Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Pembunuhan Julius Caesar

Kompas.com - 15/03/2018, 15:01 WIB
Ervan Hardoko

Penulis

Pada 58 SM, Caesar mendapatkan empat legiun tentara untuk ekspedisinya ke Galia dan Illyricum. Selama satu dekade berikutnya Caesar memperlihatkan kehebatannya dalam strategi militer untuk memperluas wilayah Romawi.

Di antara sejumlah keberhasilannya antara lain menaklukkan Galia (sekarang menjadi Perancis, Belgia, dan Luksemburg), membuat jalan raya di Inggris, dan mendapatkan kesetiaan legiunnya.

Namun, keberhasilan Caesar ternyata memicu kecemburuan di hati Pompey, salah seorang sekutu Caesar saat membentuk Triumvirat pertama.

Kecemburuan Pompey ini kemudian berujung para bubarnya aliansi politik dengan Caesar pada 53 SM.

Baca juga : Mesir Temukan Makam Kuno Berusia 2.000 Tahun dari Zaman Romawi

Senat Roma mendukung Pompey dan meminta Caesar menyerahkan pasukannya. Permintaan Senat ini ditolak Caesar yang kemudian bersama pasukannya kembali ke Roma.

Pada Januari 49 SM, Caesar dan pasukannya melintasi Sungai Rubicon dari Galia menuju Italia. Dia kemudian menyatakan perang melawan Pompey dan pasukannya.

Awalnya, Caesar mendapatkan kemenangan dalam perang saudara ini dengan mengalahkan pasukan Pompey di Italia dan Spanyol. Namun, kemudian pasukan Caesar harus mundur hingga ke Yunani.

Pada Agustus 48 SM, saat dikejar pasukan Pompey, Caesar berhenti di di dekat kota Pharsalus di Tesalonika, Yunani dan mendirikan perkemahan di lokasi yang strategis.

Dengan taktik yang jitu, Caesar yang pasukannya lebih kecil bisa membinasakan pasukan Pompey yang jumlahnya lebih banyak.

Alhasil, Pompey kabur ke Mesir tempat dia kemudian dibunuh oleh seorang perwira militer Kerajaan Mesir.

Caesar kemudian terpilih kembali menjadi konsul. Namun, sebelum kembali ke Roma dia terlebih dahulu berkeliling negeri selama beberapa tahun untuk memantapkan kekuasaannya.

Pada 45 SM, Caesar akhirnya kembali ke Roma dan diangkat menjadi diktator seumur hidup, sekaligus menjadi akhir Republik Roma.

Sebagai satu-satunya penguasa Roma, Caesar meluncurkan program ambisius untuk melakukan reformasi di dalam kekaisarannya.

Salah satu hasil kerjanya yang masih bertahan hingga hari ini adalah penggunaan kalender Julian, yang mendapatkan penyesuaian dan modifikasi pada abad ke-16.

Dia juga berencana memperluas wilayah hingga ke wilayah tengah dan timur Eropa. Sayangnya, Caesar tak menyadari sekelompok politisi menginginkan kematiannya.

Pada 14 Maret 44 SM, sekelompok konspirator yang meyakini kematian Caesar akan menghidupkan kembali Republik Roma.

Baca juga : Kokoh 2.000 Tahun, Rahasia Kekuatan Beton Romawi Kuno Terungkap

Namun, hasil konspirasi yang kini dikenal dengan istilah "Ides of March" itu malah menjerumuskan Roma ke dalam perang saudara baru yang melibatkan Oktavianus, cucu keponakan Caesar.

Oktavianus kemudian akan berkuasa dengan gelar Augustus, menjari Kaisar Roma pertama sekaligus menghancurkan republik untuk selamanya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com