Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Margaret Thatcher, Si "Iron Lady"

Kompas.com - 11/04/2018, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

3. Anggota Parlemen
Thatcher rupanya tidak betah untuk berlama-lama menjauh dari politik. 1954, dia mencoba mengajukan diri menjadi kandidat Partai Konservatif untuk Parlemen Orpington.

Namun, dia gagal, dan menahan diri tidak terjun ke politik selama empat tahun. "Saat itu, saya merasa terjun terlalu dini. Padahal ada si kembar," kenang Thatcher.

April 1958, Thatcher mencoba kembali. Kali ini, dia mencoba "kursi aman" Konservatif di Finchley.

Kali ini, dia berhasil duduk sebagai anggota Majelis Rendah (House of Commons) Parlemen Inggris dalam Pemilu 1959.

Dari parlemen, karir politik Thatcher sedikit demi sedikit mulai merangkak naik. Pidato pertamanya sebagai anggota baru didengarkan.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Chiang Kai Shek, Presiden Pertama Taiwan

Talenta politik Thatcher membuatnya digadang-gadang bakal menjadi kandidat perdana menteri di masa depan.

Sebuah pujian yang justru membuatnya pesimistis. "Populasi pria terlalu menghakimi. Tidak akan ada perdana menteri perempuan di masa saya," tutur Thatcher saat itu.

9 Oktober 1961, dia dipromosikan menjadi Wakil Sekretaris Parlemen untuk Kementerian Urusan Pensiun dan Asuransi Nasional.

Setelah Partai Konservasi kalah pada Pemilu 1964, Thatcher menjadi juru bicara di Kementerian Perumahan dan Tanah. Setelah itu, dia pindah sebagai anggota tim bayangan Kementerian Keuangan di 1966.

Pada 1966, petinggi Partai Konservatif melihat Thatcher sebagai kandidat anggota Kabinet Bayangan.

Namun, ketua partai Edward Heath dan wakilnya William Whitelaw malah menominasikan Mervyn Pike sebagai anggota kabinet.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Martin Luther King Jr, Tokoh Persamaan Hak Sipil

4. Karir di Pemerintahan
Ketika Partai Konservatif memenangkan Pemilu 1970, Thatcher didapuk di kabinet menjadi Menteri Pendidikan dan Sains.

Pada saat itu, dia mendapat julukan "Thatcher, milk snatcher" karena berusaha menghapuskan program susu gratis di sekolah bagi anak usia 7-11 tahun.

Jabatannya membuat Thatcher frustrasi. Tidak saja karena tekanan yang diterima, namun juga Perdana Menteri Edward Heath tidak bersedia mendengarkan posisinya.

Dokumen kabinet menemukan fakta bahwa sebenarnya Thatcher tidak setuju dengan keputusan tersebut. Namun, dia dipaksa oleh Kementerian Keuangan karena penghematan anggaran.

Ditekan oleh media dan oposisi Partai Buruh, Thatcher sempat berpikiran untuk keluar dari politik.

"Saya mempelajari sesuatu yang sangat berharga dari pengalaman ini. Saya menahan kebencian demi mendapat keuntungan politik," kata Thatcher dalam otobiografinya.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Jesse James Si Bandit Gerilyawan

5. Pemimpin Oposisi
Thatcher sempat berkata bahwa tidak akan ada politisi perempuan yang bisa menjadi perdana menteri di era 1970-an.

Namun, prediksinya salah. Pemerintahan Heath mulai disorot karena embargo minyak, dan aksi unjuk rasa serikat buruh yang meminta kenaikan upah di 1973.

Puncaknya, pada Februari 1974, Harold Wilson membawa Partai Buruh memenangkan pemilu mengalahkan Heath yang gagal membentuk koalisi pemerintahan.

Partai Buruh semakin dominan setelah mereka menang di pemilu yang digelar pada Oktober 1974. Kalah beruntun, kursi Heath sebagai ketua partai mulai digoyang.

Thatcher kemudian digadang-gadang untuk menjadi mengandaskan Heath. Pengalamannya sebagai menteri memberikan nilai plus.

Pada Februari 1975, dia mengalahkan Heath dalam pemilihan pertama ketua partai, dan memupus ambisi William Whitelaw.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Hans Christian Andersen Sang Pendongeng

Thatcher pun menjadi Ketua Partai Konservatif, dan Pemimpin Oposisi, serta menjadikan Whitelaw sebagai wakilnya pada 11 Februari 1975.

Ketika Thatcher menjabat sebagai pemimpin oposisi, kala itu perekonomian Inggris memburuk, dan negara hampir bangkrut.

Menteri Luar Negeri kala itu, James Callaghan, memperingatkan kala terjadi "kejatuhan demokrasi". Namun, pertengahan 1978, ekonomi Inggris kembali membaik.

Saat itu, Partai Buruh digadang-gadang bakal menang pada Pemilu 1978. Namun, di 7 September 1978, Callaghan yang naik menjadi Perdana Menteri membuat keputusan mengejutkan.

Dia mengumumkan kalau pemilu bakal digeser di 1979. Thatcher menanggapi dengan mengatakan pemerintahan Partai Buruh pengecut.

Kecaman Thatcher juga mendapat dukungan dari Ketua Partai Liberal David Steel, yang menyatakan kalau partai penguasa sedang takut.

Kecaman dari dua partai besar itu membuat publik mulai menekan Callaghan. Situasi tersebut dimanfaatkan Thatcher untuk menyerang Partai Buruh.

Dia memaparkan data pengangguran di bawah pemerintahan mereka dengan menggunakan slogan "Buruh Tidak Bekerja".

Seruan untuk menggelar pemilu terjadi setelah Callaghan mendapat mosi tidak percaya di awal 1979. Kemudian 4 Mei 1979, dia menjadi Perdana Menteri Inggris.

Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Dian Fossey, Hidup Akrab dengan Gorila

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com