Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Martin Luther King Jr, Tokoh Persamaan Hak Sipil

Kompas.com - 04/04/2018, 18:27 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

 


Empat tahun berselang, King Jr meraih gelar sarjana sosiologi dan bergabung dengan sekolah seminari teologi Crozer di Pennsylvania. King Jr kemudian melanjutkan studinya pascasarjana di Universitas Boston.

Di tahun 1953, King Jr menikah dengan Coretta Scott dan memiliki empat anak dari pernikahan mereka.

Pada tahun 1955, King Jr merampungkan studinya dan peraih gelar doktoralnya di usia yang masih sangat muda, yakni 25 tahun.

Setahun sebelumnya, King Jr juga resmi mengikuti jejak sang ayah dan menjadi pendeta di Gereja Baptis Dexter Avenue di Montgomery, Alabama.

Gerakan Boikot

Di tahun 1955, Asosiasi Nasional untuk Warga Kulit Berwarna (NAACP), organisasi hak sipil yang memperjuangkan persamaan hak bagi warga kulit hitam dengan kulit putih, melancarkan aksi boikot terhadap jasa bus umum.

Aksi tersebut dipicu peraturan yang mewajibkan warga keturunan Afrika Amerika untuk menyerahkan kursi mereka kepada warga kulit putih di bus.

Baca juga: Menjaga Mimpi Hak Sipil, 50 Tahun Pidato Martin Luther King

Saat itu, seorang warga Afrika Amerika, Rosa Park (42) dihukum denda 10 dollar AS karena tindakannya yang menolak menyerahkan tempat duduknya di bus untuk penumpang warga kulit putih.

King Jr ditunjuk sebagai pemimpin aksi boikot. Dia terpilih karena kemampuannya berbicara di hadapan publik, selain juga demi mendapat pengakuan dari komunitas kulit hitam yang baru diikutinya.

Berkat kemampuannya dalam berbicara, pidato Martin Luther King Jr saat itu berhasil memberi kekuatan baru ke dalam upaya memperjuangkan hak sipil di Alabama.

Namun, selama aksi boikot bus yang berlangsung selama lebih dari satu tahun, membuat warga keturunan Afrika Amerika di Montgomery mendapat tekanan dan intimidasi. Belum lagi harus berjalan ke tempat kerja karena menolak menggunakan bus.

Karena aksi boikot itu pula, tempat tinggal King Jr sempat mendapat serangan dari oknum tak dikenal.

Komunitas warga Afrika Amerika juga mengambil tindakan hukum untuk memperjuangkan hak sipil mereka, melawan undang-undang yang mengatur pemisahan rasial dalam kendaraan umum.

Upaya mereka membuahkan hasil dan peraturan yang memisahkan tempat duduk bagi warga keturunan Afrika Amerika dengan warga kulit putih akhirnya dicabut.

Setelah keberhasilan itu, Martin Luther King Jr bersama sekitar 60 pendeta dan aktivis hak sipil mendirikan Konferensi Kepemimpinan Kristen Selatan (SCLC) untuk memanfaatkan otoritas moral dan menyusun kekuatan gereja-gereja komunitas warga kulit hitam.

Perlawanan Tanpa Kekerasan

Februari 1960, komunitas mahasiswa Afrika Amerika di Greensboro, Carolina Utara, melancarkan aksi menentang aturan pemisahan tempat duduk di kantin dan restoran kota.

Mereka melakukan aksi duduk di kursi yang dikhususkan bagi warga kulit putih dan tetap bertahan saat diminta pindah, membuat para peserta aksi menerima kekerasan fisik maupun verbal.

Mendengar adanya aksi tersebut, Martin Luther King Jr bersama SCLC mendukung para mahasiswa tersebut dengan menekankan agar mereka tetap menggunakan metode protes tanpa kekerasan.

Setelah beberapa bulan melancarkan aksi protes, tepatnya pada Agustus 1960 gerakan tersebut berhasil menghentikan aturan pemisahan tempat duduk berdasarkan warna kulit di 27 kota.

Musim semi 1963, King Jr menggerakkan massa untuk berdemonstrasi damai di pusat kota Birmingham, Alabama dan akhirnya dipenjara. Selama dalam penjara dia menuliskan surat yang menguraikan gambaran perlawanan tanpa kekerasan terhadap rasisme.

Tulis yang kemudian disebut dengan "Surat dari Penjara Birmingham" itu membuatnya kian dikenal.

Pada 28 Agustus tahun yang sama, pidato yang disampaikan Martin Luther King Jr dalam sebuah aksi demonstrasi besar-besaran yang diikuti 200.000 orang di Lincoln Memorial di Washington menjadi momen bersejarah.

Dalam pidato berjudul "I Have a Dream" atau Saya Mempunyai Mimpin, Martin Luther King Jr mengungkapkan keyakinannya bahwa suatu saat setiap manusia di AS akan dapat saling bersaudara tanpa memperhatikan warna kulit.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com