Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pasukan AS Menduduki Kota Baghdad

Kompas.com - 10/04/2018, 12:19 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Hanya beberapa pekan setelah Amerika Serikat melakukan invasi militer terhadap Irak, militer AS berhasil merebut ibu kota Irak, Baghdad.

Tiga pekan setelah menginvasi Irak, Pasukan Koalisi yang dipimpin Divisi Infantri ke-3 AS mulai bergerak masuk ke kota Baghdad.

Dengan direbutnya Baghdad, Amerika Serikat menyatakan kemenangan pada 14 April 2003 dan Presiden George W Bush memberikan pidato kemenangan pada 1 Mei 2003.

Akibat invasi AS itu, kota Baghdad mengalami kerusakan parah. Infrastruktur, ekonomi dan warisan budaya hancur akibat pertempuran, penjarahan, dan pembakaran.

Baca juga : 15 Tahun Setelah Invasi AS, Bagaimana Kondisi Afganistan?

Selama invasi AS itu, RS Al-Yarmouk di wilayah selatan Baghdad juga menjadi jauh lebih sibuk karena menerima 100 pasien baru setiap jam.

Setelah berhasil merebut Baghdad, pasukan koalisi pimpinan AS kemudian merebut kota Kirkuk (10 April) dan Tikrit (15 April).

Invasi AS ke Irak ini diawali dengan pendudukan Irak terhadap Kuwait yang memicu Perang Teluk I (1990-1991).

Meski saat itu Irak dikalahkan pasukan koalisi pimpinan AS dan mundur dari Kuwait, tetapi Partai Baath pimpinan Saddam Hussein tetap menduduki tampuk kekuasaan.

Saat itu, Saddam Hussein dituding terus melakukan kekerasan terhadap kelompok minoritas Syiah dan Kurdi.

Untuk menghentikan eksodus etnis Kurdi dari Irak, pasukan sekutu mendirikan "suaka" di wilayah utara Irak yang mayoritas penduduknya beretnis Kurdi.

Selain mendirikan suaka bagi etnis Kurdi, jet-jet tempur sekutu juga terus berpatroli menjaga "zona larangan terbang" di wilayah utara dan selatan Irak.

Baca juga : Duterte Sebut Invasi AS ke Irak yang Menciptakan Terorisme

Kemudian, untuk mencegah agresi Irak ke negara tetangganya di masa depan, PBB juga menerapkan sanksi ekonomi terhadap Irak.

PBB berharap dengan sanksi ekonomi ini maka kemampuan Irak mengembangkan senjata pemusnah massal akan jauh berkurang.

Warga Irak menarik sebuah patung Saddam Hussein di jalanan kota Baghdad setelah pasukan koalisi pimpinan AS menduduki kota itu.Ministry of Defense/Britannica Warga Irak menarik sebuah patung Saddam Hussein di jalanan kota Baghdad setelah pasukan koalisi pimpinan AS menduduki kota itu.
Pada 2002, Presiden AS George W Bush mengatakan, rapuhnya AS menyusul serangan 11 September 2001, ditambah kepemilikan dan kemampuan Irak membuat senjata pemusnah massal serta dukungan terhadap Al Qaeda, menjadikan Irak sebagai musuh AS dan "melucuti" Irak merupakan prioritas.

Belakangan terbukti tuduhan Presiden Bush, terutama terkait kepemilikan dan produksi senjata pemusnah massal, tidak terbukti sama sekali.

Pada 8 November 2002, DK PBB menerbitkan Resolusi 1441 yang meminta Irak mengizinkan tim pemantau yang akan memeriksa kebenaran dugaan kepemilikan senjata pemusnah massal.

Irak terlihat akan mengikuti resolusi DK PBB itu tetapi pada awal 2003 Presiden Bush dan PM Inggris Tony Blair mengumumkan bahwa Irak terus menolak inspeksi PBB dan masih menyimpan senjata pemusnah massal.

Baca juga : Trump Kembali Tegaskan Ingin Tarik Pasukan AS dari Suriah

Sementara, Presiden Perancis Jacques Chirac dan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder masih memercayai Irak mau bekerja sama dan mencoba memberi Irak waktu lebih longgar.

Namun, pada 17 Maret 2003, Presiden Bus h memutuskan untuk menghentikan semua jalur diplomasi dengan Irak dan memberim ultimatum kepada Presiden Saddam Hussein.

Bush memberi waktu 48 jam bagi Saddam Hussein untuk meninggalkan Irak. Para pemimpin Perancis, Jerman, dan Rusia serta beberapa negara lain tak terlalu mendukung upaya mengobarkan perang ini.

Saat Saddam Hussein menolak untuk meninggalkan negerinya, pada 20 Maret 2013 pagi, jet-jet tempur AS menjatuhkan bom berpemandu ke sebuah kompleks bunker yang diyakini sebagai lokasi Presiden Saddam Hussein menggelar pertemuan dengan staf seniornya.

Aksi ini kemudian dilanjutkan dengan serangkaian serangan udara yang diarahkan ke instalasi pemerintahan dan militer.

Beberapa hari kemudian, pasukan darat AS dikerahkan dari arah selatan, sedangkan dari wilayah utara Irak, pasukan khusus AS mulai digerakkan.

Awalnya, dikhawatirkan pasukan Irak akan melakukan strategi bumi hangus dengan membakar infrastruktur dan kilang-kilang minyak.

Namun ternyata, pasukan Irak yang mundur hanya menimbulkan sedikit kerusakan karena sebagian besar tentara Irak memilih tidak menghalangi gerak maju tentara koalisi.

Di sisi selatan, perlawanan sengit terhadap gerak maju pasukan koalisi justru datang dari kelompok pendukung Partai Baath yang disebut Fedayeen Saddam.

Pasukan Inggris yang dikerahkan di sekitar kota Basra, wilayah selatan Irak, juga mendapatkan perlawanan dari kelompok paramiliter dan milisi bersenjata.

Sedangkan pasukan Garda Republik yang bersenjata lengkap dikerahkan untuk mempertahankan ibu kota Baghdad.

Di saat angkatan darat dan marinir AS bergerak menuju lembah Sungai Tigris dan Efrat, mereka mendapat perlawanan sengit dari Fedayeen.

Meski demikian pasukan koalisi terus bergerak maju dan baru terhenti pada 25 Maret 2003 setelah mengalami masalah dalam pasokan logistik.

Saat pasukan darat koalisi menghentikan gerak majunya, jet-jet tempur AS menyerang posisi-posis pasukan Garda Republik diu sekitar Baghdad.

Sepekan kemudian, pasukan AS melanjutkan gerak majunya menuju Baghdad dan pada 4 Aprik 2013 pasukan AS menduduki bandara internasional Baghdad.

Baca juga : Dua Bom Bunuh Diri Meledak di Baghdad, 26 Orang Tewas

Perlawanan Irak, meski sangat kuat tetapi tidak terorganisasi, dan hanya dalam beberapa hari Korps Marinir AS menduduki pusat kota Baghdad.

Pada 9 April 2013 perlawanan terhadap di AS di ibu kota Bahgdad berakhir dan pasukan koalisi secara penuh menguasai Kota 1001 Malam.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com