Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/04/2018, 20:54 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

 

Setelah Perang Dunia II usai, perseteruan antara nasionalis dan komunis di China kembali berkobar.

Pasukan Nasionalis yang baru saja diterpa perang melawan Jepang belum mampu memulihkan kekuatan tempurnya.

Dalam perang saudara yang kedua itu, Partai Komunis yang dipimpin Mao Zedong berhasil menekan pasukan nasionalis hingga mengusirnya keluar dari wilayah daratan China.

Pemerintahan Taiwan

Chiang dan para pendukungnya memutuskan keluar sementara dan pindah ke pulau Formosa (Taiwan) pada 1949, dengan maksud akan kembali pada suatu saat untuk merebut kembali daratan China.

Sementara Partai Komunis yang berkuasa di Daratan China membentuk Republik Rakyat China dengan pemimpinnya Mao Zedong pada 21 September 1949.

Baca juga: Misi Dagang Taiwan Catat Potensi Transaksi Rp 414,45 Miliar

Di Taiwan, Chiang mendirikan kembali Republik China dengan pusat pemerintahan di Taipei dan mengangkat dirinya menjadi presiden pada 1 Maret 1950.

Selama menjalankan pemerintahan di Taiwan, Chiang terus membangun kekuatan militernya dengan tujuan menginvansi kembali wilayah daratan China sekaligus menguatkan pertahanan dan bersiap menangkal serangan pasukan komunis.

Di masa awal pemerintahan di Taiwan, Chiang Kai Shek memimpin dengan keras dan tak jarang menindak penduduk yang tidak setuju dengan pemerintahan nasionalis yang dijalankan partainya.

Namun seiring dengan waktu, Chiang Kai Shek mulai melakukan perubahan dan bertujuan menyejahterakan rakyat Taiwan.

Pada era tahun 1970-an, Taiwan yang dipimpin Chiang Kai Shek menjadi negara Asia dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

Akhir Kehidupan

Pada tahun 1975, tepat 26 tahun setelah pindah ke Taiwan bersama pendukungnya yang tersisa, Chiang meninggal dunia di usia 87 tahun.

Beberapa bulan sebelum meninggal, Chiang mengalami serangan jantung dan menderita radang paru-paru, hingga akhirnya meninggal karena gagal ginjal pada 5 April 1975.

Meski sempat disebut sebagai diktator, meninggalnya Chiang menjadi kesedihan seluruh rakyat Taiwan. Masa berkabung nasional diberlakukan selama satu bulan.

Jenazah sang diktator disimpan di dalam sebuah peti mati yang terbuat dari tembaga dan dikebumikan di Cihu, distrik Daxi, kota Taoyuan, yang ada di baratdaya Taiwan.

Posisinya digantikan wakilnya Yen Chia Kan yang hanya memeruntah selama tiga tahun, menghabiskan masa kepresidenan Chiang.

Dalam pemilihan selanjutnya, jabatan presiden ditempati putra Chiang Kai Shek, Chiang Ching Kuo, yang memimpin Taiwan selama dua periode antara 1978 hingga 1988.

Baca juga: Militer China Kirim Kapal Induk ke Selat Taiwan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com