Perang Crimea
Awal 1950-an, Florence kembali ke London dan bekerja di sebuah rumah sakit. Kinerjanya mengesankan atasannya, sehingga dia dipromosikan menjadi pengawas rumah sakit.
Dia juga pernah menjadi sukarelawan di rumah sakit Middlesex, yang tengah bergulat dengan wabah kolera. Kondisi yang tidak steril mempercepat penyebaran penyakit.
Florence menerbitkan misi untuk meningkatkan praktik kebersihan di rumah sakit. Secara signifikan, jumlah kematian menjadi menurun.
Oktober 1853, Perang Crimea pecah. Pasukan Sekutu Inggris dan Perancis berperang melawan Kekaisaran Rusia untuk menguasai wilayah Ottoman.
Pada 1854, sekitar 18.000 tentara harus masuk rumah sakit militer dan tidak ada perawat perempuan yang ditempatkan di Krimea. Tentara yang sakit dan terluka terabaikan, kondisi rumah sakit sangat tidak sehat
Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Lee Kuan Yew
Florence menerima surat dari Menteri Perang Sidney Herbert, memintanya untuk mengirim korps perawat ke Krimea. Dengan sigap, dia mengumpulkan 38 perawat dari berbagai latar belakang dan berlayar menuju Krimea.
Tiba di pangkalan rumah sakit Inggris di Scutari pada November 1854, rombongan itu melihat tempat perawatan itu sangat kotor.
Pasien terbaring di lorong bersama kotoran mereka, hewan pengerat, dan serangga. Persediaan perban dan sabun juga menipis, begitu pula dengan air.
Florence mengatur semua manajemen rumah sakit untuk meningkatkan persediaan makanan, selimut, tempat tidur, dan kebersihan.
Setiap malam, dengan membawa lampu penerangan, dia memeriksa kondisi tentara di rumah sakit. Dari situlah, Florence mendapat julukan "Bidadari Berlampu".
Dia mendapatkan penghormatan dari para prajurit. Prestasinya yang telah mengurangi tingkat kematian hingga 2 persen membawa ketenaran baginya, di mana pers dan surat-surat tentara mewartakan dirinya.
Baca juga : Biografi Tokoh Dunia: Emilio Aguinaldo
Britannica melaporkan, investigasi para sejarawan abad ke-20 mengungkapkan tingkat kematian di Rumah Sakit Barrack itu selama ditangani Florence sebenarnya lebih tinggi. Pemerintah Inggris disebut telah menyembunyikan angka kematian sesungguhnya.
Sempat jatuh sakit karena kemungkinan meminum susu yang terkontaminasi, dia tetap bertahan di Scutari meski perang telah usai pada 30 maret 1856.
Dia kembali ke rumahnya di Derbyshire pada 7 Agustus 1856 sebagai pahlawan.