Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Somaliland, Negeri Sempalan Somalia yang Damai dan Demokratis

Kompas.com - 04/04/2018, 16:07 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Gulf News

HARGEISA, KOMPAS.com - "Menjadi negara berdaulat, tak selalu harus diakui," demikian kata Dr Sa'ad Ali Shire, menteri luar negeri Somaliland.

Somaliland? Mungkin yang dimaksud adalah Somalia?

"Anda berada di Somaliland bukan Somalia. Tak ada tanda-tanda Somalia di sini. Kami mengatur urusan kami sendiri," tambah Ali Shire.

Nama Somaliland memang tak banyak dikenal. Republik yang memerdekakan diri dari Somalia ini tidak diakui komunitas internasional.

Namun, negeri ini melihat diri sendiri sebagai penerus Somaliland, sebuah negara protektorat Inggris.

Baca juga : Somaliland Berseru agar Dunia Internasional Akui Kemerdekaannya

Setelah mendapat kemerdekaan dari Inggris pada 1960, Somaliland memilih bergabung dengan Somalia yang merupakan bekas jajahan Italia.

Namun, pemerintahan diktator Siad Barre di Mogadishu memicu pembentukan milisi bersenjata Gerakan Nasional Somali yang pada 1991 berhasil menggulingkan rezim Siad Barre.

Pada Mei tahun yang sama, Somaliland kemudia memproklamasikan kemerdekaan dan membentuk pemerintahan terpisah dari Somalia.

"Saat kami memproklamasikan kemerdekaan, kamu juga merebut kembali kedaulatan. Sebelum bergabung dengan Somalia, kami berdaulat," ujar Ali Shire.

"Sejak 1991, kami sudah memiliki pemerintahan, mata uang, dan berbagai institusi sendiri. Somaliland bukan fantasi, ini adalah sebuah negara yang nyata," tambah Shire.

"Kami menikmati pengakuan de facto, kami memiliki perjanjian dengan beberapa negara dan perusahaan. Bahkan presiden kami mendapatkan penyambutan saat berkunjung ke luar negeri," tambah dia.

Somalilan berukuran dua kali Uni Emirat Arab tetapi hanya berpenduduk kurang lebih 3,5 juta orang.

Negeri ini memiliki ratusan kilometer pantai yang masih alami di sepanjang Teluk Aden dengan Yaman berada tepat di sisi utaranya.

Baca juga : Saat Sinetron Turki Menjadi Favorit Rakyat Somalia

Sayangnya, negeri ini masih terbilang miskin dengan APBN tahun ini hanya 281 juta dolar AS atau sekitar Rp 3,8 triliun.

Meski miskin, Somaliland memiliki iklim demokrasi yang sehat. Rakyat negeri ini memilih presiden dan anggota parlemen lewat pemilu yang bebas.

Bukti lain demokrasi adalah di parlemen, para politisi bisa berdebat amat sengit tetapi perdebatan tersebut tak pernah menjadi pemicu keonaran di luar gedung parlemen.

Meski secara politik jauh lebih stabil dari Somalia, tetapi kondisi infrastruktur Somaliland amat buruk.

Di sisi lain, banyaknya mobil 4WD berseliweran, pasar yang amat hidup dan penuh komoditas, menunjukkan negara itu tak bisa dikatakan terlalu papa.

Keunggulan lain Somaliland adalah stabilitas politik dan suasana damai yang amat langka diperoleh di berbagai negara di kawasan itu.

Hampir semua tetangganya Eritrea, Puntland, Somalia, Sudan Selatan, dan bahkan Kenya pernah mengalami kebuntuan politik dan konflik.

Kini perjuangan Somaliland adalah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional terkait eksistensi negeri itu.

"Saya adalah menlu ke-12 Somaliland sejak kami menyatakan kemerdekaan pada 1991. Seperti para pendahulu saya, maka fokus utama kami adalah mendapatkan pengakuan penuh sebagai negara," Shire menegaskan.

Baca juga : Mantan Presiden Somalia Dapat Pensiun Rp 532 Juta Sebulan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Gulf News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com