Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2018, 23:42 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Philip dan timnya mendapat perlawanan hebat ketika memperkenalkan akademi sepak bola untuk anak perempuan.

Sebab, mereka berpikir bahwa sepak bola adalah olahraga untuk anak laki-laki. Bahkan, dia berkata sempat seorang nenek masuk ke lapangan dan memukuli pemain saat pertandingan.

"Nenek itu berkata, tidak patut bagi perempuan untuk mengenakan pakaian pendek, bermain sepak bola, atau tertawa terlalu keras," kata Philip.

Meski begitu, sejak 2016, program tersebut memberikan dampak yang luar biasa. Kebanyakan dari mereka menemukan kepercayaan diri.

"Ada pemain yang menggunakan sepak bola untuk memberi edukasi terhadap orangtua mereka bahwa hidup itu adalah tentang kesempatan," tutur Philip.

Baca juga : Polisi India Gagalkan Pernikahan Anak-anak di Bawah Umur

Hal yang juga diutarakan sang pelatih, Aarti Sharma yang mengisahkan anak-anak itu masih tidak memahami sepak bola.

"Kini, antusiasme mereka sangatlah luar biasa. Saya sangat berharap olahraga ini membentuk masa depan mereka," kata Sharma.

Kendala berupa tidak adanya dana untuk membeli gawang tidak menyurutkan mereka untuk tetap menekuni sepak bola.

"Sepak bola sudah menjadi gairah saya, dan mengajari saya tentang kepercayaan diri. Saya bakal menekuninya dengan sungguh-sungguh," kata Prajapat.

Pemain lain Sanju Gurjar menuturkan, dia berharap bisa membatalkan pernikahannya yang sudah terlaksana sejak dia lakukan.

"Namun, jika tidak bisa, setidaknya saya bisa menikmati bermain bersama teman-teman sebelum saya diserahkan kepada suami saya," ucap gadis 13 tahun itu.

Badan PBB untuk anak-anak, Unicef menyatakan, rata-rata pernikahan anak terjadi pada keluarga miskin.

Sebab, anak dianggap sebagai beban ekonomi. Melalui pernikahan, mereka bermaksud menyerahkan tanggung jawab kepada suami.

Setiap tahun, menurut organisasi Girls Not Brides (GNB), ada 12 juta orang gadis yang menikah ketika mereka berusia di bawah 18 tahun.

Jika tidak direduksi, GNB memprediksi perempuan yang menjadi korban pernikahan anak bakal menyentuh angka 1,2 miliar di tahun 2050.

Baca juga : Dampak Pernikahan Anak Lebih Besar dari yang Anda Bayangkan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com