Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Lee Kuan Yew

Kompas.com - 23/03/2018, 18:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

KOMPAS.com - Berbicara mengenai sejarah Singapura, tentu tidak lepas dari sosok Lee Kuan Yew. Dia merupakan Perdana  Menteri pertama Negeri Singa.

Lee menjadi perdana menteri dengan durasi jabatan terlama di Singapura. Total, dia memerintah selama 31 tahun, mulai dari 3 Juni 1959-28 November 1990.

Selama masa kepemimpinannya, dilansir dari Biography, Lee berhasil membawa Singapura sebagai negara termakmur di Asia Tenggara.

Berikut merupakan sekelumit biografi tentang Lee Kuan Yew:

Baca juga : Kursi Kosong untuk Lee Kuan Yew pada Pesta Emas Singapura

1. Kehidupan Awal
Lahir pada 16 September 1923, Lee merupakan generasi keempat keluarga China Hakka di Singapura yang sudah mendiami Singapura sejak 1863.

Nama Kuan Yew mempunyai arti "cahaya yang cerah", dan mempunyai terjemahan bebas lain "membawa kejayaan dari leluhur".

Setelah menamatkan pendidikan di sekolah lokal, Lee masuk ke London School of Economics and Political Science, Inggris.

Dia kemudian meraih gelar sarjana hukum di Fitzwilliam Colege di Cambridge. Pada 1950, Lee memutuskan kembali ke Singapura meski sudah menerima larangan.

Baca juga : Samakan Lee Kuan Yew dengan Hitler, Bloger Remaja Singapura Dipenjara

2. Awal Karir Politik
Pada saat itu, Singapura merupakan koloni Inggris, dan menjadi markas angkatan laut di Timur Jauh.

Singapura diperintah oleh seorang gubernur dan dewan legislatif. Kebanyakan terdiri dari pengusaha China yang ditunjuk alih-alih dipilih rakyat.

Awal dekade 1950, Singapura tengah tenggelam akan isu reformasi konstitusional dan kemerdekaan.

Seperti yang lain, Lee begitu perhatian untuk memperjuangkan kedaulatan Singapura. Dia membentuk aliansi dengan politisi baru seperti David Saul Marshall dan Lim Yew Hock.

Namun, pada 1954, Lee memutuskan untuk berpisah, dan mengambil posisi sebagai Sekretaris Jenderal partainya sendiri, Partai Aksi Rakyat (PAP).

Baca juga : Kreatif dan Inovatif, Surabaya Raih Lee Kuan Yew World City Prize 2018

3. PAP Berkembang
1955, Konstitusi Singapura resmi diperkenalkan. Perubahannya, komposisi anggota parlemen yang melalui proses pemilihan bakal lebih banyak.

Dari total 32 kursi, porsi anggota parlemen yang dipilih rakyat secara langsung mencapai 25 kursi.

Dalam pemilihan pertama, mantan partai Lee, Front Buruh, berhasil menempati 13 kursi. Adapun PAP hanya meraup tiga kursi.

Meski hanya tiga kursi, jumlah itu sudah cukup untuk membuat Lee menjadi perwakilan Singapura ke London guna menegosiasikan pemerintahan sendiri di 1956.

Negosiasi yang gagal membuat pemberontakan pecah di Singapura hingga 1957, dan Lee kemudian kembali ke London untuk mencoba negosiasi kembali.

Di 1958, negosiasi berhasil. Singapura bakal berstatus pemerintahan mandiri, dan dimasukkan Persemakmuran dengan konstitusi baru dirumuskan.

Di bawah konstitusi baru, pemilihan umum bakal dihelat pada Mei 1959. Lee berkampanye tentang anti-kolonialisme dan anti-komunisme.

Selain itu, dia juga mengajak untuk memperluas reformasi sosial, serta mewacanakan penggabungan dengan Malaya (kini Malaysia).

Manuver Lee membuat PAP menuai kemenangan meyakinkan saat pemilu. Dari 51 kursi, partainya berhasil merebut 51 kursi.

Meski begitu, Lee sempat menolak untuk membentuk pemerintahan sebelum anggota partainya yang berhaluan kiri dibebaskan oleh Inggris.

Baca juga : Penghormatan Terakhir bagi Lee Kuan Yew

4. Dimulainya Kedaulatan Singapura
Pada 5 Juni 1959, Lee dilantik menjadi Perdana Menteri pertama Singapura. Dia langsung memaparkan rencana jangka pendek selma lima tahun.

Antara lain pembaruan kawasan pedesaan, pembangunan perumahan rakyat, meningkatkan emansipasi wanita, reformasi pendidikan, dan industrialisasi.

Lee juga berencana untuk membuat Federasi Malaysia yang berisi Malaya, Singapura, Sabah, dan Serawak.

Begitu proposalnya diterima oleh Perdana Menteri Malaya Tuanku Abdul Rahman, Lee mulai mengampanyekan rencananya dalam usaha menghentikan kolonialisme Inggris.

Untuk menunjukkan rakyat Singapura mendukung rencana penggabungan, Lee menggunakan hasil dari referendum yang digelar September 1962.

Dalam referendum tersebut, 70 persen rakyat memilih untuk bergabung dengan Malaya. Setahun kemudian, tepatnya 16 September 1963, Singapura mendirikan Federasi Malaysia.

Dalam pemilihan setelah pengumuman pendirian federasi, PAP berhasil mempertahankan dominasi mereka di parlemen.

Baca juga : Remaja Singapura Ditangkap karena Kritik Lee Kuan Yew

5. Berpisah dengan Malaysia
Namun, kemesraan Singapura dan Malaya tidak bertahan lama. Partai penguasa Malaya, Organisasi Malaya Bersatu (UMNO), mulai menaruh curiga terhadap Singapura.

UMNO merasa khawatir dengan pengaruh PAP yang mulai menembus Malaya, dan milai menjamurnya etnis Tionghoa di negara mereka.

Ketegangan itu memuncak dengan bentrokan antara etnis Malaya dengan Tionghoa pada 1964, antaral lain 21 Juli 1964 di Pabrik Gas Kallang yang menewaskan 23 orang.

Pada Agustus 1965, Lee diberi tahu oleh koleganya dari Malaysia bahwa Singapura harus secepatnya memisahkan diri dari federasi.

Lee awalnya menolak karena dia masih percaya dengan semangat multi-rasialisme. Namun, segala usahanya menemui jalan terjal.

Baca juga : Mencari Ayah Bunda Lee Kuan Yew di Semarang

Akhirnya, pada 7 Agustus 1965, Lee menandatangani kesepakatan perceraian dengan Federasi Malaysia.

Kegagalan itu menjadi pukulan telak bagi Lee. Saking kecewanya, Lee berurai air mata ketika mengumumkan pemisahan dari Federasi Malaysia.

"Bagi saya, momen ini sangatlah menyesakkan. Sebab, sejak awal saya percaya akan persatuan kedua negara," kata Lee saat itu.

Perceraian dari federasi membuat Singapura dihantam masalah; mereka tidak mempunyai sumber daya alam, dan sistem pertahanan militer.

Karena itu, Lee mempunyai solusi untuk mempertahankan negara Singapura yang masih berusia muda.

Dia kemudian mengadopsi sistem militer Israel, dan pelan-pelan mengganti pasukan Persemakmuran dengan tentara lokal yang terlatih.

Selain itu, Lee mengetahui kalau Singapura butuh fondasi ekonomi yang kuat. Dia pun mengumumkan industrialisasi, dan mengubah Singapura menjadi eksportir barang jadi.

Dia meyakinkan pengusaha luar negeri untuk menanamkan uangnya di Singapura, dan menjalin perjanjian dengan kalangan pebisnis serta serikat buruh.

Dia juga meningkatkan standar hidup pekerja, dan juga meningkatkan layanan kesehatan serta jaminan sosial.

Dominasi Lee tak terbendung setelah partai oposisi, Barisan Sosialis, memutuskan boikot dari parlemen sejak 1966.

Sejak saat itu, PAP menguasai hampir seluruh kursi di parlemen pada pemilihan umum 1968, 1972, dan 1980.

Baca juga : Hujan Deras Tak Goyahkan Warga Singapura Menunggu Lee Kuan Yew

6. Pengunduran Diri dan Kematian Lee
Lee memutuskan mengundurkan diri pada 28 November 1990. Namun, dia masih menjabat sebagai Ketua PAP hingga 1992.

Setelah 14 tahun vakum, trah Lee kembali berkuasa di Singapura setelah putra Lee, Lee Hsien Loong menjabat sebagai Perdana Menteri di 2004.

5 Februari 2015, Lee dilarikan ke rumah sakit karena mengidap pneumonia. Pada 23 Maret 2015, Lee wafat dalam usia 91 tahun.

Di masa kepemimpinan Lee, Singapura mencatat pendapatan per kapita kedua terbesar kedua setelah Jepang pada dekade 1980-an, dan menjadi pemimpin ekonomi Asia Tenggara.

Baca juga : Hari Ini, Jasad Lee Kuan Yew Akan Dikremasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com