Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Joseph Pulitzer, Taipan Media AS

Kompas.com - 10/04/2018, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendengar tentang Penghargaan Pulitzer? Ajang tersebut diadakan setahun sekali di Amerika Serikat (AS).

Ajang yang pertama kali diadakan di Universitas Colombia di New York itu merupakan penghargaan di bidang jurnalistik, literatur, maupun komposisi musik.

Penghargaan ini diambil dari nama bos media berpengaruh di AS pada abad ke-20, Joseph Pulitzer.

Pria keturunan Hongaria tersebut pernah menjadi figur berpengaruh Partai Demokrat, dan berjasa dalam pembangunan alas Patung Liberty.

Dirangkum dari beberapa sumber, berikut merupakan sekelumit biografi taipan media tersebut:

Baca juga : Alissa Rubin, Peraih Pulitzer dan Jurnalis Perang dari Garda Depan

1. Masa Muda
Pulitzer dilahirkan dengan nama Pulitzer Jozsef di Mako, sebuah kota yang terletak 200 kilometer di tenggara Budapest, Hongaria, pada 10 April 1847.

Anak dari pasangan Fulop dan Elize, mereka merupakan salah satu dari keluarga Yahudi yang tinggal di kawasan tersebut, dan mempunyai reputasi sebagai pedagang.

Pada 1853, Fulop Pulitzer mempunyai kekayaan yang cukup untuk memboyong keluarganya ke Pest, di mana anak mereka bisa mendapat pendidikan privat, termasuk pendidikan bahasa Jerman dan Perancis.

Namun, keadaan berubah setelah Fulop meninggal di 1858. Bisnis mereka bangkrut, sehingga mereka jatuh miskin.

Pulitzer muda berusaha memperbaiki keadaan dengan mendaftar di sejumlah kedinasan militer seantero Eropa, sebelum membawa keluarganya ke AS pada 1864.

Baca juga : Liputan tentang Kekerasan Rumah Tangga Jadi Pemenang Pulitzer Prize 2015

Pulitzer tiba di Boston ketika berusia 17 tahun. Kepindahan keluarganya dibayari oleh militer Massachusetts yang sedang mencari anggota untuk Perang Saudara.

Sadar bahwa perekrut Pulitzer mendapat bayaran lebih besar karena berhasil menggaetnya, dia meninggalkan pos rekrutmen Deer Island.

Dia pindah ke New York, dan bergabung bersama Kavaleri Lincoln pada 30 September 1864 demi bayaran 200 dolar AS pada masa itu.

Dia menjadi bagian Kompi L selama delapan bulan. Meski fasih tiga bahasa; Jerman, Hungaria, dan Perancis, Pulitzer hanya bisa berbicara sedikit Inggris.

2. Setelah Perang
Pulitzer sempat tinggal di New York sebentar, kemudian pindah ke New Bedford, Massachusetts di mana dia bekerja di industri penangkapan ikan paus.

Namun, karena bosan, Pulitzer kemudian pindah kembali ke New York dengan membawa sedikit uang, dan tidur di gerobak tepi jalan.

Lalu, dia memutuskan untuk pergi ke St.Louis, Missouri, dengan menumpang kereta barang. Dia menjual satu-satunya barang kepunyaannya, sapu tangan, seharga 75 sen.

"Cahaya di St.Louis nampaknya seperti tanah perjanjian bagi saya," ujar Pulitzer ketika dia tiba di kawasan tersebut.

Baca juga : Snowden Bantu Dua Media AS Raih Pulitzer

Pulitzer beradaptasi di sana dengan cukup cepat karena di kota tersebut, kebanyakan penghuninya adalah migran Jerman buntut dari revolusi 1848.

Dia sempat bekerja sebagai juru rawat kuda. Namun, keluar dua hari kemudian karena buruknya makanan yang diterima oleh kuda-kuda itu.

Setelah itu, dia bekerja sebagai pelayan di Tony Faust, sebuah restoran terkenal yang menjadi tempat berkumpul anggota Masyarakat Filosofi St.Louis.

Pulitzer kemudian mempelajari Henry Clay Brockmeyer, seorang filsuf Jerman-Amerika yang terkenal karena menerjemahkan karya Hegel.

Setelah dipecat karena menumpahkan bir ke pelanggan, Pulitzer mempelajari bahasa Inggris di Perpustakaan Merkantil St.Louis.

Ketika itu, dia dan beberapa orang lainnya dijanjikan bayaran lumayan, lima dolar AS, sebagai promotor berbicara cepat di Perkebunan Gula Louisiana.

Baca juga : Snowden: Pulitzer, Bukti Pembenaran atas Pengungkapan Dokumen NSA

Mereka naik ke perahu yang membawa 30 mil, sekitar 48,2 kilometer ke selatan dari kota. Namun, ketika perahu sudah beranjak, Pulitzer dan yang lainnya langsung tahu bahwa tawaran pekerjaan itu adalah tipuan.

Segera saja mereka kembali ke kota, dan Pulitzer menulis laporan penipuan yang dialaminya kepada Westliche Post, koran berbahasa Jerman di St.Louis.

Tulisannya langsung diterima oleh Westliche Post, di mana bagian legal di sana, William Patrick dan Phillip Johnson terkesan dengan Pulitzer, dan menyamakannya dengan pujangga Inggris Wiliam Shakespeare.

Mereka berdua membantu Pulitzer mendapatkan pekerjaan di Perusahaan Kereta Api Atlantic and Pacific.

Tugasnya saat itu adalah mencatat permukaan tanah di 20 wilayah di barat daya Missouri yang bakal dibangun rel kereta.

Setelah pekerjaannya selesai, kedua pengacara itu menyuruh Pulitzer belajar hukum untuk membantu mereka dalam tugas-tugas berkaitan dengan hukum.

6 Maret 1867, Pulitzer dinaturalisasi menjadi warga negara AS. Dia masih sering berada di Perpustakaan Merkantil, di mana dia berkawan baik dengan pustakawan bernama Udo Brachvogel.

Di 1868, Pulitzer sempat bekerja sebagai paralegal. Namun, bahasa Inggrisnya yang buruk membuatnya kehilangan klien. Kemudian dia ditawari sebagai wartawan di Westliche Post.

Baca juga : Pulitzer Tahun Ini, dari Tulisan tentang Snowden, Bom Maraton Boston, hingga Muslim Rohingya

3. Karir di Dunia Jurnalistik
Pulitzer menampilkan bakat menonjol sebagai seorang reporter selama bekerja di sana. Dia mendapat julukan "Joey si Jerman" karena tidak kenal lelah bekerja.

Dia bekerja selama 16 jam sehari, dari pukul 10 pagi hingga dua dini hari. Kemudian, Pulitzer bergabung dengan Komunitas Filsuf St.Louis.

Karir politik Pulitzer terasah ketika dia bergabung dengan Partai Republikan, dan menghadiri pertemuan pertamanya pada 14 Desember 1869.

Saat itu, dalam pertemuan di St.Louis Turnhalle, Republikan tengah mencari kandidat untuk menduduki jabatan legislatif.

Mereka terkesan dengan Pulitzer, dan menominasikannya meski saat itu Pulitzer baru berusia 22 tahun, tiga tahun lebih muda dari umur yang disyaratkan.

Baca juga : Wartawan Perempuan Penerima Pulitzer Itu Tewas Diberondong Peluru...

Pulitzer yang enerjik langsung menggelar kongres jalanan, dan mendekati konstituen secara langsung. Kerja kerasnya berbuah manis dengan kemenangan suara 209-147.

Usianya yang masih terbilang muda tidak menghalanginya untuk menduduki jabatan sebagai anggota DPR di Kota Jefferson pada 5 Januari 1870.

Dia menjadi anggota DPR selama dua tahun, sebelum kembali ke Westliche Post, dan menjabat sebagai redaktur pelaksana.

Di 1872, Pulitzer menjadi delegasi Partai Liberal Republikan, yang dibentuk mantan kader Partai Republikan, dalam sebuah konvensi di Cincinnati.

Partai tersebut bermaksud mendongkel kekuasaan Presiden Ulysses Grant, dan mendeklarasikan Horace Greeley.

Namun, deklarasi pencapresan itu gagal. Partainya kolaps, dan Pulitzer sempat dituduh melakukan tindak pidana korupsi, yang membuatnya kecewa dan beralih menjadi anggota Demokrat.

Jabatan pertama pasca-menjadi anggota Demokrat adalah Konvensi Konstitusi Missouri di 1874 mewakili St.Louis.

Karir Pulitzer di jurnalistik memasuki babak baru setelah dia membeli kepemilikan saham di Wesliche Post sebesar 3.000 dolar AS, dan menjualnya sehatun berselang.

Pada 12 Desember 1878, dia membeli St.Louis Dispatch dan St.Louis Post, serta menggabungkannya menjadi St.Louis Post-Dispatch.

Koran itu terbit secara harian di St.Louis, dan Pulitzer melakukan pendekatan jurnalisme secara jujur terhadap narasumber mereka.

Baca juga : Korban Penyekapan Castro Tulis Buku Bersama Penerima Pulitzer

4. New York World
Pada 1883, Pulitzer yang mapan secara ekonomi, membeli New York World dari seorang taipan bernama Jay Gould seharga 346.000 dolar AS.

Ketika itu, The World selalu merugi 40.000 setiap tahunnya. Untuk menghindari kerugian signifikan, Pulitzer melakukan pendekatan baru.

Dia lebih fokus terhadap cerita sensasional seperti bencana, kejahatan, skandal, atau peristiwa yang membuat pembaca tertarik.

Di 1887, Pulitzer mempekerjakan wartawan investigatif terkemuka AS saat itu, Nelle Bly, dan kartunis Richard Outcault untuk membuat komik The Yellow Kid.

Di bawah kepemimpinan Pulitzer, oplah New York World naik dari 15.000 menjadi 600.000 per hari, dan menjadikannya koran terbesar di AS pada masa itu.

5. Munculnya Istilah "Koran Kuning"
Kesuksesan Pulitzer menimbulkan kecemburuan dari koran lain, salah satunya editor New York Sun, Charles A Dana, yang sempat menjulukinya "Yudas Pulitzer".

Dana mengkritik Pulitzer karena terlalu menonjolkan berita sensasional, dan tidak peduli dengan liputan yang lebih serius.

Namun, tantangan kepada Pulitzer datang dari pengusaha San Francicsco, William Randolph Hearst, yang membeli New York Journal dari adik Pulitzer, Albert Pulitzer.

Segera saja The World dan The Journal terlibat dalam persaingan paling sengit dengan puncaknya terjadi antara 1895-1898.

Persaingan dua koran tersebut kemudian memunculkan istilah koran atau jurnalisme kuning, yang secara singkat merupakan istilah untuk berita sensasional.

Berita-berita tersebut dibuat tanpa penggalian isu lebih mendalam, dan dipublikasikan menggunakan kalimat menarik untuk meningkatkan penjualan.

Dua koran itu disebut-sebut sebagai dalang utama AS terseret ke dalam Perang Amerika-Spanyol sebagai akibat liputan sensasional nan berlebihan tentang kondisi di Kuba.

Pulitzer dan The World kemudian menghadapi gugatan hukum setelah mereka mempublikasikan cerita dugaan pembayaran 40 juta dolar yang dilakukan AS ke Perusahaan Kanal Panama milik Perancis di 1909.

Mereka dituduh memfitnah Presiden Theodore Roosevelt dan bankir ternama JP Morgan. Pengadilan kemudian memutuskan gugatan tersebut gagal.

Baca juga : Novelis Penerima Pulitzer Oscar Hijuelos Meninggal

6. Masa Tua dan Kematian
Di masa tuanya, kesehatan Pulitzer mulai menurun yang diakibatkan kebutaan, depresi, dan sensitvitas akan suara yang akut.

Meski begitu, dia masih sanggup menjalankan usahanya dari kediamannya. Antara lain di New York, rumah musim dingin Jekyll Island Georgia, maupun rumah musim panas di Bar Harbor, Maine.

Pulitzer lalu mempekerjakan Frank Cobb sebagai editor di New York World. Namun, keduanya terlibat dalam perseteruan panas.

Cobb tidak suka dengan cara Pulitzer yang mengurus perusahaannya tanpa melihat kondisi pekerjanya secara langsung.

Ketika putra Pulitzer mengambil alih jabatan pada 1907, Pulitzer secara hati-hati menulis surat pengunduran diri dari dunia media.

Baca juga : Bentrokan di Gaza, Israel Tembak 9 Warga Palestina Termasuk Jurnalis

Surat tersebut dipublikasikan hampir semua koran di New York, kecuali The World. Awalnya, Pulitzer merasa tersinggung. Namun, dia berusaha memahami jurnalisme Cobb yang berusaha independen.

Hubungan keduanya mulai mencair setelah Cobb mengakui hal tersebut. Mereka kemudian saling bertukar pesan, dan bertemu untuk membahas masalah pemberitaan.

Kerja Cobb yang begitu keras membuat Pulitzer berinisiatif memberikannya cuti panjang selama 1,5 bulan, dan menyuruhnya keliling Eropa.

Cobb terus melanjutkan editorial yang telah dia kembangkan bersama Pulitzer, hingga meninggal dunia pada 1923 akibat kanker.

Dalam sebuah pertemuan, Thomas Davidson pernah bertanya mengapa Pulitzer begitu lembut terhadap wartawan, namun keras kepada editornya.

"Yah, saya melihat wartawan merupakan harapan. Sedangkan editor adalah kekecewaan," kata Pulitzer yang kemudian menjadi sebuah kalimat satir di dunia jurnalistik.

Baca juga : Jurnalis Palsu Serbu Australia Jelang Commonwealth Games

Pada 29 Oktober 1911, Pulitzer meninggal dalam usia 64 tahun di Pelabuhan Charleston, Carolina Selatan.

Saat itu, seorang sekretarisnya tengah membacakan biografi Raja Louis XI dari Perancis, dan berada di bagian akhir ketika Pulitzer mengucapkan kalimat terakhir. Leise, ganz leise (Tenang, sangat tenang).

Jenazah Pulitzer dibawa pulang ke New York, dan dikebumikan di Pemakaman Woodlawn di Bronx.

7. Warisan
Sekolah Jurnalistik
Di 1892, awalnya Pulitzer menawarkan uang kepada Presiden Universitas Colombia, Seth Low, untuk membangun sekolah jurnalistik pertama.

Namun, Low menolak tawaran tersebut. Tidak menyerah, Pulitzer kembali mengulangi tawarannya di 1902, atau 10 tahun kemudian.

Kali ini, Presiden Nicholas Murray Butler lebih terbuka dengan rencana tersebut. Namun, gagasan tersebut baru tercapai setahun setelah Pulitzer wafat.

Pada 1912, Columbia mendirikan Sekolah Jurnalisme, yang kemudian diikuti oleh Sekolah Jurnalisme Universitas Missouri.

Penghargaan Pulitzer
Di 1917, atau lima tahun setelah sekolah jurnalisme berdiri, Universitas Columbia menggelar ajang bernama Penghargaan Pulitzer.

Kini, ajang yang mulanya untuk memberikan penghargaan terhadap jurnalis, diperluas di sektor literatur, puisi, sejarah, musik, dan drama.

Baca juga : Dilaporkan karena Maki Wartawan, Wali Kota Kupang Diperiksa Polisi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com