Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

28 Tahun Setelah Tembok Berlin Runtuh, Desa Ini Masih "Terpisah"

Kompas.com - 16/03/2018, 17:30 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Sumber Daily Mail

BERLIN, KOMPAS.com - Sudah hampir 30 tahun Tembok Berlin runtuh dan sudah selama itu pula Jerman kembali menjadi satu negara.

Namun, ternyata masih ada satu kota di Jerman yang terbagi dua oleh perbatasan di masa Perang Dingin itu.

Kota atau lebih tepatnya desa Modlareuth hanya terdiri dari 15 keluarga tetapi desa kecil ini masih terbagi dua.

Alhasil, desa ini memiliki dua kepala desa, kode telepon yang berbeda, dan bahkan dialek yang berbeda.

Baca juga : Runtuhnya Tembok Berlin, Mimpi yang Terwujud

Desa itu berada di perbatasan antara negara bagian Bavaria dan Thuringia sejak 1810. Namun perbatasan tersebut baru memiliki makna sesungguhnya usai Perang Dunia II.

Saat itulah Jerman dibagi dua. Desa Modlareuth yang berada di Thuringia diduduki Uni Soviet dan sisi yang berada di Bavaria diduduki Amerika Serikat.

Lalu tembok lengkap dengan menara penjagaan, ladang ranjau, dan senapan mesin kemudian dibangun dan ditempatkan di desa yang lalu mendapat julukan "Berlin Kecil".

Hanya tersisa sedikit saja tembok pembatas itu sekarang, tetapi pada praktiknya warga desa masih terbelah menjadi dua.

Jason Johnson penulis buku "Desa yang Terbelah: Perang Dingin di Perbatasan Jerman" mengatakan permukiman ini merupakan sebuah "keunikan" di Jerman modern.

"Desa ini memiliki dua kode pos, dua kode area telepon, dan dua kepala desa," kata Jason.

"Penduduk harus membayar biaya telepon interlokal saat menghubungi tetangga di seberang jalan," tambah dia.

"Anak-anak bersekolah di tempat yang berbeda, tergantung di sisi mana mereka tinggal," lanjut dia.

Namun, kata Jason, perbedaan yang paling mencolok dari dua sisi desa itu adalah cara mereka menyapa.

Baca juga : Jerman Peringati 25 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

"Di sisi Bavaria, mereka menggunakan sapaan tradisional Bavaria 'Gruss Gott' sedangkan bahasa Jerman standar 'Guten Tag' dengan aksesn Thuringia digunakan di sisi lainnya," papar Jason.

"Saat saya bertanya apakah mereka ingin bergabung menjadi satu desa, warga kedua sisi sama-sama menolak."

Foto yang diambil pada Mei 1989 ini memperlihatkan tembok pembatas yang memisahkan kedua sisi desa Modlareuth. Foto diambil dari sisi barat tembok.Deutsche Museum/Daily Mail Foto yang diambil pada Mei 1989 ini memperlihatkan tembok pembatas yang memisahkan kedua sisi desa Modlareuth. Foto diambil dari sisi barat tembok.
Ingolf Hermann, yang bekerja di museum setempat, mengakui memang masih ada pemisahan di Modlareuth. Namun, dia menegaskan, banyak juga sinyal yang menunjukkan desa itu bersatu.

"Penduduk merayakan sebuah acara tahunan bersama di pusat desa di sisi Thuringia," kata Hermann.

Uni Soviet awalnya menduduki seluruh desa Modlareuth dan mendirikan markas militer di sisi Bavaria yang oleh penduduk lokal disebut Istana Stalin.

Uni Soviet kemudian mundur ke sisi Thuringia dan perbatasan antara kedua desa kemudian ditutup pada 1952, untuk menghentikan eksodus warga ke Barat.

Baca juga : AL Rusia Jauh Lebih Sibuk Dibanding Masa Perang Dingin

Lima tahun setelah Tembok Berlin dibangun pada 1961, Modlareuth akhirnya dipisahkan oleh tembok beton. Namun kehidupan di desa amat berbeda dengan di ibu kota.

"Di Berlin, penduduk Berlin Barat tak begitu mengenal penduduk di sisi timur," kata Johnson yang juga merupakan pengajar di Universitas Trinity, San Antonio, Texas.

"Di Modlareuth, sebagian besar warga saling mengenak dan bahkan berkerabat. Satu keluarga terpisah dari kerabatnya di seberang tembok," tambah dia.

Karena desa itu tak terlalu besar maka banyak hal yang tak diduga dialami Uni Soviet.

"Lima agen Stasi (dinas rahasia Jerman Timur) pernah ditempatkan untuk mengawasi warga desa di sisi timur," papar Johnson.

"Tentu saja, warga dengan cepat mengenali orang luar itu adalah mata-mata dan selalu berhati-hati saat di dekat mereka atau berusaha menjauhi mereka."

Pada 9 November 1989, Tembok Berlin dibuka dan mulai dihancurkan. Namun, di Modlareuth semua berjalan dengan amat santai.

"Penduduk desa di sisi timur meminta kepala desa agar membuka perbatasan dalam pertemuan pada 5 Desember 1989," kata Hermann.

"Dua hari kemudian dua unit teknisi dari penjaga perbatasan Jerman Timur membuka tembok itu," tambah dia.

Pada 9 Desember 1989, akhirnya warga desa bebas hilir mudik dari sisi timur ke barat dan sebaliknya.

Baca juga : Krisis Ukraina Bisa Picu Perang Dingin Baru

Kini warga desa mengabadikan bekas tembok pemisah dan menara penjagaan yang difungsikan sebagai museum terbuka.

Meski tembok sudah runtuh dan perbatasan sudah dibuka, kedua sisi desa Modlareuth masih terpisah.   

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Daily Mail
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com