BEIJING, KOMPAS.com - Kunjungan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un ke China memenuhi undangan Presiden Xi Jinping tidak sekadar bentuk usaha untuk mempertahankan hubungan kedua negara.
Dilansir Yonhap Rabu (28/3/2018), kunjungan Kim juga terjadi di tengah rencana besar perundingan tingkat tinggi dengan Korea Selatan (Korsel), dan Amerika Serikat (AS).
Kim dijadwalkan bertemu dengan Presiden Korsel Moon Jae In pada akhir April, sebelum melakukan perundingan dengan Presiden AS Donald Trump di Mei mendatang.
Pertemuan Kim dan Xi mempunyai dua implikasi strategis. Bagi Korut, mereka bisa mengamankan pengaruh diplomatik jelang pertemuan dengan Seoul dan Washington.
Adapun bagi Negeri "Panda", mereka bisa mengambil posisi sebagai mediator untuk menyelesaikan isu program nuklir Korut.
Baca juga : Kim Jong Un Bertemu Presiden China di Beijing
Dikutip dari Xinhua, Kim memberi tahu Xi kalau situasi di Semenanjung Korea mulai menunjukkan perkembangan positif pasca-dirinya memberi proposal perdamaian.
"Komitmen saya tidak berubah. Saya akan tetap melakukan denuklirisasi," kata Kim kepada Xi.
Pemimpin Korut yang dipercaya berusia 36 tahun itu mengatakan, denuklirisasi merupakan wasiat dari mendiang ayah dan kakeknya, Kim Jong Il serta Kim Il Sung.
Namun, Kim mengatakan bahwa komitmen denuklirisasi yang didengungkannya kini tinggal menunggu sikap dari Korsel dan AS.
Dia mengatakan, proses denuklirisasi di Semenanjung Korea baru bisa terjadi jika Korsel dan AS juga menunjukkan sikap bersahabat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.