Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Paus Yohanes Paulus II Wafat

Kompas.com - 02/04/2018, 12:30 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

KOMPAS.com - Pada 2 April 2005, Yohanes Paulus II, orang non-Italia pertama sejak abad ke-16 yang menjadi Paus, meninggal dunia di Vatikan dalam usia 85 tahun.

Enam hari kemudian, 2 juta orang dari berbagai penjuru dunia datang ke Vatikan untuk menghadiri pemakaman yang disebut sebagai yang terbesar sepanjang sejarah.

Paus Yohanes Paulus II terlahir dengan nama Karol Jozef Wojtyla di Wadowice, Polandia pada 18 Mei 1920.

Usai lulus dari SMA, Wojtyla kemudian masuk ke Universitas Jagiellonian di kota Krakow untuk belajar filsafat, sastra, dan tampil dalam sejumlah pementasan drama.

Baca juga : Hari Ini dalam Sejarah: Paus Yohanes Paulus II Ditembak

Lalu Perang Dunia II pecah dan Nazi Jerman menduduki Polandia, termasuk kota Krakow. Akibatnya, universitas tempat Wojtyla menimba ilmu ditutup.

Alhasil, Wojtyla terpaksa bekerja di tambang dan kemudian di pabrik bahan kimia. Pada 1941, ibu, ayah, dan saudara laki-laki Wojtyla meninggal dunia dan membuatnya menjadi sebatang kara.

Meski Wojtyla amat rajin beribadah dan aktif dalam kegiatan  gereja, baru pada 1942 dia masuk seminari untuk menjadi imam Gereja Katolik.

Saat Perang Dunia II berakhir, Wojtyla meneruskan kuliahnya yang terputus di Universitas Jagellonian dan kali ini dia mendalami ilmu Teologi.

Setelah resmi menjadi imam pada 1946, Wojtyla berhasil menyelesaikan dua kuliah doktor dan menjadi  profesor dalam bidang teologi moral dan etika sosial.

Pada 4 Juli 1958 saat berusia 38 tahun, Wojtyla ditunjuk Paus Pius XII menjadi uskup pembantu di Krakow sebelum menjadi uskup agung kota itu.

Saat menjadi uskup agung Krakow, Wojtyla dengan lantang menyuarakan kebebasan beragama sementara di sisi lain Konsisi Vatikan Kedua digelar yang akan merevolusi ajaran Katolik.

Baca juga : Surat-surat Paus Yohanes Paulus II adalah Hal Biasa

Pada 1967, Wojtyla diangkat menjadi seorang kardinal dan mengambil risiko bekerja dan hidup sebagai imam Katolik di bawah rezim komunis yang saat itu memerintah Polandia.

"Saya tak takut dengan mereka. Merekalah yang takut kepada saya," ujar Wojtyla saat ditanya soal perasaannya terhadap pemerintahan komunis.

Paus Yohanes Paulus II bertemu dengan Mehmet Ali Agca, pria yang mencoba membunuhnya, di sebuah penjara di Italia pada 1983.AFP/GETTY IMAGES Paus Yohanes Paulus II bertemu dengan Mehmet Ali Agca, pria yang mencoba membunuhnya, di sebuah penjara di Italia pada 1983.
Secara diam-diam dan perlahan, Wojtyla membangun reputasinya sebagai seorang imam berpengaruh sekaligus sosok intelektual penuh kharisma.

Meski sudah memiliki reputasi luar biasa, tetap saja saat Paus Yohanes Paulus I meninggal pada 1978 setelah 34 hari menjabat, tak banyak yang menyangka pria Polandia ini yang akan duduk di Tahta Suci.

Namun, setelah tujuh putaran pemungutan suara, dewan konklaf akhirnya memilih Wojtyla yang saat itu berusia 58 tahun menjadi Paus ke-264.

Dia menjadi Paus pertama non-Italia dan yang termuda sejak 132 tahun terakhir. Paus non-Italia terakhir sebelum Wojtyla adalah Paus Adrian VI asal Belanda yang menjabat pada 1522-1523.

Baca juga : Bosnia Resmikan Patung Paus Yohanes Paulus II

Sebagai sosok konservatif, masa kepausan Yohanes Paulus II diwarnai keteguhan Vatikan menentang komunisme dan perang juga aborsi, penggunaan kontrasepsi, hukuman mati, dan hubungan seks sesama jenis kelamin.

Paus Yohanes Paulus II juga kemudian menentang euthanasia, kloning manusia, dan riset sel punca.

Dengan kemampuannya berbicara dalam delapan bahasa (Polandia, Italia, Perancis, Jerman, Inggris, Spanyol, Portugal, dan Latin), Paus Yohanes Paulus II amat mudah berkomunikasi saat melakukan perjalanan keliling dunia.

Yohanes Paulus II dikenal  sebagai Paus yang paling banyak bepergian dengan berkunjung ke 129 negara selama masa kepausannya.

Hal lain yang dikenang dari Paus Yohanes Paulus II adalah upayanya memperbaiki hubungan Gereja Katolik dengan agama Yahudi, Islam, dan Gereja Ortodoks serta Gereja Anglikan.

Pada 13 Mei 1981, Paus Yohanes Paulus II ditembak di Lapangan St Petrus oleh pria Turki bernama Mehmet Ali Agca.

Upaya pembunuhan itu gagal dan setelah selesai menjalani perawatan di rumah sakit, Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Ali Agca di penjara dan memaafkan pria itu.

Setahun kemudian, Paus Yohanes Paulus II kembali nyaris menjadi korban pembunuhan. Kali ini pelakunya adalah seorang pastor radikal yang menentang reformasi di Vatikan.

Meski baru dibenarkan Vatikan pada 2003, banyak  yang meyakini Paus Yohanes Paulus II sudah mengidap parkinson sejak awal 1990-an.

Saat itu, Paus sudah semakin sulit berkomunikasi dan berjalan kaki, meski demikian dia tetap melaksanakan tugasnya termasuk berkunjung ke berbagai negara di dunia.

Di tahun-tahun terakhirnya, Paus Yohanes Paulus II terpaksa mendelegasikan sebagian tugasnya tetapi masih kerap berbicara kepada umat Katolik lewat jendela kantornya di Vatikan.

Pada Februari 2005, Paus Yohanes Paulus II dirawat di rumah sakit akibat komplikasi penyakit yang dipicu flu. Dua bulan kemudian dia wafat.

Baca juga : Polandia Buka Museum Paus Yohanes Paulus II

Paus Yohanes Paulus II dikenang akan upayanya menumbangkan komunisme, membangun jembatan dengan agama lain, dan meminta maaf untuk perilaku Gereja Katolik di masa Perang Dunia II.

Tahta kepausan kemudian diduduki Joseph Cardinal Ratzinger asal Jerman yang memilih nama Benediktus XVI yang kemudian memulai proses untuk menjadikan Paus Yohanes Paulus II sebagai seorang santo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com