Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marvia Malik, Pembawa Berita Transgender Pertama di Pakistan

Kompas.com - 27/03/2018, 14:03 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC,VOA News

 

ISLAMABAD, KOMPAS.com - Sebuah stasiun televisi di Pakistan mengumumkan bergabungnya seorang transgender menjadi pembawa berita.

Marvia Malik tampil perdana di kanal Kohenoor pada Jumat (23/3/2018), setelah menyelesaikan pendidikan selama tiga bulan.

Kepada BBC Senin (26/3/2018), Malik berkata kalau dia adalah lulusan jurnalisme, dan mempunyai profesi lain sebagai model.

Dia mengaku langsung menangis ketika Kohenoor memberitahunya kalau dia diterima sebagai pembawa berita.

Sebab, dikatakan Malik, kaum transgender menghadapi diskriminasi serius di Pakistan. Kebanyakan dari mereka kesulitan untuk mendapat pekerjaan layak.

Baca juga : Trump Cabut Larangan Transgender Berdinas di Militer, tapi...

Akhirnya, mereka terpaksa menjadi pengemis, menari, hingga terjun ke dunia prostitusi demi mendapat uang.

"Ini adalah mimpi saya yang menjadi kenyataan. Rasanya seperti saya menaiki satu tangga dengan diterima di sana," beber Malik.

Dia berharap, keberhasilannya menjadi pembawa berita menjadi inspirasi bagi komunitas transgender di Pakistan.

Malik menjelaskan, komunitas mereka harus mendapat kesetaraan dalam perlakuan. Mereka ingin diperlakukan seperti warga Pakistan lainnya.

Pemilik Kohenoor Junaidi Ansari berujar, dia memilih Malik bukan karena semata-mata ingin sekadar mendobrak hal tabu.

Dilaporkan VOA, Ansari berkata kalau Malik mempunyai kemampuan layak untuk menjadi seorang pembawa berita.

Dia bercerita, saat itu stasiunnya mengadakan seleksi untuk mencari pembawa berita yang ambisius dan bercita-cita tinggi.

"Saat itu, salah seorang anggota saya memberi tahu kalau Malik adalah seorang transgender," beber Ansari.

Meski ditentang oleh sebagian tim, Ansari mengaku tetap kukuh pada keputusannya. Menurutnya, semua orang harus diperlakukan sama.

"Transgender juga manusia. Mereka pantas diperlakukan dengan penuh hormat. Jujur, sekadar mencari sensasi tidak pernah terlintas di benak saya," kata Ansari.

Awal Maret ini, Senat Pakistan memutuskan untuk menyetujui undang-undang yang melindungi hak komunitas transgender. Termasuk di antaranya menentukan gender mereka sendiri.

Keputusan itu dibuat setelah seorang aktivis transgender tewas akibat terlambat mendapat keputusan medis di Juni 2016.

Alisha, yang mendapat delapan luka tembak, berada dalam kondisi kritis ketika dilarikan ke rumah sakit.

Menurut seorang teman Alisha, aktivis berusia 23 tahun tersebut tidak kunjung dirawat karena pihak rumah sakit bingung harus memasukannya ke bangsal pria atau wanita.

Baca juga : Tujuh Bulan Hidup sebagai Wanita Transgender, Seorang Ayah Kembali Jadi Pria

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber BBC,VOA News
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com