Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Joseph Pulitzer, Taipan Media AS

Kompas.com - 10/04/2018, 17:00 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

6. Masa Tua dan Kematian
Di masa tuanya, kesehatan Pulitzer mulai menurun yang diakibatkan kebutaan, depresi, dan sensitvitas akan suara yang akut.

Meski begitu, dia masih sanggup menjalankan usahanya dari kediamannya. Antara lain di New York, rumah musim dingin Jekyll Island Georgia, maupun rumah musim panas di Bar Harbor, Maine.

Pulitzer lalu mempekerjakan Frank Cobb sebagai editor di New York World. Namun, keduanya terlibat dalam perseteruan panas.

Cobb tidak suka dengan cara Pulitzer yang mengurus perusahaannya tanpa melihat kondisi pekerjanya secara langsung.

Ketika putra Pulitzer mengambil alih jabatan pada 1907, Pulitzer secara hati-hati menulis surat pengunduran diri dari dunia media.

Baca juga : Bentrokan di Gaza, Israel Tembak 9 Warga Palestina Termasuk Jurnalis

Surat tersebut dipublikasikan hampir semua koran di New York, kecuali The World. Awalnya, Pulitzer merasa tersinggung. Namun, dia berusaha memahami jurnalisme Cobb yang berusaha independen.

Hubungan keduanya mulai mencair setelah Cobb mengakui hal tersebut. Mereka kemudian saling bertukar pesan, dan bertemu untuk membahas masalah pemberitaan.

Kerja Cobb yang begitu keras membuat Pulitzer berinisiatif memberikannya cuti panjang selama 1,5 bulan, dan menyuruhnya keliling Eropa.

Cobb terus melanjutkan editorial yang telah dia kembangkan bersama Pulitzer, hingga meninggal dunia pada 1923 akibat kanker.

Dalam sebuah pertemuan, Thomas Davidson pernah bertanya mengapa Pulitzer begitu lembut terhadap wartawan, namun keras kepada editornya.

"Yah, saya melihat wartawan merupakan harapan. Sedangkan editor adalah kekecewaan," kata Pulitzer yang kemudian menjadi sebuah kalimat satir di dunia jurnalistik.

Baca juga : Jurnalis Palsu Serbu Australia Jelang Commonwealth Games

Pada 29 Oktober 1911, Pulitzer meninggal dalam usia 64 tahun di Pelabuhan Charleston, Carolina Selatan.

Saat itu, seorang sekretarisnya tengah membacakan biografi Raja Louis XI dari Perancis, dan berada di bagian akhir ketika Pulitzer mengucapkan kalimat terakhir. Leise, ganz leise (Tenang, sangat tenang).

Jenazah Pulitzer dibawa pulang ke New York, dan dikebumikan di Pemakaman Woodlawn di Bronx.

7. Warisan
Sekolah Jurnalistik
Di 1892, awalnya Pulitzer menawarkan uang kepada Presiden Universitas Colombia, Seth Low, untuk membangun sekolah jurnalistik pertama.

Namun, Low menolak tawaran tersebut. Tidak menyerah, Pulitzer kembali mengulangi tawarannya di 1902, atau 10 tahun kemudian.

Kali ini, Presiden Nicholas Murray Butler lebih terbuka dengan rencana tersebut. Namun, gagasan tersebut baru tercapai setahun setelah Pulitzer wafat.

Pada 1912, Columbia mendirikan Sekolah Jurnalisme, yang kemudian diikuti oleh Sekolah Jurnalisme Universitas Missouri.

Penghargaan Pulitzer
Di 1917, atau lima tahun setelah sekolah jurnalisme berdiri, Universitas Columbia menggelar ajang bernama Penghargaan Pulitzer.

Kini, ajang yang mulanya untuk memberikan penghargaan terhadap jurnalis, diperluas di sektor literatur, puisi, sejarah, musik, dan drama.

Baca juga : Dilaporkan karena Maki Wartawan, Wali Kota Kupang Diperiksa Polisi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com