Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perpustakaan Bus Jadi Hiburan Baru bagi Anak-anak di Afghanistan

Kompas.com - 19/03/2018, 12:20 WIB
Agni Vidya Perdana

Penulis

KABUL, KOMPAS.com - Anak-anak di ibu kota Afghanistan kini memiliki hiburan baru untuk sesaat melupakan penderitaan akibat peperangan. Sejak dua pekan terakhir, sebuah bus yang diubah menjadi perpustakaan berjalan telah menyambangi anak-anak di Kabul.

Proyek perpustakaan bus berwarna biru yang dipenuhi buku bacaan untuk anak-anak itu merupakan digagas oleh perempuan 25 tahun bernama Freshta Karim, pemilik gelar master bidang kebijakan publik dari Universitas Oxford, Inggris.

Lewat perpustakaan bergerak itu, Karim ingin memberikan kepada anak-anak, sesuatu yang tidak didapatkannya semasa kecil, yakni kesempatan memperluas cakrawala dan terbebas dari bayang-bayang perang serta kemiskinan.

Baca juga: Bayi di Afghanistan Ini Diberi Nama Donald Trump

Karim telah mengawali misinya dengan membuka kelompok membaca untuk anak-anak di rumahnya pada dua tahun lalu. Namun dia ingin agar lebih banyak anak mendapatkan kesempatan membaca.

"Saya tidak tahu berapa banyak dari kita yang bisa melupakan penderitaan yang diberikan perang kepada kita. Mungkin anak-anak masih terlalu muda untuk memikirkannya, tapi saya merasa mereka menyadarinya," kata Karim.

"Karenanya saya berharap program ini memberikan mereka kesempatan untuk melupakannya," tambahnya.

Freshta Karim (25), penggagas perpustakaan bus, Charmaghz, ingin memberikan kesempatan membaca kepada anak-anak di Afghanistan.ASSOCIATED PRESS/RAHMAT GUL Freshta Karim (25), penggagas perpustakaan bus, Charmaghz, ingin memberikan kesempatan membaca kepada anak-anak di Afghanistan.
Karim pun mulai mencari cara hingga akhirnya dapat merealisasikan perpustakaan bus tersebut.

Dilansir dari Associated Press, proyek perpustakaan bus yang diberi nama Charmaghz itu sudah berjalan sekitar dua pekan. Bahkan, tanggapan anak-anak melebihi ekspektasinya.

"Kami tidak pernah menyangka anak-anak akan sangat menyukainya dan penerimaan orang-orang membuat kami takjub," kata Karim.

Baca juga: Tak Ada Perang, Inilah Wilayah Paling Damai di Afghanistan

Data dari organisasi Save the Children, hampir sepertiga anak-anak di Afghanistan tidak pernah mendapatkan kesempatan merasakan bangku sekolah.

Tak hanya itu, mereka juga rentan menjadi pekerja anak, bahkan direkrut oleh kelompok bersenjata. Sebagian lainnya menikah dini atau mengalami bentuk eksploitasi lainnya.

"Banyak sekolah yang bahkan tidak memiliki bangunan fisik. Apalagi sebuah perpustakaan. Berbicara tentang perpustakaan adalah kemewahan," ujar Karim.

Perpustakaan bus tersebut memiliki ratusan koleksi buku, kebanyakan dalam bahasa Dari dan Pashto, dua bahasa utama yang digunakan di Afghanistan.

Seorang anak Afghanistan membaca buku di dalam perpustakaan bus, Charmaghz, di Kabul.ASSOCIATED PRESS/RAHMAT GUL Seorang anak Afghanistan membaca buku di dalam perpustakaan bus, Charmaghz, di Kabul.
Bus yang digunakan Karim untuk dijadikan perpustakaan tersebut disediakan oleh Kementerian Perhubungan Afghanistan. Sedangkan kursi-kursi di dalamnya, merupakan sumbangan dari berbagai organisasi maupun perorangan.

Perpustakaan bus itu juga bergantung pada donasi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar dan dapat beroperasi setiap harinya.

Dalam menjalankan perpustakaan bus itu, Karim tidak sendirian. Dia dibantu beberapa rekan mahasiswa lainnya. Salah satunya Siyam Barakati (21) yang bertugas sebagai pembaca cerita untuk anak-anak kecil yang belum bisa membaca dengan lancar.

"Sangat menyenangkan bisa bersama anak-anak. Saat bersama mereka, untuk beberapa saat saya bisa melupakan hal lainnya. Benar-benar menyenangkan," kata Siyam.

Baca juga: Citra Satelit Ungkap Kerajaan yang Hilang di Afghanistan

Bagi anak-anak, perpustakaan bus itu membawa dunia baru. Sameer, yang berusia 10 tahun, merasa buku kini adalah teman barunya.

"Saya senang membaca buku di sini dan belajar sesuatu darinya. Lalu ketika saya pulang ke rumah, saya bisa menceritakan kisahnya kepada saudara perempuan saya, dan saya bisa belajar lebih banyak," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com