Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Vladimir Putin: Dari Perwira Rendahan hingga Penguasa Rusia

Kompas.com - 19/03/2018, 14:04 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Terpilih kembali

Pada 2004, Putin terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya dan masih fokus untuk mengurusi masalah dalam negeri.

Meski sukses merebut hati rakyat, Putin menuai kritik karena upayanya memberangus kebebasan pers.

Anna Politskovskaya, seorang jurnalis, ditemukan dibunuh di lobi apartemennya pada 2006 tak lama setelah dia menulis dugaan korupsi di tubuh AD Rusia dan di saat yang sama Anna menyampaikan dukungan untuk Chechnya.

Anna tewas tepat di hari ulang tahun Putin, tetapi sang presiden membantah keterkaitannya dalam kematian jurnalis itu.

Baca juga : Putin Mengaku Tak Follow Trump di Twitter

Putin bahkan berkata, kematian Anna justru menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang tulisannya di surat kabar.

Meski demikian, negara-negara Barat tetap mengkritik Putin yang dianggap gagal melindungi kebebasan pers di Rusia.

Beberapa pekan setelah kematian Anna Politkovskaya, seorang pembelot FSB ditemukan tewas diracun di London.

Hebatnya, semua dengan semua skandal yang membuatnya dihujani kritik di luar negeri tak menggoyahkan kepercayaan rakyat Rusia kepadanya.

Selama dua masa jabatannya, GDP Rusia meningkat 70 persen dan investasi bertumbuh 125 persen. Saat itu Putin juga diuntungkan dengan tingginya harga minyak bumi yang merupakan salah satu andalan Rusia.

Menjadi perdana menteri

Pada 2008, karena sudah dua kali berturut-turut menjadi presiden Putin harus "libur" dulu dari tampuk kekuasaannya.

Saat itu, Dmitry Medvedev yang memenangkan pemilihan presiden. Sehari setelah dilantik, Medvedev menunjuk Putin sebagai perdana menteri. Lalu, datanglah krisis finansial global yang menghantam perekonomian Rusia

Ekonomi Rusia amat terdampak karena amat bergantung pada investasi asing, terutama dari negara-negara Barat.

Krisis ini juga menunjukkan betapa tergantungnya perekonomian Rusia dari minyak dan gas serta begitu berpengaruhnya politik terhadap masalah industri Rusia.

Di tahun yang sama, Rusia terlibat perang lima hari melawan Georgia terkait masalah Ossetia Selatan dan Abkhazia.

Baca juga : Putin: Pemilu AS Diintervensi, Mengapa Saya Peduli?

Kedua daerah itu sejak 1990-an mencoba memerdekakan diri dari Georgia dan upaya keduanya mendapat dukungan dari Rusia, sebuah langkah yang dikecam Barat.

Kini, Ossetia Selatan masih dianggap sebagai wilayah Georgia sementara Abkhazia disebut sebagai daerah yang memisahkan diri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com