Tidak Bekerja".

Seruan untuk menggelar pemilu terjadi setelah Callaghan mendapat mosi tidak percaya di awal 1979. Kemudian 4 Mei 1979, dia menjadi Perdana Menteri Inggris.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Dian Fossey, Hidup Akrab dengan Gorila

6. Julukan "Si Perempuan Besi"
Di 1976, Thatcher berpidato soal kebijakan luar negeri, dan menuduh Uni Soviet berusaha mendominasi dunia.

Pidatonya itu membuat harian militer Soviet, Krasnaya Zevzda (Bintang Merah) membuat berita berjudul "Si Perempuan Besi Timbulkan Kekhawatiran".

Saat itu, julukan "Iron Lady" yang disematkan Thatcher merujuk kepada "Iron Chancellor" Otto von Bismarck dari Kekaisaran Jerman.

The Sunday Times kemudian mengambil artikel Krasnaya Zvezda keesokan harinya. Sejak saat itu, julukan "Perempuan Besi" merujuk kepada politisi perempuan berpengaruh.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Harriet Tubman, Pembebas Perbudakan

7. Hari-hari Sebagai Perdana Menteri Inggris
Menjadi orang nomor satu di Inggris, Thatcher langsung melakukan serangkaian kebijakan yang bakal membuatnya dikenal.

Di bidang ekonomi, dia memutuskan untuk menghapus sistem industrial tradisional Inggris, dan menyerahkan pengelolaan transportasi publik dan perumahan ke swasta.

Selain itu, dia juga mengurangi pengeluaran di sektor sosial seperti pendidikan, kesehatan publik, maupun perumahan bersubsidi.

Thatcher juga membatasi pencetakan uang, dan membatasi secara legal persatuan dagang. Ketika itu, muncul istilah Thatcherisme.

Istilah itu tidak hanya menggambarkan kebijakan Thatcher. Namun juga gaya serta pandangan hidupnya. Dia menekankan pendekatan tanpa kompromi untuk mencapai tujuan politik.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Dwight D Eisenhower, Presiden AS ke-34

Dalam wawancaranya dengan majalah Woman's Own di 1987, dia menyuarakan dasar kebijakannya yang terkesan keras kepala tersebut.

Dia berkata, generasi Inggris saat itu terlalu lama berada di masa di mana pemerintah bakal selalu mengatasi segala kesulitan mereka.

"Tugas kami adalah memastikan mereka bisa menangani diri mereka sendiri, dan kemudian menangani orang lain," tegas Thatcher saat itu.

Selama Thatcher menjadi perdana menteri, terdapat sejumlah tantangan selama tiga periode masa kepemimpinannya.

Selain kebijakannya yang tidak populer karena angka pengangguran serta inflasi tinggi, dia juga harus memadamkan krisis dan konflik.

Antara lain invasi Argentina ke Kepulauan Falkland (Islas Malvinas) pada April 1982. Thatcher memutuskan mengirim militer ke sana, sehingga pecah Perang Falkland. Argentina menyerah tiga bulan kemudian.

Kemudian percobaan pembunuhan terhadap dirinya pada Oktober 1984 oleh Pasukan Republik Irlandia (IRA).

Saat itu, kelompok separatis IRA memasang bom di Hotel Brighton, tempat berlangsungnya konferensi Partai Konservatif.

Akibat ledakan tersebut, lima orang, termasuk anggota parlemen Sir Anthony Berry, tewas serta melukai 31 orang lainnya.

Meski menjadi korban percobaan pembunuhan, Thatcher bersikukuh konferensi Tory, julukan Partai Konservatif, harus tetap dijalankan.

Si pelaku, Patrick Magee, menerima delapan vonis seumur hidup. Namun di 1999, dia dibebaskan melalui Perjanjian Good Friday.

Selama menjadi perdana menteri, Thatcher memimpin pengakuan terhadap Rhodesia, kini bernama Zimbabwe, di 1980 setelah 15 tahun berpisah secara ilegal.

Namun, dia menyuarakan kritikan terhadap sanksi internasional yang dijatuhkan kepada rezim apartheid di Afrika Selatan.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Florence Nightingale, Perawat dan Bidadari Berlampu

8. Pengunduran Diri
Ketika memenangkan periode ketiganya di 1987, Thatcher bermaksud mengimplementasikan standar kurikulum pendidikan di seluruh Inggris.

Namun, dia sudah mendapat tekanan sejak kebijakannya yang dijuluki "poll tax" tidak populer sehingga menuai kecaman publik.

Apalagi, pada jajak pendapat yang dilakukan September 1990, Partai Buruh mengungguli Partai Konservatif hingga 14 persen.

Situasi itu membuat politisi bernama Michael Heseltine menantang Thatcher untuk memperebutkan jabatan Ketua Tory pada 14 November 1990.

Pada pemilihan pertama, Thatcher menang dengan 204-152 suara dibanding Heseltine. Meski begitu, Heseltine mendapat dukungan untuk meminta pemilihan kedua.

Awalnya, Thatcher bersikukuh untuk menerima tantangan Heseltine. Namun, setelah berkonsultasi dengan kabinetnya, dia mengurungkan niatnya.

Puncaknya, Thatcher mengumumkan pengunduran diri pada 22 November 1990, dan memberi jalan kepada untuk John Major menggantikannya.

28 November 1990, dia meninggalkan Downing Street 10, kantor Perdana Menteri, dengan tangis, dan menuduh pihak yang melawannya sebagai pengkhianat.

Total, Thatcher memerintah Inggris selama 11 tahun dan 209 hari. Dia menjadi pemimpin terlama sejak Lord Salisbury (13 tahun 252 hari), dan Lord Liverpool (14 tahun 305 hari).

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Isadora Duncan, Sang Pionir Tari Modern

9. Kehidupan di Luar Perdana Menteri
Meski tidak lagi menjadi perdana menteri, Thatcher masih menjadi figur berpengaruh di Konservatif.

Thatcherisme masih menjadi kebijakan utama bahkan setelah 10 tahun dia meninggalkan jabatan PM.

Thatcher masih menjadi anggota Parlemen Inggris hingga 1992, setelah itu dia diangkat menjadi anggota Majelis Tinggi (House of Lords) dan mendapat gelar Baroness.

Thatcher masih mengisi ceramah di AS dan Asia. Namun, kegiatan itu dihentikan setelah dia menderita stroke ringan di 2002.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Harry Houdini

10. Kematian
Baroness Margaret Thatcher wafat pada 8 April 2013 dalam usia 87 tahun di Ritz Hotel London karena terserang stroke.

Upacara pemakaman dengan penghormatan militer penuh digelar pada 17 April 2013. Sebelummya, dilakukan misa pemakaman di Katedral St.Paul.

Jenazah Thatcher dikremasi di Krematorium Mortlake, dengan dihadiri oleh Ratu Elizabeth II dan suaminya, Pangeran Philip Duke of Edinburgh.

Ini merupakan kali kedua Ratu Elizabeth II datang ke pemakaman mantan perdana menterinya. Sebelumnya, dia hadir ketika upacara pemakaman Churchill di 1965.

Abu Thatcher ditaruh di samping suaminya, Denis Thatcher, di Rumah Sakit Royal Chelsea.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Lee Kuan Yew

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com