Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biografi Tokoh Dunia: Lee Kuan Yew

Kompas.com - 23/03/2018, 18:15 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

5. Berpisah dengan Malaysia
Namun, kemesraan Singapura dan Malaya tidak bertahan lama. Partai penguasa Malaya, Organisasi Malaya Bersatu (UMNO), mulai menaruh curiga terhadap Singapura.

UMNO merasa khawatir dengan pengaruh PAP yang mulai menembus Malaya, dan milai menjamurnya etnis Tionghoa di negara mereka.

Ketegangan itu memuncak dengan bentrokan antara etnis Malaya dengan Tionghoa pada 1964, antaral lain 21 Juli 1964 di Pabrik Gas Kallang yang menewaskan 23 orang.

Pada Agustus 1965, Lee diberi tahu oleh koleganya dari Malaysia bahwa Singapura harus secepatnya memisahkan diri dari federasi.

Lee awalnya menolak karena dia masih percaya dengan semangat multi-rasialisme. Namun, segala usahanya menemui jalan terjal.

Baca juga : Mencari Ayah Bunda Lee Kuan Yew di Semarang

Akhirnya, pada 7 Agustus 1965, Lee menandatangani kesepakatan perceraian dengan Federasi Malaysia.

Kegagalan itu menjadi pukulan telak bagi Lee. Saking kecewanya, Lee berurai air mata ketika mengumumkan pemisahan dari Federasi Malaysia.

"Bagi saya, momen ini sangatlah menyesakkan. Sebab, sejak awal saya percaya akan persatuan kedua negara," kata Lee saat itu.

Perceraian dari federasi membuat Singapura dihantam masalah; mereka tidak mempunyai sumber daya alam, dan sistem pertahanan militer.

Karena itu, Lee mempunyai solusi untuk mempertahankan negara Singapura yang masih berusia muda.

Dia kemudian mengadopsi sistem militer Israel, dan pelan-pelan mengganti pasukan Persemakmuran dengan tentara lokal yang terlatih.

Selain itu, Lee mengetahui kalau Singapura butuh fondasi ekonomi yang kuat. Dia pun mengumumkan industrialisasi, dan mengubah Singapura menjadi eksportir barang jadi.

Dia meyakinkan pengusaha luar negeri untuk menanamkan uangnya di Singapura, dan menjalin perjanjian dengan kalangan pebisnis serta serikat buruh.

Dia juga meningkatkan standar hidup pekerja, dan juga meningkatkan layanan kesehatan serta jaminan sosial.

Dominasi Lee tak terbendung setelah partai oposisi, Barisan Sosialis, memutuskan boikot dari parlemen sejak 1966.

Sejak saat itu, PAP menguasai hampir seluruh kursi di parlemen pada pemilihan umum 1968, 1972, dan 1980.

Baca juga : Hujan Deras Tak Goyahkan Warga Singapura Menunggu Lee Kuan Yew

6. Pengunduran Diri dan Kematian Lee
Lee memutuskan mengundurkan diri pada 28 November 1990. Namun, dia masih menjabat sebagai Ketua PAP hingga 1992.

Setelah 14 tahun vakum, trah Lee kembali berkuasa di Singapura setelah putra Lee, Lee Hsien Loong menjabat sebagai Perdana Menteri di 2004.

5 Februari 2015, Lee dilarikan ke rumah sakit karena mengidap pneumonia. Pada 23 Maret 2015, Lee wafat dalam usia 91 tahun.

Di masa kepemimpinan Lee, Singapura mencatat pendapatan per kapita kedua terbesar kedua setelah Jepang pada dekade 1980-an, dan menjadi pemimpin ekonomi Asia Tenggara.

Baca juga : Hari Ini, Jasad Lee Kuan Yew Akan Dikremasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com