Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontroversi Pengusiran Petugas Medis Perempuan Masuk Arena Sumo di Jepang

Kompas.com - 06/04/2018, 12:00 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

KYOTO, KOMPAS.com - Insiden keadaan darurat medis di arena sumo telah memukul penyelenggaraan olahraga kuno di Jepang itu.

Dilansir dari CNN, Jumat (6/4/2018), pasalnya Asosiasi Sumo Jepang dipaksa meminta maaf atas peristiwa diusirnya petugas medis perempuan dari dohyo atau arena sumo, untuk memberikan pertolongan.

Wali Kota Maizuri, Ryozo Tatami (66), menyampaikan pidatonya di gedung olahraga dekat Kyoto, dalam turnamen sumo pada Rabu lalu. Namun, dia tiba-tiba pingsan ketika berdiri di arena sumo.

Beberapa tim medis yang terdiri dari perempuan bergegas untuk mengobatinya. Namun, wasit meminta mereka untuk meninggalkan ring tersebut.

Baca juga : Membantu Orang, Dua Wanita Diusir dari Arena Sumo

Dalam tradisi sumo, perempuan memang tidak pernah diizinkan masuk ke dohyo.

Gubernur perempuan pertama di Jepang, Fusae Ota dari Osaka, gagal untuk meyakinkan Asosiasi Sumo Jepang untuk memperbolehkannya berada di dalam ring untuk memberikan penghargaan kepada pemenang turnamen pada 2000.

Video dari insiden pada pekan ini telah disaksikan lebih dari satu juta kali di YouTube dan menuai banyak reaksi ketika disiarkan di stasiun televisi Jepang.

Di Twitter, warganet mengecam wasit yang muncul dan memprioritaskan tradisi, sementara nyawa seseorang sedang dalam keadaan terancam.

Juru bicara kota Maizuru mengatakan, wali kota telah dibawa ke rumah sakit dan didiagnosis menderita stroke, namun kondisinya tidak mengancam jiwa.

"Kami sangat menghargai para perempuan yang memberikan pertolongan pertama. Kami tidak tahu siapa mereka, tapi ingin mengucapkan terima kasih secara langsung," katanya.

Baca juga : Juara Sumo Diajukan ke Pengadilan

Dilansir dari The Telegraph, Asosiasi Sumo Jepang telah meminta maaf kepada petugas medis perempuan yang berusahan memberikan penanganan.

"Itu merupakan respons yang tidak pantas dalam situasi yang mengancam jiwa. Saya mohon maaf," ujar ketua asosiasi, Nobuyohi Hokutoumi.

Insiden ini memicu kritik di Jepang atas ketidaksetaraan gender yang masih tertanam kuat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com